keadaan memaksa force majeure. Keadaan memaksa force majeure yaitu salah satualasan pembenar untuk membebaskan seseorang dari kewajiban untuk
menggantikerugian Pasal 1244 dan Pasal 1445 KUHPerdata. Pasal 1244 KUHPerdata berbunyi:“Jika ada alasan untuk itu, si berhutang
harus dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga, apabila ia tidak dapat membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakan atau tidakpada waktu yang tepat
dilaksanakannya perjanjian itu, disebabkan suatu hal yang tak terduga, pun tidakdapatdipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu pun jika iktikad
buruk tidaklah adapada pihaknya”. Pasal 1445 KUHPerdata berbunyi : “Jika barang yang terutang, diluar
salahnya si berutang musnah, tidak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi
mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang mengutangkan padanya”.
Menurut Undang-undang adatiga hal yang harus dipenuhi untuk adanya keadaan memaksa, yaitu:
a. Tidak memenuhi prestasi,
b. Ada sebab yang terletak di luar kesehatan debitur,
c. Faktor penyebab itu tidak terduga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur.
C. Penyelesaian Yang Dilaksanakan Apabila Terjadi Wanprestasi Oleh
Salah Satu Pihak
Setiap perjanjian pasti mempunyai akibat hukum, minimal terhadap para pihak yang membuatnya. Hal yang sama juga berlaku terhadap perjanjian
kerjasama yang dilakukan oleh PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular. Akibat hukum dari perjanjian biasanya baru akan terlihat apabila salah satu pihak
melakukan pelanggaran wanprestasiterhadap kesepakatan yang dibuat dan disepakati dalam perjanjian. Dengan adanyapelanggaran tersebut biasanya pihak
yang lain akan meminta atau menuntut pihak yang melanggaratau pihak yang melakukan wanprestasi untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan
yangdisepakati. Biasanya apabila pihak yang melakukan wanprestasi tidak memenuhi prestasi maka akan dikenakan sanksi sesuai yang disepakati atau akan
dilakukan penyelesaiandengan cara tertentu sesuai yang disepakati dalam perjanjian.
Keadaan adanya salah satu pihak yang melakukan wanprestasi juga bisa saja terjadi di dalam perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PT. Asusindo
Servistama dan Medan Selular. Wanprestasi tersebut dapat berupa : Wanprestasi oleh Medan Selular :
172
1. Kebijakan Harga Jual Yang Disarankan SRP
173
1.1. Seluruh ASUS Golden Partner AGP dan ASUS Partner AP
diwajibkan untuk mematuhi aturan Harga Jual Yang Disarankan SRP=Suggested Retail Price yang dipublikasikan oleh ASUS dalam
Daftar Harga Price List ASUS, yang diumumkan oleh ASUS Indonesia dalam bentuk publikasi materi marketing baik dalam bentuk media online
maupun cetak.
172
Lihat pada Lampiran Perjanjian Kerjasama Antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular, Peraturan No. SYSSC160415001, Appendix C : Harga Jual Retail Yang
Disarankan dan Kebijakan Lintas Wilayah, hal. 6.
173
SRP Suggested Retail Price adalah Harga Jual yang disarankan sesuai dengan yang dipublikasikan oleh pihak ASUS.
1.2. Kelalaian untuk mengikuti aturan Harga Jual Yang Disarankan ini akan
berakibat sanksi sebagai berikut : Pelanggaran ke-1 : Penalti sebesar 25 dari rabat AP di kwartal yang
berjalan. Pelanggaran ke-2 : Penalti sebesar 25 dari rabat AP di kwartal yang
berjalan. Pelanggaran ke-3 : Penalti sebesar 25 dari rabat AP di kwartal yang
berjalan. Pelanggaran ke-4 : Penalti sebesar 50 dari rabat AP di kwartal yang
berjalan, dan sisa rabat 50 akan dibekukan selama 3 bulan dari tanggal penerimaan semestinya.
1.3. Masa berlaku pelanggaran :
Setiap pelanggaran berlaku selama 6 bulan. Contoh : Pelanggaran ke-1 terjadi tanggal 1 Mei 2016.
- Kalau pelanggaran berikutnya terjadi tanggal 15 Oktober 2016, maka
akan dikategorikan sebagai pelanggaran ke-2. -
Kalau pelanggaran berikutnya terjadi tanggal 1 November 2016, maka akan dikategorikan sebai pelanggaran ke-3.
2. Kebijakan Lintas Wilayah Cross Teritory
2.1.a. Semua ASUS Partner AGP dan AP tidak diperbolehkan untuk
menjual Notebook ASUS, Desktop PC ASUS, Tablet ASUS dan Smarphone ASUS ke territory wilayah lain. Selain menjual juga
tidak diperbolehkan untuk membeli produk-produk ASUS tersebut dari territory wilayah lain.
2.1.b. Sanksi lintas wilayah ini akan diberlakukan untuk seluruh ASUS
Partner dalam rantai terkait. Contoh :AGP A Jakarta menjual notebook ASUS ke AGP B
Jakarta, AGP B menjual kembali notebook tersebut ke AP C Surabaya. Kemudian SN Serial Number Notebook tersebut
tertangkap di Surabaya. Dalam hal ini sanksi lintas wilayah akan dikenakan kepada AGP A Jakarta, AGP B Jakarta dan AP C
Surabaya. 2.2.
Untuk AGP yang mempunyai cabang atau toko di luar area utama kantortoko pusat, dalam hal ini cabang itu disarankan untuk
mendaftarkan sebagai AGP setempat, membeli barang dari cabang lokal dari Distributor resmi ASUS dan mengikuti aturan lokal yang
ada. 2.3.
Untuk AP yang mempunyai cabang atau toko di luar area utama kantortoko pusat, dalam hal ini cabang itu disarankan untuk
mendaftarkan sebagai AP setempat, membeli barang dari AGP lokal dan mengikuti aturan lokal yang ada.
2.4. Kelalaian untuk mengikuti Kebijakan Lintas Wilayah akan dikenakan
sanksi seperti pasal 1.1.2 dan 1.1.3. Sedangkan terkait masalah Wanprestasi yang dilakukan oleh pihak PT.
Asusindo Servistama sama sekali tidak tercantum serta tidak diatur di dalam isi klausula perjanjian kerjasama tersebut. Baik di isi klausula utama maupun dalam
syarat tambahan atau lampiran sama sekali tidak membahas masalah apa akibat yang diterima oleh pihak PT. Asusindo Servistama jika melakukan wanprestasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Isan Setiawan selaku Manager toko Medan Selular, bahwa dalam hal wanprestasi, pihaknya pernah
melanggar ketentuan mengenai wanprestasi sebagaimana yang di atur dalam perjanjian kerjasama. Hal yang dilanggar tersebut mengenai ketentuan mengenai
kebijakan pada point 1 lampiran C perjanjian kerjasama
174
Berdasarkan hasil penelitian terhadap isi perjanjian kerjasama antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular, bahwa isi klausula dalam perjanjian
tersebut tidak seimbang, sehingga tidakmencerminkan asas atau prinsip keseimbangan. Ketidakseimbangan adalah dalam halhak dan kewajiban, dimana
perjanjian tersebut lebih menekankan kewajiban pihak Medan Selular dengan segala akibat hukumnya, tanpa menjelaskan kewajiban pihak PT. Asusindo
Servistama kepada pihakMedan Selular. yaitu mengenai harga
jual yang disarankan. Mengenai harga jual yang disarankan ini pihak Medan Selular sering melanggar ketentuan harga jual yang disarankan dikarenakan
pihaknya mengaku banyak AP ASUS Partner lainnya juga melakukan hal yang sama dan apabila bertahan dalam harga jual yang disarankan, produk yang akan
dijual tersebut tidak akan laku dikarenakan pembeli pasti lari ke toko yang lainnya yang menjual dengan harga yang lebih murah yang artinya telah melanggar
ketentuan harga jual yang disarankan tersebut. Dalam hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Manager Medan Selular
bahwa pihaknya sama sekali belum pernah menerima akibat hukum seperti yang tercantum dalam isi klausula perjanjian kerjasama. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengawasan oleh pihak PT. Asusindo Servistama di lapangan.
174
Lihat pada Lampiran Perjanjian Kerjasama Antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular, Peraturan No. SYSSC160415001, Appendix C : Harga Jual Retail Yang
Disarankan dan Kebijakan Lintas Wilayah, hal. 6.
Seharusnya dalam perjanjian tercantum hak dan kewajiban para pihak secaraseimbang, khususnya dalam hal wanprestasi harus memegang prinsip
keseimbanganberupa perlindungan pihak yang melakukan wanprestasi. Hal tersebut didasarkan karena ada kemungkinan bahwa apabila salah satu pihak telah
melakukan wanprestasi,tetapi sebagian prestasi telah dilakukan atau terdapat cukup alasan untuk menundasementara pelaksanaan prestasi ataupun ada alasan-
alasan lain yang menyebabkankepentingan pihak yang melakukan wanprestasi pun dilindungi.
Dalam rangka pelaksanaan perjanjian, peranan iktikad baik,sungguh mempunyai arti yang sangat penting sekali. Bahkan oleh Subekti, iktikad
baikitudikatakan sebagai suatu sendi yang terpenting dalam hukum perjanjian. Hal inidapat dipahami karena iktikad baik merupakan landasan utama untuk
dapatmelaksanakan suatu perjanjian dengan sebaik-baiknya dan sebagaimana mestinya.
Dalam Pasal 1338 paragraf 3 KUHPerdata, mengatur bahwa “suatu perjanjianharus dilaksanakan dengan iktikad baik”. Asas iktikad baik ini sangat
mendasar danpenting untuk diperhatikan terutama didalam membuat perjanjian maksud iktikad baikdi sini adalah bertindak sebagai pribadi yang baik. Iktikad
baik dalam pengertian yang sangat subjektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang, yaitu apa yang terletakpada seseorang pada waktu diadakan perbuatan
hukum. Sedangkan iktikad baik dalampengertian objektif yaitu bahwa pelaksanaan suatu perjanjian itu harus didasarkanpada norma kepatutan atau apa-
apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalammasyarakat.
Dalam hal jika terjadi perselisihan, ternyata bahwa penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia tidak terlaksana. Pihak PT. Asusindo Servistama dapat secara langsung memutuskan hubungan kerjasama dengan Medan Selular yang tercermin dalam
point 7.2 “ASUS mempunyai hak untuk memodifikasi ataupun menghentikan program dengan pemberitahuan terlebih dahulu 30 hari sebelumnya kepada AP
ASUS Partner” dan point 7.3 “Setiap pelanggaran dari AP ASUS Partner atau setiap penipuan terhadap informasidokumen yang diberikan AP ASUS Partner
akan berakibat segera dihentikannya program ini. Dalam penjelasan Manager Medan Selular dikarenakan belum pernah
terjadinya masalah perselisihan yang serius sehingga belum pernah terjadi masalah pemutusan maupun penghentian program dalam perjanjian kerjasama ini.
Namun demi memberikan perlindungan hukum kepada pihak Medan Selular dalam penyelesaian perselisihan wanprestasi tersebut, maka dalam praktek
perjanjian kerjasama selanjutnya antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular seharusnya dilakukan dalam bentuk akta notariil.
Kekuatan maupun kelemahan akta dibawah tangan dengan akta notariil adalahakta bawah tangan mempunyai kekuatan bukti materil setelah dibuktikan
atauformalnya,penentuan bukti formal ini baru terjadi jika pihak yang bersangkutanmengakui akan kebenaran isi akta tersebut dan yang menjadi
kelemahan nya adalahbahwa perjanjian ini adalah dibuat hanya oleh para pihak,disini perjanjian dibuat olehpihak PT. Asusindo Servistama, maka bukan
tidak mungkin terdapat kekurangan data-data yang lengkapuntuk membuat suatu perjanjian.
Apabila menggunakan akta notariil akan mempunyai kekuatan hukum, karena aktaotentik adalah “suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan
oleh Undang-Undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”.
175
Sehingga merupakan alat bukti tertulis yang sempurna, oleh karena akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian secara
lahiriah, formal dan materiil sehingga akta otentikdapat dikatakan alat bukti yang sempurna, karena akta otentik memberikan jaminan kepastian tanggal, waktu dan
tempat kepada para pihak. Sehingga apabila suatu pihak mengajukan suatu akta otentik, hakim harus menerimanya dan menganggap apa yang dituliskan di dalam
akta itu sungguh-sungguh terjadi, sehingga hakim itu tidak boleh memerintahkan penambahan pembuktian lagi.
176
175
Lihat Pasal 1868 KUHPerdata.
Dalam setiap perbuatan hukum khususnya hukum perdata, akta memegang peranan yang sangat penting karena dapat dipergunakan sebagai alat bukti
terjadinyasuatu perbuatan hukum, disamping sebagai batasan tentang hak dan kewajibanmasing-masing pihak. Perlindungan hukum terhadap para pihak dalam
perjanjiankerjasama ini apabila ditinjau maka syarat-syarat baku yang dicantumkandalam perjanjian tersebut merupakan syarat yang layak dan wajar
dalam perjanjian yang memuat hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan perjanjian. Hal ini
perlu, karena aturan dan syarat-syarat perjanjian yang ditentukan secara sepihak oleh PT. Asusindo Servistama belum cukup melindungi kepentingan hukum para
pihak yangterlibat dalam perjanjian kerjasama ini.
176
Akta Otentik, http:rahmadvai.blogspot.co.id201404pengertian-dan-perbedaan-akta-
otentik.html , diakses pada tanggal 11 April 2017.
Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapatdilaksanakan dengan sukarela atau iktikad baikgood faith and good
will.Tetapi pada kenyataannya, perjanjian yang dibuat sering menjadi bermasalah karena berbagai faktor. Persoalannya, bagaimanakah cara penyelesaiansengketa
yang terjadi diantara para pihak. Secara yuridis pola penyelesaian sengketadapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. melalui pengadilan,
2. alternatif penyelesaian sengketa,
3. musyawarah.
177
Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu pola penyelesaiansengketa yang terjadi antara para pihak yang diselesaikan oleh
pengadilan.Putusannya bersifat mengikat. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan. Menurut Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, maka cara penyelesaiansengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa dibagi
menjadi 5 lima cara, yaitu : 1.
Konsultasi, 2.
Negosiasi, 3.
Mediasi, 4.
Konsiliasi, atau 5.
Penilaian Ahli.
178
177
Susanti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Arbitrase Dan Penerapan Hukumnya, Pranamedia Group, Jakarta, 2015, hal. 16.
178
Ibid.
88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan