Asas ini diatur dalam Pasal 1338 jo. 1347 KUHPerdata, yang dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak hanya mengikat
untuk apa yang secara tegas dinyatakan. Asas-asas hukum bersifat abstrak, yang terdiri dari nilai value yang
merupakan akar dari hukum positif lembaga legislatif dan pengadilan wajib berupaya menentukan bahwa hukum positif berupa perundang-
undangan dan putusan pengadilan wajib mampu mewujudkan asas-asas tersebut.
Harlien Budiono mengemukakan adanya hubungan timbal balik antara asas-asas hukum dan aturan-aturan hukum. Dapat dikatakan bahwa asas
hukum diakui keberadaan dan pengaruhnya oleh pembuat undang- undang.
58
D. Asas Kebebasan Berkontrak dan Kaitannya dengan Klausula
Perjanjian Kerjasama PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular
1. Pengertian Asas Kebebasan Berkontrak
Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya pahamindividualisme yang secara embrional lahir pada zaman Yunani yang
diteruskankaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman renaisans melalui, antara lainajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, Jhon Locke,
dan Rosseau. Menurutpaham individualisme, setiap orang bebas untuk memperoleh apa yangdikehendakinya.
59
58
Harlien Budiono, op. cit., hal. 89.
59
Salim dkk., Perancangan Kontrak Memorandum of Understanding MoU, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 2.
Kebebasan berkontrak adalah refleksi dari perkembangan paham pasar bebasyang dipelopori oleh Adam Smith dengan teori ekonomi klasiknya
berdasarkanpemikirannya pada ajaran hukum alam. Hal yang sama menjadi dasar pemikiranJeremy Bentham yang dikenal dengan utilitarianism. Utilitarianism dan
teori ekonomiklasik laissez faire dianggap saling melengkapi dan sama-sama menghidupkanpemikiran liberal modernsilistis.
60
Asas kebebasan berkontrak mengandung arti bahwa seseorang bebasmembuat atau tidak membuat perjanjian, bebas menentukan isi berlakunya
dansyarat-syarat perjanjian dengan bentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih Undang-Undang mana yang akan dipakainya untuk perjanjian itu.
61
Dalamperkembangannya, kebebasan berkontrak hanya bisa mencapai tujuan bila para pihakmempunyai kedudukanyang seimbang. Jika salah satu
pihaklemah makapihak yang memiliki kedudukan lebih kuat dapat memaksakan kehendaknyauntuk menekan pihak lain demi keuntungan dirinya sendiri. Syarat-
Asas kebebasanberkontrak freedom of contract dapat di simpulkan dari ketentuan
Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang di buat secara sahakan mengikat sebagai Undang-undang bagi para pembuatnya.
Perkembangan kebebasan berkontrak dapat mendatangkan ketidakadilankarena prinsip ini hanya dapat mencapai tujuannya, yaitu
mendatangkankesejahteraan seoptimal mungkin, bila para pihak memiliki kedudukanyangseimbang. Dalam kenyataan hal tersebut sering tidak terjadi
demikian sehingganegara menganggap perlu campur tangan untuk melindungi pihak yang lemah.
60
P.S. Atiyah, Hukum Kontrak, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1979, hal. 324.
61
Purwahid Patrik, Dasar-dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung, 2004, hal. 6.
syarat atauketentuan dalam kontrakperjanjian untuk waktu tertentu yang semacam itu akhirnyaakan melanggar aturan-aturan yang adil dan layak.
Keadaan tersebut di atas bisa berlaku dalam hubungan perjanjian antaramajikan dengan buruh yang kemudian menimbulkan hal-hal yang negatif
dalam artipihak yang mempunyai kedudukan yang kuat dapat memaksakan kehendaknya kepada pihak yang lemah, dan pihak yang kuat mendapat
keuntungan dari tindakannya tersebut. Asas kebebasan berkontrak ini terkandung dalam Pasal1338 ayat 1 KUHPerdata yang berbunyi: “Semua perjanjian yang
dibuat secara sahberlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Denganmenekankan pada perkataan semua, maka Pasal tersebut seolah-olah
berisikansuatupernyataan kepada masyarakat untuk diperbolehkan membuat perjanjian yangberupa danberisi tentang apa saja dan diperbolehkan pula membuat
undang-undang sendiri,asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Lebih tegasnya para pihak yang membuat
perjanjian dapat menciptakan suatuketentuan sendiri untuk kepentingan mereka sesuai dengan apa yang dikehendaki.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa asaskebebasan berkontrak adalah suatu asas yang memberikan kebebasan kepada
parapihak untuk:
62
1. membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
3. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
4. menentukan bentuknya perjanjian yaitu tertulis atau lisan.
62
Ibid., hal. 67.
Ad.1. Kebebasan bagi para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian Kebebasan ini mengandung pengertian bahwa para pihak bebas
untukmembuat atau tidak membuat perjanjian, tidak ada paksaan bagi para pihakuntuk membuat atau tidak membuat perjanjian. Dikatakan tidak ada
paksaan,apabila pihak yang membuat perjanjian tidak berada di bawah ancaman, baikdengan kekerasan jasmani maupun upaya yang bersifat menakut-
nakuti,misalnya akan membuka rahasia atau merusak hartanya, sehingga dengan demikian yang bersangkutan terpaksa menyetujui perjanjian tersebut Pasal 1324
KUHPerdata. Ad.2. Kebebasan untuk menentukan dengan siapa para pihak akan mengadakan
perjanjian KUH Perdata maupun ketentuan perundang-undangan lainnya tidak
melarangbagi seseorang untuk membuat perjanjian dengan pihak manapun juga yang dikehendakinya. Undang-undang KUHPerdata hanya menetukan bahwa
orang-orangtertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian sebagaimana di aturdalam Pasal 1330 KUHPerdata. Oleh karena itu, kita bebas untuk menentukan
dengan siapa kita akan mengadakan perjanjian. Ad.3. Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan perjanjian dengan bentuk
tertentu atau tidak Pada umumnya perjanjian terikat pada suatu bentuk tertentu. Dalam
kehidupansehari-hari, perjanjian di buat dengan 2 dua bentuk, yaitu ; Perjanjian secaratertulis dan perjanjian secara tidak tertulislisan. Kedua bentuk tersebut
sama kekuatanyadalam arti bahwa bentuk perjanjian tersebut sama kedudukanya untuk dapat dilaksanakan oleh para pihak. Namun, secara yuridis untuk perjanjian
tertulis dapat dengan mudah di jadikan sebagai alat bukti apabila sampai terjadipersengketaan.
63
Mengenai perjanjian tersebut Mariam Darus Badrulzaman mencontohkan padaperjanjian untuk mendirikan Perseroan Terbatas yang harus dengan
aktaNotaris Pasal 38 Kitab Undang-undang Hukum Dagang. Sedangkan perjanjian secara tidak tertulislisan akan lebih
sulitpembuktiannya apabila terjadi persengketaan karena di samping harus dapatmenunjukan saksi-saksi, juga harus dibuktikan dengan adanya iktikad baik
daripihak-pihak yang terlibat dalam perjanjian. Apabila salah satu pihakmempunyai iktikad tidak baik misalnya mengingkari kesepakatan, maka
halini akan menyulitkan pihak lain dalam membuktikan keabsahan perjanjianyang di maksud.
Menurut Mariam Darus Badrulzaman, untuk beberapa perjanjian tertentuUndang-undang menentukan adanya suatu bentuk tertentu tertulis.
Apabilabentuk tertentu itu tidak di ikuti, maka perjanjian menjadi tidak sah. Dengandemikian, perjanjian secara tertulis tidaklah hanya semata-mata
merupakan alatpembuktian saja, tetapi merupakan syarat untuk adanya perjanjian itu.
64
Secara yuridis, eksistensi perjanjian baku masih dipertanyakan karena masihada yang setuju dengan adanya perjanjian tersebut, tetapi juga ada sarjana
yangmenolak perjanjian jenis tersebut. Menurut Stein dalam Hasanudin Rahman, Ad.4. Kebebasan bagi para pihak untuk menentukan isi, berlaku dan syarat-syarat
perjanjian
63
Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001, hal. 65.
64
Ibid., hal. 57.
bahwa dasar berlakunya perjanjian baku standar ini adalah berdasarkan fiksi, adanya kemauan dan kepercayaanyangmembangkitkan kepercayaan bahwa para
pihak mengikatkan diri padaperjanjian itu. Jika dia menerima perjanjian itu, berarti dia secara sukarelasetuju pada isi perjanjian itu.
65
Hondius juga menyatakan bahwa suatu perjanjian baku mempunyai kekuatanhukum berdasarkan kebiasaan gebruik yang berlaku dalam
masyarakat. Selanjutnya, Asser–Rutten dalam Munir Fuady menyatakan bahwa
seseorangmengikat diri pada perjanjian baku karena dia sudah menandatangani perjanjiantersebut, sehingga dia harus di anggap mengetahui, serta menghendaki
dankarenanya bertanggungjawab kepada isi perjanjian tersebut. Senada dengan itu,
66
2. Kaitan Asas Kebebasan Berkontrak dengan Klausula Perjanjian Kerjasama
Antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular Setiap Perjanjian Kerjasama pasti terbentuk berdasarkan asas kebebasan
berkontrak maupun asas keseimbangan. Hal yang sama juga berlaku terhadap perjanjian tentang kerjasama antara PT. Asusindo Servistama dengan Medan
Selular. Dilihat dari pengertian asas kebebasan berkontrak di atas, suatu perjanjian baik perjanjian kerjasama tidaklah luput dari yang namanya asas kebebasan
berkontrak dan asas keseimbangan.
65
Hasanudin Rahman, http:dikaunimed2010.blogspot.co.id201203kontrak-dan-penye
lesaiannya.html , diakses pada tanggal 07 April 2017.
66
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 86.
Yang dibahas disini adalah, apakah perjanjian ini telah memenuhi asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan sesuai dengan asas perjanjian yang
ada ? Setelah meneliti dan mempelajari lebih jauh mengenai Perjanjian
Kerjasama Antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular, dapat dilihat bahwa bentuk perjanjian kerjasama ini adalah perjanjian baku standar yang
dimana isi klausula perjanjian ditentukan secara sepihak oleh PT. Asusindo Servistama yang secara sengaja maupun tidak sengaja telah mengabaikan asas
kebebasan berkontrak serta asas keseimbangan para pihak yang dimana suatu kontrakperjanjian yang dibuat secara sepihak pasti menguntungkan pihak
pertama atau pihak yang membuat isi klausula dari perjanjian tersebut. Walaupun perjanjian kerjasama ini adalah perjanjian baku standar, yang
juga isi klausula ditentukan secara sepihak, hal ini tidak lantas membuat perjanjian ini cacat hukum dapat dibatalkan ataupun batal demi hukum
dikarenakan perjanjian ini sama sekali tidak melanggar syarat-syarat perjanjian yang termuat dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
Dalam hal ini perjanjian tetap dikatakan sah karena adanya kesepakatan kedua belah pihak dimana pihak pertama yaitu PT. Asusindo Servistama dan
pihak kedua yaitu Medan Selular sama-sama sepakat dan menandatangani isi klausula kontrak perjanjian kerjasama tersebut, sehingga dimata hukum perjanjian
ini adalah sah karena sama sekali tidak bertentangan dengan syarat-syarat perjanjian yang tertera dalam Pasal 1320 KUHPerdata baik syarat subjektif
maupun syarat objektif.
Setelah mewawancara ownerpemilik toko Medan Selular yaitu Bapak Edy Santo, akhirnya dapat diketahui bahwa perjanjian kerjasama ini adalah suatu
perjanjian yang mau tidak mau harus di sepakati, atau sering disebut dengan istilah asing “take it or leave it” yang artinya bahwa jika tidak disepakati maka
silahkan melepaskan benefit keuntungan yang didapat dari perjanjian kerjasama tersebut. Jika perjanjian kerjasama ini tidak disepakati maka ketika Medan Selular
menjual produk Asus, maka mereka tidak akan mendapatkan benefitkeuntungan tambahan dari PT. Asusindo Servistama. Benefit Keuntungan tambahan yang
ditawarkan oleh PT. Asusindo Servistama ini adalah berupa insentif uang tunai apabila mencapai target sesuai dengan yang telah diperjanjikan dalam perjanjian
kerjasama tersebut. Dari hal segi kedudukan keseimbangan dalam perjanjian ini pun sangat
memberatkan posisi pihak kedua, dikarenakan dalam klausula perjanjian hanya di bahas mengenai kewajiban dari pihak kedua yaitu Medan Selular, sedangkan
kewajiban dari pihak pertama yaitu PT. Asusindo Servistama tidak dijelaskan sama sekali. Adapun beberapa pasalpoint pada perjanjian ini hanya memberatkan
perjanjian kepada pihak kedua seperti yang tertera pada point 7.2 “ASUS mempunyai hak untuk memodifikasi ataupun menghentikan program dengan
pemberitahuan terlebih dahulu 30 hari sebelumnya kepada AP ASUS Partner
67
67
Yang dimaksud dengan AP ASUS Partner disini adalah pihak kedua yaitu Medan Selular.
dan point 7.3 “Setiap pelanggaran dari AP ASUS Partner atau setiap
penipuan terhadap informasidokumen yang diberikan AP ASUS Partner akan berakibat segera dihentikannya program ini”.
68
Dalam hal ini isi klausula perjanjian kerjasama ini sesungguhnya telah mengabaikan asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan sesuai dengan
asas hukum perjanjian yang terlihat secara jelas dan nyata. Namun kekuasaan power dari kedudukan PT. Asusindo Servistama sangat besar, sehingga akan
sangat sulit atau hampir tidak mungkin mustahil untuk membuat isi klausula perjanjian kerjasama secara bersama dalam menentukan isi pasalpoint dalam
perjanjian kerjasama ini. Seharusnya dalam suatu perjanjian tercantum hak dan Dikaji dari 2 dua point tersebut, hal ini tentu memberatkan salah satu
pihak yaitu pihak kedua, kedua point ini hanya membahas mengenai bagaimana kekuasaan yang dapat dilakukan pihak pertama yaitu PT. Asusindo Servistama
terhadap pihak kedua yaitu Medan Selular selaku AP ASUS Partner apabila pihak kedua melanggar ketentuan point tersebut, maka dapat dihentikan secara
sepihak perjanjian kerjasama tersebut dan pihak pertama juga berhak secara sepihak memodifikasi ataupun menghentikan program tersebut secara sepihak
dengan pemberitahuan terlebih dahulu. Disini sangat terlihat jelas ketimpangan atau ketidakseimbangan kedudukan dalam perjanjian kerjasama ini.
Namun seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa perjanjian kerjasama ini mau tidak mau, suka tidak suka harus disepakati dan ditandatangani. Karena
apabila tidak diambildisepakati, maka sepertinya yang dikatakan sebelumnya, benefit keuntungan tambahan apabila menjual produk ASUS tidak akan di
dapatkan oleh pihak Medan Selular.
68
Point 7.2 dan 7.3 dalam Perjanjian Kerjasama antara PT. Asusindo Servistama dan Medan Selular.
kewajiban para pihak secara seimbang demi memenuhi unsur asas kebebasan berkontrak dan asas keseimbangan.
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang