Pasal 1460 KUHPerdatakita mengambil peraturan yang termaksud dalam Pasal 1545 KUHPerdata untuk tukar-menukar sebagai pedoman, yaitu meletakkan
risiko pada pundak pemilik barang yang dipertukarkan. Pemilik adalah debitur terhadap barang yang dipertukarkan dan musnah sebelum diserahkan.
147
B. Prinsip Tanggung Jawab
Prinsip tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalamhukum perdata. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumendiperlukan
kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawabdan seberapa jauh tanggng jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait.
148
Secara umum, prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dapatdibedakan sebagai berikut:
149
1. Kesalahan liability based on fault
2. Praduga selalu bertanggung jawab presumption of liability
3. Praduga tidak selalu bertanggung jawab presumption of nonliability
4. Tanggung jawab mutlak strict liability
5. Pembatasan tanggung jawab limitation of liability.
Ad.1. Prinsip Tanggung Jawab Berdasarkan Unsur Kesalahan Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan adalah prinsip yang
cukupumum berlaku dalam hukum pidana dan perdata. Dalam KUHPerdata, khususnya Pasal 1365, 1366, dan 1367, prinsip ini dipegang secara teguh.
150
147
Ibid., hal. 63.
148
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Grasindo, Jakarta, 2000, hal. 59.
149
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Cetakan ke-4, Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 92.
150
Shidarta, op.cit., hal. 59-61.
Prinsip inimenyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggung- jawabannya secarahukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Dalam
Pasal 1365KUHPerdata yang lazim dikenal sebagai pasal tentang perbuatan melawan hukum,mengharuskan terpenuhinya empat unsur pokok, yaitu:
1. Adanya perbuatan;
2. Adanya unsur kesalahan;
3. Adanya kerugian yang diderita;
4. Adanya hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.
Ad.2. Prinsip Praduga untuk Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab,
sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada ada pada si tergugat.
Ad.3. Prinsip Praduga untuk Tidak Selalu Bertanggung Jawab Prinsip ini adalah kebalikan dari prinsip kedua. Prinsip ini untuktidak
selalu bertanggung jawab hanya dikenal dalam lingkup transaksikonsumen yang sangat terbatas, dan pembatasan demikian biasanya secaracommon senseakal
sehatdapat dibenarkan.
151
Contoh dalam penerapan prinsip ini adalahhukum pengangkutan, kehilangan atau kerusakan pada bagasi kabin atau bagasitangan yang biasanya
dibawa dan diawasi oleh si penumpang konsumenadalah tanggung jawab dari penumpang. Dalam hal ini, pengangkut pelakuusaha tidak dapat diminta
pertanggungjawabannya.
151
Ibid., hal. 62-63.
Ad.4. Prinsip Tanggung Jawab Mutlak Prinsip tanggung jawabmutlak sering diidentikkan dengan prinsip
tanggung jawab absolut absoluteliability. Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan keduaterminologi diatas.
152
1. Konsumen tidak dalam posisi menguntungkan untuk membuktikan
adanya kesalahan dalam suatu proses produksi dan distribusi yang kompleks;
Strict liability adalah prinip tanggung jawab yangmenetapkan kesalahan tidak sebagai faktor yang
menentukan. Namun, adapengecualian-pengecualian yang memungkinkan untuk dibebaskan daritanggung jawab, misalnya keadaan force majeure. Sebaliknya,
absolute liabilityadalah prinsip tanggung jawab tanpa kesalahan dan tidak ada pengecualian.
Menurut R.C. Hoeber et.al., biasanya prinsip tanggung jawab mutlak ini diterapkan karena :
2. Diasumsikan produsen lebih dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu
ada gugatan atas kesalahannya, misalnya dengan asuransi atau menambah komponen biaya tertentu pada harga produknya;
3. Asas ini dapat memaksa produsen lebih hati-hati.
Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk “menjerat” pelaku usaha, khususnya produsen
barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggung jawab itu dikenal dengan nama Product Liability. Menurut asas ini, produsen
152
Ibid.
wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya.
Ad.5. Prinsip Tanggung Jawab dengan Pembatasan Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan sangat disenangi oleh pelaku
usaha untuk dicantumkan sebagai klasula eksonerasi klausula pengecualian kewajibantanggung jawab dalam perjanjian
153
dalam perjanjian standar yangdibuat. Dalam perjanjian cuci cetak film misalnya, ditentukan bila film
ingindicucidicetak itu hilang danatau rusak termasuk akibat kesalahan petugas,maka konsumen hanya dibatasi ganti kerugian sebesar sepuluh kali harga
saturol film baru.
154
Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen biladitetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999
tenrang Perlindungan Konsumen seharusnya pelakuusaha tidak boleh secara sepihak menetukan klausul yang merugikankonsumen, termasuk membatasi
maksimal tanggung jawabnya. Jika adapembatasan mutlak harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yangjelas.
155
C. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Antara