5.4 Hubungan Pola Makan dengan Obesitas
5.4.1 Hubungan Kecukupan Energi dengan Obesitas
Gambar 5.5 Diagram Batang Hubungan Kecukupan Energi dengan Obesitas pada Siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun
2016
Berdasarkan gambar 5.5 dapat dilihat bahwa pada siswa dengan kecukupan energi lebih proporsi obesitas adalah 84,2 dan pada siswa dengan
kecukupan energi tidak lebih proporsi obesitas adalah 27,1. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=
0,001 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara kecukupan energi dengan obesitas pada siswa di SMP Negeri 1
Tebing Tinggi tahun 2016. Obesitas pada siswa dengan kelebihan energi dibandingkan siswa yang
tidak kelebihan energi memiliki Ratio Prevalence RP sebesar 3,102 dengan 95 CI 2,017-4,771. Hal ini berarti, kelebihan energi merupakan faktor risiko
terjadinya obesitas. Pola makan yang menjadi pencetus obesitas adalah mengonsumsi
makanan dalam porsi besar, makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi 84.2
27.1 15.8
72.9
20 40
60 80
100
Lebih Tidak Lebih
P rop
or si
Kecukupan Energi dengan Obesitas
Obesitas Tidak Obesitas
Universitas Sumatera Utara
karbohidrat, dan rendah serat Sudargo et al, 2014. Kelebihan energi yaitu apabila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan maka
akan diubah menjadi lemak tubuh yang dapat mengakibatkan berat badan berlebih atau obesitas Cakrawati dan NH, 2012
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Priyanto 2008 pada remaja SMP di Semarang dengan uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai
p=0,02 p0,05 artinya ada hubungan antara kecukupan energi dengan obesitas.
5.4.2 Hubungan Kebiasaan Makan Utama dengan Obesitas
Gambar 5.6 Diagram Batang Hubungan Kebiasaan Makan Utama dengan Obesitas pada Siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun
2016
Berdasarkan gambar 5.6 dapat dilihat bahwa pada siswa dengan kebiasaan makan utama
3xhari
proporsi obesitas adalah 58,3 dan siswa dengan kebiasaan makan utama
≤3xhari
proporsi obesitas adalah 36,4. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher diperoleh nilai p=0,205
dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti tidak terdapat hubungan yang 58.3
36.4 41.7
63.6
10 20
30 40
50 60
70
3xhari ≤3xhari
P rop
or si
Kebiasaan Makan Utama dengan Obesitas
Obesitas Tidak Obesitas
Universitas Sumatera Utara
bermakna antara kebiasaan makan utama dengan obesitas pada siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi tahun 2016.
Kebiasaan makan berasal dari budaya kelompok yang diajarkan kepada anggota keluarga. Keluarga Indonesia umumnya makan 3 kali sehari yaitu pada
saat sarapan pagi, makan siang, dan makan malam Budiyanto, 2004 Bukan hanya makan yang berlebihan saja yang dapat mempengaruhi
obesitas, suka mengemil makanan jajanan juga dapat mengakibatkan obesitas seperti minuman bersoda, permen, bakso, dan lain-lain. Biasanya makanan dan
minuman seperti ini memiliki kandungan kalori dan gula atau garam yang tinggi Proverawati, 2010.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hayati 2009 di Jakarta dengan uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai p=0,262 artinya
tidak terdapat hubungan antara kebiasaan makan utama dengan obesitas.
5.4.3 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Jajanan dengan Obesitas