Berdasarkan Tempat Jenis Kelamin Pendidikan Orangtua

pada remaja di Minahasa adalah 26,33 yang terdiri dari 4,30 remaja laki-laki dan 22.03 remaja perempuan Kussoy et al, 2013. Hal ini menunjukkan bahwa, obesitas dapat terjadi baik pada laki-laki maupun pada perempuan namun prevalensi perempuan yang obesitas lebih banyak daripada laki-laki.

a. Berdasarkan Tempat

Obesitas tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi juga terjadi di negara-negara berkembang. Di Amerika Serikat, prevalensi obesitas pada usia 12 – 19 tahun sebesar 20,5 pada tahun 2011 – 2012 Ogden et al , 2013. Di Inggris, prevalensi obesitas pada usia 11 – 15 tahun sebesar 19,9 pada tahun 2013 diantaranya obesitas pada anak laki-laki sebesar 20,4 sedangkan pada anak perempuan sebesar 19,4 HSE, 2015. Di Malaysia, prevalensi obesitas pada remaja mencapai 6,6. Di Cina, kurang lebih 10 remaja mengalami obesitas, sedangkan di Jepang, prevalensi obesitas pada umur 6-14 tahun berkisar antara 5- 11 Adriani dan Wijatmadi, 2012. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi gemuk dan obesitas pada remaja umur 13 – 15 tahun sebesar 10,8, terdiri dari 8,3 gemuk dan 2,5 sangat gemuk atau obesitas. Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi kegemukan diatas nasional, yaitu Jawa Timur 8,9, Kepulauan Riau 9,2, DKI Jakarta 9,4, Bengkulu 12,1, Sumatera Selatan 9,5, Kalimantan Barat 9,6, Sumatera Utara 10,9, Bangka Belitung 9,7, Bali 9,7, Kalimantan Timur 11,3, Lampung 11,4, Sulawesi Utara 13,1 dan Papua 13,8.

b. Berdasarkan Waktu

Menurut WHO 2015, prevalensi obesitas di seluruh dunia mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2014. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa di seluruh dunia berusia 18 tahun ke atas Universitas Sumatera Utara mengalami kelebihan berat badan. Di Amerika Serikat, prevalensi obesitas pada usia 12 – 19 tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Obesitas pada anak laki-laki mengalami peningkatan pada tahun 2009 – 2010 sebesar 19,6 menjadi 20,3 pada tahun 2011 – 2012 dan obesitas pada anak perempuan juga mengalami peningkatan dari 17,1 pada tahun 2009 – 2010 menjadi 20,7 pada tahun 2011 – 2012 Ogden et al, 2013. Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi kegemukan pada usia 13 – 15 tahun juga mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2013. Pada tahun 2010, prevalensi kegemukan di Indonesia sebesar 2,5 menjadi 10,8 pada tahun 2013.

2.3.2 Determinan

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin. Di negara-negara maju, karena merupakan masalah kesehatan masyarakat, penelitian yang berkaitan dengan obesitas cukup banyak dilakukan. Dari survey yang dilakukan terhadap populasi dewasa umur 20 – 74 tahun dan Amerika Serikat, dilaporkan bahwa obesitas lebih banyak dijumpai pada kaum wanita dibanding pria Misnadiarly,2007. Obesitas tiga kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan metabolisme pada wanita lebih rendah Adriani dan Wijatmadi, 2012.

b. Pendidikan Orangtua

Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizi karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik. Pengetahuan gizi tentang gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga karena pengetahuan gizi mempunyai peranan Universitas Sumatera Utara yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI, 2014. c. Pola Makan 1 Kecukupan Energi Pola makan remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh remaja untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jumlah makanan yang cukup sesuai dengan kebutuhan akan menyediakan zat-zat gizi yang cukup pula bagi remaja guna menjalankan kegiatan fisik yang sangat meningkat. Pola makan pada dasarnya merupakan variabel yang secara langsung berhubungan dengan status gizi. Pola makan diketahui dengan banyak cara antara lain dengan menilai asupan gizi Hendrayati et al, 2010. Kebutuhan energi diperlukan remaja untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Pada remaja perempuan usia 13 – 15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2.125 kalhari sedangkan pada remaja laki-laki usia 13 – 15 tahun kebutuhan energinya sebesar 2.475 kalhari Kementerian Kesehatan RI, 2013. Apabila ingin melakukan perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang, biasanya dilakukan perbandingan pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG Supariasa, 2002. Kecukupan energi = Konsumsi Angka Kecukupan Energi x Universitas Sumatera Utara 2 Kebiasaan Makan Utama Menurut Budiyanto 2004, kebiasaan makan utama diukur berdasarkan frekuensi makan dengan mengonsumsi sejumlah makanan lengkap dalam satu hari. Kebiasaan makan berasal dari budaya kelompok yang diajarkan kepada anggota keluarga. Keluarga Indonesia pada umumnya makan 3 kali sehari yaitu pada saat sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan dua kali sehari yaitu makan siang dan malam. 3 Kebiasaan Konsumsi Jajanan Kebiasaan senang mengonsumsi jajanan membuat tubuh memperoleh tambahan energi sehingga tanpa disadari asupan energi ke dalam tubuh melebihi kebutuhan dan dampaknya berupa bertambahnya timbunan lemak dalam tubuh. Kebiasaan seperti itu akan memudahkan terjadinya obesitas pada usia remaja Moehyi, 2003. Jenis makanan jajanan menurut Kementerian Kesehatan RI 2011 dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu : a. Makanan sepinggan Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan yang dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di tempat penjualan. Contoh makanan sepinggan, yaitu mie instan, nasi goreng, siomay, pizza, burger, bakso, mi ayam dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara b. Makanan camilan Makanan camilan adalah makanan yang dikonsumsi diantara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari makanan camilan basah dan makanan camilan kering. Makanan camilan basah dapat disiapkan di rumah terlebih dahulu atau disiapkan di tempat penjualan, seperti pisang goreng, lemper, lumpia, risoles, dan lain-lain. Makanan camilan kering umumnya diproduksi oleh industri pangan baik industri besar, industri kecil, dan industri rumah tangga, seperti produk ekstrusi brondong, keripik, biskuit, kue kering, coklat dan lain-lain. c. Minuman Kelompok minuman yang biasanya dijual meliputi yang pertama air minum, baik dalam kemasan maupun yang disiapkan sendiri. Kedua, minuman ringan seperti minuman sari buah, minuman berkarbonasi, es sirup dan lain-lain. Ketiga, minuman campur seperti es buah, es cendol, es doger, dan lain-lain.

d. Aktifitas Fisik