41
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Proporsi Obesitas
Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Obesitas pada Siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.1 dapat dilihat bahwa, proporsi obesitas pada siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi tahun 2016 adalah sebesar 39,3 dan proporsi
tidak obesitas adalah sebesar 60,7. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktoral yang terjadi akibat
akumulasi jaringan lemak berlebihan sehingga dapat mengganggu kesehatan Sudoyo et al, 2010
Hasil penelitian Afrienny 2012 menyatakan proporsi obesitas pada siswa di SMP Negeri 34 Medan sebanyak 56 dari 100 orang siswa.
Dampak obesitas pada siswa salah satunya adalah pengaruh terhadap prestasi belajar. Pada anak dan remaja yang mengalami obesitas dapat
menurunkan kecerdasan anak, karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi 60.7
39.3
Status Obesitas
Tidak Obesitas Obesitas
Universitas Sumatera Utara
menurun dan cenderung malas Adriani dan Wijatmadi, 2012. Hasil penelitian
Pyle 2006 menyebutkan bahwa siswa yang obesitas memiliki peringkat yang lebih rendah dibandingkan siwa yang memiliki berat badan normal.
Obesitas juga merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Sementara itu, obesitas pada usia remaja cenderung berlanjut hingga
usia dewasa dan lansia Arisman, 2010.
5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas
Gambar 5.2 Diagram Batang Hubungan Jenis Kelamin dengan Obesitas pada Siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.2 dapat dilihat bahwa pada siswa dengan jenis kelamin perempuan proporsi obesitas adalah 51,9 dan siswa dengan jenis
kelamin laki-laki proporsi obesitas adalah 21,6. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p=
0,004 dengan tingkat kepercayaan 95, hal ini berarti ada hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas pada siswa di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi tahun 2016.
51.9
21.6 48.1
78.4
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Perempuan Laki-Laki
P rop
ors i
Jenis Kelamin dengan Obesitas
Obesitas Tidak Obesitas
Universitas Sumatera Utara
Obesitas pada siswa perempuan dibandingkan dengan siswa laki-laki memiliki Ratio Prevalence RP sebesar 2,401 dengan 95 CI 1,233-4,678. Hal
ini berarti, jenis kelamin perempuan merupakan faktor risiko terjadinya obesitas. Jenis kelamin adalah suatu akibat dari dimorfisme seksual yang pada
manusia dikenal menjadi laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin tampaknya ikut berperan dalam timbulnya obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis
kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada perepuan. Obesitas pada perempuan disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena kondisi ini
muncul pada saat adanya perubahan hormonal Salmah, 2013. Peningkatan massa tubuh, massa tulang, dan lemak tubuh yang terjadi saat
pubertas pada anak perempuan lebih banyak dibandingkan dengan anak laki-laki Brown et al, 2014.
Selain karena adanya perubahan hormonal pada perempuan yang mengakibatkan massa lemak perempuan lebih banyak pada saat pubertas, kejadian
obesitas juga dipengaruhi oleh pola makan yang tidak sehat contohnya dengan mengonsumsi makanan jajanan yang mengandung kalori tinggi dan kurangnya
aktivitas fisik. Dari hasil penelitian ini, diperoleh siswa yang sering 3xminggu mengonsumsi jajanan adalah sebesar 57,3 dan aktivitas fisik kurang aktif
sebesar 60,7. Siswa yang melakukan kegiatan senam hanya sebanyak 27 orang 30,3, olahraga hanya sebanyak 32 orang 36,0, dan ekstrakulikuler hanya
sebanyak 23 orang 25,8. Padahal ketiga jenis kegiatan tersebut yang berkontribusi agar tubuh lebih banyak mengeluarkan energi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Saragih 2014 dengan uji statistik menggunakan chi square didapatkan nilai p=0.003 maka secara statistik
terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan obesitas. Penelitian tersebut menyatakan proporsi obesitas pada siswa perempuan lebih tinggi yaitu sebanyak
50,6 daripada siswa laki-laki yaitu sebanyak 49,4.
5.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Orangtua dengan Obesitas