lainnya. Dengan analisis gender pula peneliti dapat melihat sebuah bentuk ketidakadilan gender.
Tiga hal yang menyebabkan terjadinya ketimpangan gender yaitu, pertama akar sosial budaya dimana ketimpangan gender itu tersusun menjadi suatu realitas
objektif, kedua melihat pada proses pemberian makna dan pemeliharaan ketimpangan secara terus-menerus, ketiga melihat pada integrasi pasar yang
memiliki peran penting dalam segmentasi antara laki-laki dan perempuan Irwan, 2001. Kemudian Mosse, 1996 menambahkan adanya faktor teknologi dalam
agribisnis juga mempengaruhi ketimpangan tersebut, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat relasi gender dan diskriminasi terhadap perempuan
pada komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, khususnya karena adanya
teknologi atau inovasi baru dalam agribisnis paprika. Teknologi paprika merupakan salah satu teknik baru dalam pertanian di
Kampung Pasirlangu, dengan adanya teknologi baru ini mempengaruhi relasi gender dalam struktur masyarakat petaninya. Pola tanam yang semula
menggunakan konsep pertanian tradisonal dimana komoditi yang diusahakan hanyalah labu siam saja kemudian mulai bergeser ke arah pertanian yang modern
dimana keseluruhan dari sistem itu disebut agribisnis.
Konsep gender sangat berpengaruh dalam pembangunan pertanian, terutama aspek manusia yang berkecimpung didalamnya. Untuk mengetahui relasi
gender yang terjadi pada agribisnis paprika ini dibutuhkan beberapa alat yaitu profil pembagian kerja, profil akses dan juga profil kontrol. Dengan menggunakan
ketiga pisau analisis tersebut akan diperoleh adanya ketidakadilan gender yang terjadi baik berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan maupun
beban kerja. Hal ini akan menampakkan adanya ketimpangan gender dalam sektor agribisnis.
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Keterangan : mempengaruhi
Pembangunan Konsep Gender
Analisis Gender - Pembagian kerja
- Akses - Kontrol
Ketidakadilan Gender - Marginalisasi
- Subordinasi - Stereotipe
- Kekerasan - Beban Kerja
Penyebab Ketidakadilan Gender
- akar budaya - proses pemberian
makna dan pemeliharaan
ketimpangan gender - Integrasi pasar
dalam segmentasi jenis kelamin
Agribisnis
Pertanian Tradisional
Relasi Gender Teknologi
2.3. Definisi Operasional
1. Petani adalah orang yang bekerja pada sektor pertanian dan sebagian besar
penghasilannya didapat dari sektor pertanian. 2.
Agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan storage, distribusi dan processing bahan dasar dari
usahatani; serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan.
3. Usahatani adalah kegiatan di bidang pertanian yang mengorganisasikan
alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi bidang pertanian. Ada dua jenis usahatani yaitu subsisten dan komersil.
4. Rumahtangga petani adalah tumahtangga dengan anggotanya adalah
sepasang suami dan istri yang melakukan kegiatan mengusahakan komoditi paprika maupun labu siam dengan tujuan atau sebagian atau seluruh hasilnya
dijual melalui koperasi untuk mendapatkan keuntungan atau resiko sendiri. 5.
Pembagian kerja gender adalah pembagian kerja dalam rumahtangga antara laki-laki dan perempuan baik atas kesepakatan bersama ataupun karena
Adanya pengaruh struktur budaya dalam masyarakat. 6.
Akses adalah kesempatan yang dimiliki oleh rumahtangga subyek kasus untuk menggunakan sumberdaya ataupun hasilnya yang berkaitan dengan
kegiatan produktif seperti lahan, dan modal namun tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan bagaimana cara menggunakan
sumberdaya tersebut. Akses dapat diukur dengan membandingkan jumlah subyek kasus laki-laki dan perempuan yang menyatakan akses terhadap
sumberdaya yang dikelola dalam usahatani.
7. Kontrol adalah kekuasaan atau wewenang dalam mengambil keputusan yang
dilakukan oleh individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam kaitannya dengan penggunaan sumberdaya dalam usahatani. Variabel kontrol diukur
melalui frekuensi pengambilan keputusan dalam beragam kegiatan dan sumberdaya.
8. Gender adalah peran yang diberikan kepada seseorang karena adanya
pengaruh budaya atau interpretasi kultural yang mencakup perilaku-perilaku khusus seperti dalam hal berpakaian, bersikap, kepribadian, pekerjaan,
seksualitas, tanggungjawab
keluarga yang
secara bersama-sama
memperlihatkan peran gender. 9.
Analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi secara sistematis tentang laki-laki maupun perempuan untuk mengidentifikasi
kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mampengaruhinya.
10. Alat analisis gender adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya
perbedaan atau saling ketergantungan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang
diperoleh laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan. 11.
Relasi gender adalah pandangan tentang adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah status dan peran, yang menggambarkan
adanya ketidakadilan gender. 12.
Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.
13. Isu-isu ketidakadilan gender ada 5 yaitu marginalisasi proses pemiskinan
ekonomi, subordinasi peminggiran peran, stereotipe pelabelan negatif, kekerasan violence serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak
burden. 14.
Kegiatan Produktif adalah kegiatan dalam usahatani yang langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang. Hal ini dapat terlihat dari peran
laki-laki dan perempuan dalam curahan waktu melalui pembagian kerja antara suami dan istri.
15. Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan baik berupa uang maupun barang tapi menjamin kelangsungan hidup keluarga. Data didapat dengan menggunakan metode recall sehari
yang lalu dengan satuan jam per hari. 16.
Kegiatan SosialKemasyarakatan adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat setempat atau kerabat dekat, seperti hajatan dan
gotong-royong. Dilihat dari keikutsertaan seseorang dalam kegiatan tersebut dan curahan waktunya diukur dengan menggunakan metode recall sebulan
yang lalu dan dikonversi dengan ukuran jam per hari dalam satu bulan terakhir.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan strategi studi kasus pada
komunitas petani paprika dan labu siam. Keutamaan strategi ini terletak pada kemampuannya mengungkap sekaligus dua tujuan utama penelitian kualitatif, yaitu
kekhasan dan kompleksitas dari suatu kejadian atau gejala sosial dengan mendasarkan pada pandangan subjektif pelaku dalam suatu kejadian atau gejala sosial
tersebut Sitorus, 1998. Strategi studi kasus digunakan untuk melihat gejala ketidakadilan gender
dalam agribisnis paprika. Oleh karena itu, dikaji lebih lanjut pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika dan labu siam, akses dan kontrol terhadap sumberdaya
dan manfaat dalam pengelolaan agribisnis paprika dan pembudidayaan labu siam.
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja purposive
atas dasar pertimbangan daerah ini merupakan daerah penghasil paprika terbesar di Indonesia dimana didalamnya dapat dijumpai rumahtangga yang bekerja pada
agribisnis tersebut, dan juga karena adanya pergeseran komoditi yang dibudidayakan yaitu labu siam menjadi paprika. Penelitian dilakukan pada tanggal 21-27 Januari