Analisis gender dalam pengembangan agribisnis paprika (Kasus komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

(1)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(2)

RINGKASAN

YANITA DWI CHAIRNANI. ANALISIS GENDER DALAM

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA. Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam, mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam, dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Propinsi Jawa Barat. Subyek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Pada tipe rumahtangga petani paprika terdapat tiga kasus yaitu kasus 1 (ekspansi dini), kasus 2 (ekspansi menengah) dan kasus 3 (ekspansi lanjut). Tipe rumahtangga yang kedua adalah tipe rumahtangga petani paprika dan labu siam, juga terdapat tiga kasus yaitu kasus 4 (ekspansi dini), kasus 5 (ekspansi menengah), dan kasus 6 (ekspansi lanjut), serta yang terakhir yaitu tipe rumahtangga petani labu siam dengan kasus satu rumahtangga yaitu kasus 7 (ekspansi lanjut). Mayoritas petani paprika di Kampung Pasirlangu adalah bagian dari kelompok tani, salah satunya dan yang paling besar adalah Koperasi Mitra Suka Maju (KSM). Subjek kasus dan informan mayoritas adalah anggota dan pengurus KSM dengan pertimbangan dekatnya lokasi dan ketersediaan data di lapangan.

Penentuan subyek kasus dilakukan secara purposive dengan arahan informan. Jumlah subyek kasus adalah enam rumahtangga petani paprika dan labu siam. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi) langsung serta wawancara mendalam. Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, data yang diperoleh kemudian disortir, dikategorikan dan direduksi. Hasil pengolahan kemudian dianalisis dengan cara deskriptif, disertai kutipan sebagai fakta dengan menggunakan analisa Harvard.


(3)

Berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan, akses dan kontrol dalam rumahtangga petani paprika, petani paprika dan labu siam belum menunjukkan adanya kesetaraan, sedangkan pada rumahtangga petani labu siam bisa dianggap setara. Setara dalam hal ini adalah terdapat pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika (kegiatan produksi) dilakukan oleh suami dan dominan dikerjakan oleh pekerja, sedangkan para istri mayoritas mengerjakan kegiatan reproduksi karena petani paprika mayoritas adalah petani sukses dan kaya sehingga jarang ada para istri yang masih ikut turun mengerjakan kegiatan produksi. Namun berbeda halnya dengan rumahtangga labu siam, suami istri saling bahu membahu dalam pembudidayaan labu siam. Rumahtangga labu siam mayoritas adalah keluarga ekspansi lanjut, karena labu siam merupakan komoditi pertanian zaman dulu sebelum masuknya paprika.

Ketidakadilan gender yang terjadi pada agribisnis paprika adalah marginalisasi dimana perempuan tenaganya tergantikan oleh teknologi, stereotype bahwa perempuan lemah dan tidak mampu bekerja pada agribisnis paprika, dan subordinasi (peminggiran peran) perempuan pada sektor pertanian. Kemudian pada rumahtangga labu siam, manifestasi ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakadilan gender di Kampung Pasirlangu antara lain pertama karena faktor meningkatnya pendapatan secara ekonomi, sehingga petani lebih memilih untuk mempekerjakan buruh dibandingkan mempekerjakan anggota keluarga. Faktor kedua adalah karena faktor agama dan sosial budaya dimana masyarakat mayoritas beragama islam, suami yang harus bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga tersusun menjadi suatu realitas objektif. Faktor ketiga adalah masuknya teknologi dalam agribisnis, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.


(4)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(5)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Yanita Dwi Chairnani

NRP : A14204025

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M. Agr NIP. 19571222 198203 1 002


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA

BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Februari 2010

Yanita Dwi Chairnani A14204025


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 8 Januari 1987. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Chairil Akmal Eroplan dan Dwi Nurul Aini. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Kuala-Kuayan pada tahun 1990-1992. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Kuala-Kuayan 5 pada tahun 1992-1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Mentaya Hulu dan kemudian pindah ke SLTPN 1 Mentaya Hilir Selatan pada tahun 1998-2001. Kemudian karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah di daerah Sampit pasca “Kerusuhan Sampit 2001” akhirnya penulis dipindahkan ke Pekalongan dan pada periode tahun 2001-2004 penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Pekalongan. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus antara lain Forum Komunikasi Rohis Jurusan Faperta (FKRJ-A) tahun 2004-2005 sebagai staff Divisi Pers dan Media, Himpunan Anak Islam KPM 41 (HAI KPM 41) tahun 2004-2008 sebagai Bendahara, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Volli IPB, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Pekalongan-Batang (IMAPEKA). Berpartisipasi aktif juga pada kegiatan kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia (MP-FEMA) tahun 2006 sebagai Seksi Tata Tertib (Tatib), Masa Perkenalan Fakultas Pertanian (MP-Faperta) tahun 2008 sebagai Seksi Tata Tertib (Tatib).


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta izin-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perubahan relasi gender (akses dan kontrol) pada rumahtangga petani paprika dan labu siam di Kampung Pasirlangu, dimana terjadi perubahan akibat peralihan komoditi yang diusahakan. Selain itu juga diharapkan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, teori dan pendekatan gender dalam pembangunan dengan kondisi di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi gender dan mampu memberikan suatu pertimbangan bagi pembuat kebijaksanaan di bidang pertanian untuk menempatkan analisis gender sebagai alat ukur terciptanya kebijakan yang lebih baik. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan studi lanjutan berkenaan aspek gender dalam pembangunan pertanian.

Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak tertentu, kesalahan dan kekhilafan tentunya terdapat dalam skripsi ini. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada tulisan yang menyinggung pihak-pihak tertentu.

Bogor, Februari 2010


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Penulisan skripsi ini mungkin tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materil dan non-materil, antara lain :

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS sebagai dosen pembimbing penulis yang dengan naluri keibuannya sangat sabar menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ibu, terima kasih banyak.

2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

3. Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

4. Martua Sihaloho, SP, Msi. Mba Maria dan Mba Nisa di Sekretariat KPM yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih abang dan mba-mba.

5. Abah, Mama, Kak Ami, Bang Ian, Jaya, Ayu, Ma Yayuh, Om Kardi dan keluarga besar Eroplan atas semua bantuan baik moril, materil, motivasi serta dukungan yang tak terhingga banyaknya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya selesai.

6. Masyarakat Desa Pasirlangu, Keluarga Besar Koperasi Mitra Suka Maju (Pak Cepi, Pak Mos, Pak Udo, Pak Agus, Pak Kusnadi, Pak Aan, Pak Arif, Pak Dede Tamlun), Pak Yayan, Ibu Darwilah, Teh Yani, Kang Iing, Aa Farid, Pak Ana, Pak Maman, Pak RW 03, terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan penelitian di Desa Pasirlangu.

7. Teman-teman KPM 41, Nina, Rahma, Ari, Nunik dan semuanya yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangat, kekuatan.


(10)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR TABEL………...…………. x

DAFTAR GAMBAR………...……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang………...………. 1

1.2. Perumusan Masalah………...……….. 5

1.3. Tujuan Penulisan………...………... 5

1.4. Kegunaan Penelitian………...………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Pendekatan Teoritis………...………... 7

2.1.1. Agribisnis………...……….. 7

2.1.1.1. Konsep dan Tahapan Agribisnis………...….. 7

2.1.1.2. Agribisnis Paprika dan Budidaya Labu Siam……… 7

2.1.1.2.1. Aktivitas Budidaya Labu Siam (Sechium Edule SW)……….. 2.1.1.2.2. Aktivitas Agribisnis Paprika……… 10

2.1.1.3. Pembangunan dan Kritik………...…….. 8

2.1.1.4. Pendekatan Pembangunan bagi Perempuan……... 8

2.1.2. Gender………...…… 11

2.1.2.1. Konsep Seks dan Gender………... 11

2.1.2.2. Pengarusutamaan Gender………...…………. 12

2.1.2.3. Analisis Gender…………...……… 13

2.1.2.4. Teknik Penelitian Gender…………...……… 14

2.1.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakadilan Gender... 15

2.1.2.6. Isu Ketidakadilan Gender…………...…………. 16

2.2. Kerangka Pemikiran……...………... 18

2.4. Definisi Konseptual………...…… 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23

3.1. Metodologi Penelitian………... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...…. 23

3.3. Penentuan Subyek Kasus………..………... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…. 25


(11)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(12)

RINGKASAN

YANITA DWI CHAIRNANI. ANALISIS GENDER DALAM

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA. Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan TITIK SUMARTI)

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam, mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam, dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Propinsi Jawa Barat. Subyek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Pada tipe rumahtangga petani paprika terdapat tiga kasus yaitu kasus 1 (ekspansi dini), kasus 2 (ekspansi menengah) dan kasus 3 (ekspansi lanjut). Tipe rumahtangga yang kedua adalah tipe rumahtangga petani paprika dan labu siam, juga terdapat tiga kasus yaitu kasus 4 (ekspansi dini), kasus 5 (ekspansi menengah), dan kasus 6 (ekspansi lanjut), serta yang terakhir yaitu tipe rumahtangga petani labu siam dengan kasus satu rumahtangga yaitu kasus 7 (ekspansi lanjut). Mayoritas petani paprika di Kampung Pasirlangu adalah bagian dari kelompok tani, salah satunya dan yang paling besar adalah Koperasi Mitra Suka Maju (KSM). Subjek kasus dan informan mayoritas adalah anggota dan pengurus KSM dengan pertimbangan dekatnya lokasi dan ketersediaan data di lapangan.

Penentuan subyek kasus dilakukan secara purposive dengan arahan informan. Jumlah subyek kasus adalah enam rumahtangga petani paprika dan labu siam. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan (observasi) langsung serta wawancara mendalam. Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, data yang diperoleh kemudian disortir, dikategorikan dan direduksi. Hasil pengolahan kemudian dianalisis dengan cara deskriptif, disertai kutipan sebagai fakta dengan menggunakan analisa Harvard.


(13)

Berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan, akses dan kontrol dalam rumahtangga petani paprika, petani paprika dan labu siam belum menunjukkan adanya kesetaraan, sedangkan pada rumahtangga petani labu siam bisa dianggap setara. Setara dalam hal ini adalah terdapat pembagian kerja yang seimbang antara laki-laki dan perempuan. Pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika (kegiatan produksi) dilakukan oleh suami dan dominan dikerjakan oleh pekerja, sedangkan para istri mayoritas mengerjakan kegiatan reproduksi karena petani paprika mayoritas adalah petani sukses dan kaya sehingga jarang ada para istri yang masih ikut turun mengerjakan kegiatan produksi. Namun berbeda halnya dengan rumahtangga labu siam, suami istri saling bahu membahu dalam pembudidayaan labu siam. Rumahtangga labu siam mayoritas adalah keluarga ekspansi lanjut, karena labu siam merupakan komoditi pertanian zaman dulu sebelum masuknya paprika.

Ketidakadilan gender yang terjadi pada agribisnis paprika adalah marginalisasi dimana perempuan tenaganya tergantikan oleh teknologi, stereotype bahwa perempuan lemah dan tidak mampu bekerja pada agribisnis paprika, dan subordinasi (peminggiran peran) perempuan pada sektor pertanian. Kemudian pada rumahtangga labu siam, manifestasi ketidakadilan gender berupa beban kerja ganda.

Faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakadilan gender di Kampung Pasirlangu antara lain pertama karena faktor meningkatnya pendapatan secara ekonomi, sehingga petani lebih memilih untuk mempekerjakan buruh dibandingkan mempekerjakan anggota keluarga. Faktor kedua adalah karena faktor agama dan sosial budaya dimana masyarakat mayoritas beragama islam, suami yang harus bertanggung jawab terhadap keluarga sehingga tersusun menjadi suatu realitas objektif. Faktor ketiga adalah masuknya teknologi dalam agribisnis, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.


(14)

ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS PAPRIKA

(Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :

YANITA DWI CHAIRNANI A 14204025

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Fakultas Pertanian

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010


(15)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DANPENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama : Yanita Dwi Chairnani

NRP : A14204025

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927 198601 2 001

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M. Agr NIP. 19571222 198203 1 002


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS GENDER DALAM PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PAPRIKA” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA

BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA

MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI.

Bogor, Februari 2010

Yanita Dwi Chairnani A14204025


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sampit, Kalimantan Tengah pada tanggal 8 Januari 1987. Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dari pasangan Chairil Akmal Eroplan dan Dwi Nurul Aini. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Pertiwi Kuala-Kuayan pada tahun 1990-1992. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan sekolah dasar di SDN Kuala-Kuayan 5 pada tahun 1992-1998. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Mentaya Hulu dan kemudian pindah ke SLTPN 1 Mentaya Hilir Selatan pada tahun 1998-2001. Kemudian karena tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah di daerah Sampit pasca “Kerusuhan Sampit 2001” akhirnya penulis dipindahkan ke Pekalongan dan pada periode tahun 2001-2004 penulis melanjutkan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Pekalongan. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus antara lain Forum Komunikasi Rohis Jurusan Faperta (FKRJ-A) tahun 2004-2005 sebagai staff Divisi Pers dan Media, Himpunan Anak Islam KPM 41 (HAI KPM 41) tahun 2004-2008 sebagai Bendahara, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bola Volli IPB, Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Ikatan Mahasiswa Pekalongan-Batang (IMAPEKA). Berpartisipasi aktif juga pada kegiatan kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia (MP-FEMA) tahun 2006 sebagai Seksi Tata Tertib (Tatib), Masa Perkenalan Fakultas Pertanian (MP-Faperta) tahun 2008 sebagai Seksi Tata Tertib (Tatib).


(18)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia serta izin-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Gender dalam Pengembangan Agribisnis Paprika (Kasus Komunitas Petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada program studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai perubahan relasi gender (akses dan kontrol) pada rumahtangga petani paprika dan labu siam di Kampung Pasirlangu, dimana terjadi perubahan akibat peralihan komoditi yang diusahakan. Selain itu juga diharapkan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, teori dan pendekatan gender dalam pembangunan dengan kondisi di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi gender dan mampu memberikan suatu pertimbangan bagi pembuat kebijaksanaan di bidang pertanian untuk menempatkan analisis gender sebagai alat ukur terciptanya kebijakan yang lebih baik. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan studi lanjutan berkenaan aspek gender dalam pembangunan pertanian.

Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak tertentu, kesalahan dan kekhilafan tentunya terdapat dalam skripsi ini. Penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada tulisan yang menyinggung pihak-pihak tertentu.

Bogor, Februari 2010


(19)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Penulisan skripsi ini mungkin tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik secara materil dan non-materil, antara lain :

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS sebagai dosen pembimbing penulis yang dengan naluri keibuannya sangat sabar menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih ibu, terima kasih banyak.

2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen penguji utama. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

3. Ir. Dwi Sadono, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen. Terima kasih atas segala masukan dan kritiknya.

4. Martua Sihaloho, SP, Msi. Mba Maria dan Mba Nisa di Sekretariat KPM yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih abang dan mba-mba.

5. Abah, Mama, Kak Ami, Bang Ian, Jaya, Ayu, Ma Yayuh, Om Kardi dan keluarga besar Eroplan atas semua bantuan baik moril, materil, motivasi serta dukungan yang tak terhingga banyaknya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya selesai.

6. Masyarakat Desa Pasirlangu, Keluarga Besar Koperasi Mitra Suka Maju (Pak Cepi, Pak Mos, Pak Udo, Pak Agus, Pak Kusnadi, Pak Aan, Pak Arif, Pak Dede Tamlun), Pak Yayan, Ibu Darwilah, Teh Yani, Kang Iing, Aa Farid, Pak Ana, Pak Maman, Pak RW 03, terima kasih atas kesediaannya menerima penulis untuk melakukan penelitian di Desa Pasirlangu.

7. Teman-teman KPM 41, Nina, Rahma, Ari, Nunik dan semuanya yang telah memberikan bantuan, dukungan, semangat, kekuatan.


(20)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR TABEL………...…………. x

DAFTAR GAMBAR………...……….. xi

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang………...………. 1

1.2. Perumusan Masalah………...……….. 5

1.3. Tujuan Penulisan………...………... 5

1.4. Kegunaan Penelitian………...………. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 7

2.1. Pendekatan Teoritis………...………... 7

2.1.1. Agribisnis………...……….. 7

2.1.1.1. Konsep dan Tahapan Agribisnis………...….. 7

2.1.1.2. Agribisnis Paprika dan Budidaya Labu Siam……… 7

2.1.1.2.1. Aktivitas Budidaya Labu Siam (Sechium Edule SW)……….. 2.1.1.2.2. Aktivitas Agribisnis Paprika……… 10

2.1.1.3. Pembangunan dan Kritik………...…….. 8

2.1.1.4. Pendekatan Pembangunan bagi Perempuan……... 8

2.1.2. Gender………...…… 11

2.1.2.1. Konsep Seks dan Gender………... 11

2.1.2.2. Pengarusutamaan Gender………...…………. 12

2.1.2.3. Analisis Gender…………...……… 13

2.1.2.4. Teknik Penelitian Gender…………...……… 14

2.1.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Ketidakadilan Gender... 15

2.1.2.6. Isu Ketidakadilan Gender…………...…………. 16

2.2. Kerangka Pemikiran……...………... 18

2.4. Definisi Konseptual………...…… 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………... 23

3.1. Metodologi Penelitian………... 23

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...…. 23

3.3. Penentuan Subyek Kasus………..………... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…. 25


(21)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA

4.1. Gambaran Umum Kampung Pasirlangu………..………… 28

4.1.1. Kondisi Geografis………... 28

4.1.2. Kependudukan...………...… 32

4.1.3. Mata Pencaharian Penduduk dan Aktivitas Ekonomi... 4.1.3. Kelembagaan Desa………...……… 37

4.2. Karakteristik Rumahtangga………...……… 38

4.2.1. Kasus Petani Paprika Rumahtangga 1... 39

4.2.2. Kasus Petani Paprika Rumahtangga 2... 40

4.2.3. Kasus Petani Paprika Rumahtangga 3... 41

4.2.4. Kasus Petani Paprika dan Labu Siam Rumahtangga 4... 42

4.2.5. Kasus Petani Paprika dan Labu Siam Rumahtangga 5... 43

4.2.6. Kasus Petani Labu Siam... 44

BAB V PEMBAGIAN KERJA 47 5.1. Pembagian Kerja pada Rumahtangga Petani Paprika…………...… 47

5.2. Pembagian Kerja pada Rumahtangga Petani Paprika dan Labu Siam... 54 5.3. Pembagian Kerja pada Rumahtangga Petani Labu Siam... 59

BAB VI AKSES DAN KONTROL TERHADAP SUMBERDAYA DAN MANFAAT 6.1. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya………... 62

6.1.1. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Paprika………... 62

6.1.2. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Paprika dan Labu Siam……...…………. 65

6.1.3. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga Petani Labu Siam…...………. 67

6.2. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat………...………... 68

6.2.1. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga Petani Paprika…...………. 68

6.2.2. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga Petani Paprika dan Labu Siam………...……… 69

6.2.3. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga Petani Labu Siam…………...……… 70

BAB VII ISUE KETIDAKADILAN GENDER DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 72 7.1. Isue Marginalisasi……… 72

7.2. Isue Stereotipe……….. 73

7.3. Isue Subordinasi……….. 74


(22)

.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan………...………... 76 7.2. Saran………...………... 78

DAFTAR PUSTAKA………...……….... 79


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Hal

Tabel 1. Daerah Penghasil Paprika di Indonesia... 13

Tabel 2. Pengkelasan Paprika………. 14

Tabel 3. Perbedaan WID dan GAD……… 20

Tabel 2. Perbedaan Seks dan Gender... 22 Tabel 3. Kerangka Analisis Harvard... 26 Tabel 4. Tabel Penentuan Subyek Kasus... 25 Tabel 5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data... 26 Tabel 6. Luas dan Persentase Peruntukan Lahan di Desa Pasirlangu

Tahun 2009... 31 Tabel 7. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Usia dan

Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 33 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

yang Ditamatkan di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 34 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Mata Pencaharian Penduduk Menurut

Jenis Kelamin di Desa Pasirlangu Tahun 2009... 36 Tabel 10. Daerah Penghasil Paprika di Indonesia... 43 Tabel 11. Pengkelasan Paprika... 44 Tabel 12. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Rumahtangga Kasus 1 (Ekspansi

Dini)... 48 Tabel 13. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Rumahtangga Kasus 2 (Ekspansi

Menengah)... 50 Tabel 14. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika, Kasus Kasus 3 (Ekspansi Lanjut)... 52 Tabel 15. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam, Kasus Rumahtangga Kasus 4

(Ekspansi Menengah)... 55 Tabel 16. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga


(24)

(Ekspansi Lanjut)... 57 Tabel 17. Pembagian Kerja Laki-laki dan Perempuan pada Rumahtangga

Petani Labu Siam, Kasus Rumahtangga Kasus 6 (Ekspansi

Lanjut)... 60 Tabel 18. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Paprika... 63 Tabel 19. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam... 65 Tabel 20. Akses dan Kontrol Terhadap Sumberdaya pada Rumahtangga

Petani Labu Siam... 67 Tabel 21. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga

Petani Paprika... 68 Tabel 22. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga

Petani Paprika dan Labu Siam... 70 Tabel 23. Akses dan Kontrol Terhadap Manfaat pada Rumahtangga


(25)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Hal

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya... 1 Gambar 2. Tanaman Labu Siam di Kampung Pasirlangu, 2010………….. 10 Gambar 3. Tanaman Paprika dengan Teknologi Hidroponik, 2010……… 11 Gambar 4. Paprika yang Sudah Ditimbang dan Siap Untuk Dipasarkan…. 16 Gambar 4. Kerangka Pemikiran... 19 Gambar 3. Keadaan Alam Kampung Pasirlangu... 29 Gambar 4. Jalan Kampung Pasirlangu... 32 Gambar 5. Koperasi Mitra Suka Maju... 38 Gambar 8. Paprika yang Sudah Ditimbang dan Siap Untuk Dipasarkan,

2010... 45 Gambar 9. Pekerja Perempuan sedang Melakukan Penyetekan, 2010... 61


(26)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada masa-masa awal setelah kemerdekaan, paradigma pembangunan yang berkembang dan dominan terutama negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah paradigma industrialisasi. Hal ini merupakan harapan pemerintah agar meningkatkan harkat hidup penduduknya atau dengan kata lain akan menyejajarkan kedudukan negara dengan negara-negara barat. Namun dengan adanya dominasi dari paradigma industrialisasi dalam proses pembangunan, mengakibatkan diterlantarkannya pembangunan pada sektor pertanian (Soetrisno, 2002).

Merujuk pada hal tersebut, maka sudah selayaknya dibentuk suatu industri yang terkait langsung dengan agribisnis atau pertanian. Agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan (storage), distribusi dan processing bahan dasar dari usahatani; serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan. Menurut Soehardjo dalam Intan dan Sa’id (2002), sistem abribisnis dapat dibedakan menjadi 4 subsistem yaitu Pengadaan dan penyaluran sasaran produksi (SS-I), Produksi primer (SS-II), Pengolahan (SS-III) dan Pemasaran (SS-IV).


(27)

2

Gambar 1. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya

Keseluruhan subsistem diatas saling terkait satu sama lain, sebagai ilustrasi SS-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II, selain itu SS-III akan berhasil dengan baik apabila menemukan pasar untuk penjualan produknya. Agribisnis juga merupakan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan, keuangan, pendidikan, penelitian dan perhubungan.

Peningkatan aktifitas dalam agribisnis juga mempunyai keterkaitan dengan adanya keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi. Perempuan sebenarnya sudah berperan dalam pengadaan pangan untuk keluarga, namun fenomena ini menjadi suatu hal yang dianggap serius terutama pada awal tahun 1980-an. Bentuk keterlibatan tersebut ditandai melalui dua proses yaitu meningkatnya jumlah perempuan yang bekerja dan juga meningkatnya bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh pekerja perempuan (Irwan, 2001). Salah satu sektor perekonomian yang paling banyak dimasuki oleh perempuan adalah sektor pertanian, terutama pada perkebunan di pedesaan. Sebagai suatu ilustrasi didapat

SS I

(Pengadaan dan Penyaluran

Sasaran Produksi)

SS II

(Produksi Primer)

SS III

(Pengolahan/Ag roindustri)

SS IV

(Pemasaran)

Lembaga Penun jang Agribisnis (Pertanahan, Keuangan, Penelitian, dll)


(28)

fakta bahwa lebih dari 93 persen (%) pekerja pada perkebunan teh terutama di Jawa Barat adalah perempuan.

Kaum perempuan sangat berperan penting dalam pengembangan sektor agribisnis di pedesaan. Ketidakadilan gender pada perempuan terjadi karena pembangunan mengabaikan aspek manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam pembangunan. Oleh karena itu, kesetaraan gender merupakan persoalan pokok pembangunan yang akan memperkuat dan memajukan pembangunan pertanian. Salah satu hal yang mendasar bagi pembangunan pertanian adalah dengan adanya kebijakan dari pemerintah bagi permasalahan yang berkaitan dengan kesetaraan gender. Pengarusutamaan Gender merupakan sebuah strategi dalam mencapai keadilan dan kesetaraan gender. Menurut Dewan Ekonomi dan Sosial PBB gender mainstreaming adalah strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian yang tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi, dan sosial sehingga perempuan dan laki-laki sama-sama mendapatkan keuntungan dn tidak ada lagi ketidakadilan.

Seperti terjadi di daerah yang dijadikan lokasi penelitian ini, di Kampung Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Para petani mulai membudidayakan tanaman paprika yang dulunya merupakan komoditi yang dimitrakan oleh petani dengan PT. Joro dan PT. Saung Mirwan. Menurut data yang peneliti dapatkan dari beberapa sumber terpercaya di lokasi penelitian, sebagian besar petani laki-laki bekerja pada komoditi paprika, sedangkan perempuan sudah jarang yang membantu suami mereka pada pengelolaan komoditi pertanian secara langsung.


(29)

4

Koperasi Mitra Suka Maju merupakan koperasi yang menampung paprika yang dihasilkan oleh petani di kampung Pasirlangu. Sebelumnya pada tahun 1997 pernah ada program kemitraan agribisnis paprika yang dijalankan antara komunitas petani Kampung Pasirlangu dengan PT. Joro dan PT. Saung Mirwan. Pada awalnya komoditi yang dibudidayakan oleh petani Pasirlangu adalah tanaman labu siam dan tanaman-tanaman sayur biasa seperti tomat, kol dan buncis. Setelah adanya program kemitraan tersebut, petani kampung Pasirlangu diperkenalkan dengan komoditi paprika dan kemudian mulai dibudidayakan oleh petani dengan bimbingan dari perusahaan swasta tersebut mengingat potensi daerah kampung Pasirlangu cocok untuk pertumbuhan tanaman tersebut.

Menurut YYN, masuknya teknologi pertanian paprika telah merubah sistem bertani masyarakat yang pada awalnya menggunakan sistem pertanian tradisional menjadi sistem pertanian modern. Sistem tradisional yang semula hanya menggunakan cangkul, gunting dan bambu serta tidak digunakannya pestisida mulai berubah menjadi sistem modern. Sistem modern pada pengembangan komoditi paprika yaitu dengan metode hidroponik serta penggunaan green house dan juga pestisida dalam pembudidayaannya.

Fakta yang ada di lapangan adalah teknologi pertanian paprika telah merubah keadaan ekonomi masyarakat Kampung Pasirlangu, mulai dari pendapatan petani yang semakin meningkat karena komoditi paprika sendiri mempunyai nilai jual yang tinggi dan juga merupakan komoditi kualitas ekspor. Sebagaimana dinyatakan Marx dalam Giddens (1986) bahwa perubahan pola produksi dalam sistem pasar pada suatu masyarakat akan menciptakan suatu perubahan pada masyarakat yang akan menciptakan suatu kapitalisme dan


(30)

menimbulkan adanya kelas-kelas berdasarkan kepemilikan alat-alat produksi. Perubahan tersebut berakibat pada berubahnya relasi gender terutama didalam hubungan diantara anggota keluarga dalam suatu rumahtangga. Hal ini menarik juga untuk dikaji karena terjadi perubahan relasi gender dalam rumah tangga petani dan juga untuk melihat ketimpangan gender yang terjadi akibat perubahan tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Kemitraan agribisnis yang pernah terjalin antara komunitas petani desa Pasirlangu telah menjadikan adanya perubahan komoditas usahatani dari labu siam menjadi komoditas paprika.

Adapun pertanyaan penelitian yang dijawab oleh penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam?

2. Bagaimanakah perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam?

3. Faktor apakah yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat sejauhmana perubahan teknologi agribisnis menyebabkan perubahan relasi gender.


(31)

6

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pembagian kerja dan kontribusi perempuan dalam usahatani paprika dibandingkan usahatani labu siam.

2. Mengetahui perubahan relasi gender (akses dan kontrol) dalam agribisnis paprika dibanding usahatani labu siam.

3. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan relasi gender tersebut dan bentuk ketidakadilan gender yang terjadi.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, teori dan pendekatan gender dalam pembangunan dengan kondisi di lapangan. Selain itu, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan studi gender dan mampu memberikan suatu pertimbangan bagi pembuat kebijaksanaan di bidang pertanian untuk menempatkan analisis gender sebagai alat ukur terciptanya kebijakan yang lebih baik. Bagi peniliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi peneliti lain untuk mengadakan studi lanjutan berkenaan aspek gender dalam pembangunan pertanian.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teoritis

2.1.1. Agribisnis

2.1.1.1 Konsep dan Tahap Kerja dalam Agribisnis

Pertanian dalam arti luas dapat mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan dan perikanan. Dari segi skala yang ada, yang berskala besar seperti perusahaan, perkebunan dan skala kecil seperti industri rumahtangga yang cakupannya mencapai 90 persen dari seluruh perusahaan agribisnis di Indonesia. Sektor agribisnis hendaknya terus dikembangkan dengan pendekatan sistem agribisnis yang berorientasi pada komersialisasi usaha atau industri pedesaan dan pertanian rakyat yang modern.

Partisipasi masyarakat agribisnis Indonesia dalam pasar global masih sangat kurang, hal ini didasarkan pada masih belum optimalnya produk agribisnis yang dapat dinikmati oleh negara-negara luar. Hal inilah yang mengakibatkan tidak optimalnya penghasilan yang diperoleh oleh masyarakat petani Indonesia karena pendapatan yang seharusnya mereka terima disedot oleh para pelaku pasar bermodal besar (Intan dan Sa’id, 2001).

Kemajuan dalam bidang Agribisnis ditandai dengan menyempitnya spesialisasi fungsional dan semakin jelasnya pembagian kerja berdasarkan fungsi-fungsi sistem agribisnis, yang didalamnya terdapat kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana-sarana produksi, kegiatan produksi primer/budidaya, pengolahan/agroindustri, dan pemasaran. Kemudian fungsi-fungsi tersebut disusun menjadi suatu sistem dimana fungsi-fungsi tersebut menjadi subsistem dari sistem agribisnis (Soehardjo, 2001).


(33)

7

Davis dan Goldberg mendefinisikan agribisnis sebagai suatu rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi alat-alat maupun bahan pertanian, kegiatan produksi on-farm atau budidaya pertanian, pengolahan, penyimpanan, serta distribusi komoditas pertanian dan barang-barang yang dihasilkannya. Agribisnis juga merupakan rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan (storage), distribusi dan processing bahan dasar dari usahatani serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan.

Tahap kerja dalam agribisnis meliputi 4 subsistem yaitu Pengadaan dan penyaluran sasaran produksi (SS-1), Produksi primer (SS-2), Pengolahan (SS-3) dan Pemasaran (SS-IV). Keseluruhan subsistem diatas saling terkait satu sama lain, sehingga ilustrasi SS-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II, selain itu SS-III akan berhasil dengan baik apabila menemukan pasar untuk penjualan produknya. Agribisnis juga memerlukan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan, keuangan, pendidikan, penelitian dan perhubungan (Haritz Intan dan Gumbira

Sa’id, 2001).

2.1.1.3Agribisnis Paprika dan Pengembangannya

Paprika merupakan salah satu komoditi tanaman hortikultura yang terbilang baru dikembangkan di Indonesia. Prospek tanaman ini cukup menjanjikan karena harganya yang cukup mahal dan proses penanamannya yang cukup mudah, namun membutuhkan modal yang cukup besar. Lokasi penanaman pun harus berada di daerah dataran tinggi agar pertumbuhannya maksimal. Pengembangan tanaman ini menggunakan sistem hidroponik, yaitu dengan tidak


(34)

menggunakan tanah sebagai media tumbuhnya namun menggunakan sekam atau bahan yang mempunyai hara yang tinggi.

Budidaya komoditi ini merupakan titik tolak Kampung Pasirlangu dalam mewujudkan pembangunan pertanian (Ahmad, 2007). Hal ini didapat dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa dengan berubahnya komoditi yang diusahakan petani dari komoditi labu siam menjadi paprika telah merubah struktur ekonomi dan sosial masyarakat.

2.1.1.3Pembangunan dan Kritik

Pembangunan merupakan suatu perubahan yang disengaja atau direncanakan dengan tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki. Pembangunan sendiri identik dengan perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern (Rahardjo, 1999). Dalam Syahyuti, 2006 Pembangunan merupakan terjemahan dari kata “development” yang artinya menjadi lebih baik atau “general improvement of living”. Pertanian pada awalnya dilakukan oleh masyarakat nomaden dengan cara berburu dan meramu, namun pada perkembangan pertanian sudah sangat berbeda dan jauh dari pertanian nomaden atau tradisional. Pertanian yang kita kenal sekarang adalah pertanian komersil yang identik dengan industrialisasi. Hal itulah yang menyebabkan pembangunan lebih identik dengan modernisasi, pembaruan-pembaruan yang dilakukan oleh pembangunan dan masuknya teknologi baru telah dianggap membangun perekonomian desa.


(35)

9

2.1.1.4Pendekatan Pembangunan bagi Perempuan

Pendekatan WID (Women In Development) merupakan suatu pendekatan pertama yang memikirkan peran perempuan dalam pembangunan dan juga sebagai suatu kebijakan dalam pembangunan. Pendekatan ini mulai dikenal pada tahun 1970 setelah Ester Boseroup mengeluarkan bukunya yang berjudul Womes‟s Role and Economic Development yang telah menyadarkan masyarakat dunia bahwa perempuan sebenarnya berperan penting dalam pembangunan, karena sebelumnya makna kerja bagi masyarakat dunia adalah suatu pekerjaan yang tentunya menghasilkan uang.

Istilah ”perempuan dan pembangunan” muncul pada awal tahun 1970an oleh Women‟s Comittee of the Washington D.C. Chapter of the Society for International Development sebagai bagian dari strategi untuk menarik para pembuat kebijakan di Amerika, karena sebagian besar kebijakan yang ada didasarkan pada paradigma modernisasi (Mosse, 1996). Sehingga hal tersebut yang mendorong diintegrasikannya perempuan dalam pembangunan, agar paradigma kerja tradisional perempuan setidaknya diakui sebagai bagian dari perekonomian nasional, karena tanpa disadari perempuan telah menyumbang bagian yang cukup besar dalam pembangunan.

Pendekatan WID mengharuskan perempuan untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki baik dalam hal pendidikan ataupun hal-hal yang berhubungan dengan sisi produktif perempuan. Dengan adanya asumsi seperti hal tersebut, memicu munculnya kebijakan baru yaitu kebijakan perempuan dalam pembangunan (Women and Development/WAD) yang tidak hanya menitikberatkan untuk mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan


(36)

namun juga menganggap perempuan sebagai sosok yang penting dari segi ekonomi maupun pekerjaan publik atau domestiknya.

Pendekatan WAD (Woman and Development) kemudian mengalami pergeseran menjadi pendekatan GAD (Gender and Development) dimana pendekatan ini merupakan satu-satunya pendekatan terhadap perempuan dalam pembangunan yang melihat semua aspek kehidupan dan semua kerja yang dilakukan perempuan dan menolak upaya apapun untuk menilai rendah pekerjaan dan mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Untuk mempermudah pemahaman mengenai ketiga pendekatan diatas, maka Wigna (2003) mengelompokkan ketiga pendekatan tersebut menjadi :

1. WID merupakan usaha praktis yang mencoba mengintegrasikan perempuan kedalam pembangunan,

2. WAD mempunyai pengertian yang lebih luas dalam memandang ulasan kritis terhadap perenan perempuan serta pengaruh kebijakan dan proyek pembangunan, dan

3. GAD mempertegas hubungan sosial laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan.


(37)

11

Tabel 1. Perbedaan WID dan GAD

Sumber Pembeda Women and Development (WID)

Gender and Development (GAD)

Pendekatan Sumber permasalahan ada pada perempuan

Sumber permaslahan ada pada pembangunan

Fokus Perempuan Pole relasi laki-laki dan perempuan

Masalah Tidak berperan sertanya perempuan dalam proses pembangunan

Ketidaksejajaran hubungan kekuasaan, menyebabkan berlangsungnya

pembangunan yang tidak adil dan tidak berperansertanya perempuan secara maksimal

Tujuan Pembangunan yang lebih efektif dan efisien

Pembangunan yang adil dan berkesinambungan dengan laki-laki dan perempuan sebagai pengambil keputusan

Pemecahan Mengintegrasikan

perempuan dalam proses pembangunan

Memperkuat empowerment perempuan

Strategi • Proyek-proyek untuk perempuan

• Kegiatan proyek khusus perempuan

• Proyek-proyek terpadu : - meningkatkan produktifitas perempuan - meningkatkan pendapatan perempuan

- meningkatkan keterampilan perempuan dalam menurus rumahtangga

• Mengidentifikasi kebutuhan praktis sebagaimana didefinisikan oleh laki-laki dan perempuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka

• Bersamaan dengan itu, ditangani juga kebutuhan strategis perempuan

• Menangani kebutuhan strategis golongan ekonomi lemah melalui pembangunan untuk rakyat.

Sumber : Canadian Council for International Co-operation 1991, Two Halves Make a Whole, Ottawa,

2.1.2 Gender

2.1.2.1 Konsep Seks dan Gender

Pada dasarnya konsep gender berbeda dengan konsep seks (jenis kelamin). Menurut Fakih (1996) seks (jenis kelamin) adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang dibedakan secara biologis yang melekat pada jenis


(38)

kelamin tertentu. Secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara laki-laki maupun perempuan. Sedangkan konsep gender yakni sifat sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Perbedaan ini lahir oleh banyak hal dibentuk, disosialisasikan, diperkuat bahkan dikonstruksi secara sosial dan kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara sehingga perbedaan gender dipahami sebagai kodrat laki-laki dan perempuan.

Gender dapat menentukan akses terhadap pendidikan, kerja dan sumberdaya yang diperlukan untuk industri dan keterampilan. Gender akan menentukan seksualitas, hubungan, dan kemampuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara autonom, atau dengan gender kita dapat memprediksikan seperti apa kita dikemudian hari. Untuk memperjelas konsep seks dan gender dapat diperhatikan melalui tabel berikut :

Tabel 2. Perbedaan Seks dan Gender

No Karakteristik Seks Gender

1 Sumber Pembeda Tuhan Manusia (masyarakat) 2 Visi, misi Kesetaraan Kebiasaan

3 Unsur Pembeda Biologis Kebudayaan (melalui tingkah laku)

4 Sifat Kodrat dan tidak dapat dipertukarkan

Harkat, martabat, dapat dipertukarkan

5 Dampak Terciptanya nilai-nilai kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, sehingga menguntungkan kedua belah pihak

Terciptanya norma-norma atau ketentuan “pantas” atau “tidak pantas” dan cenderung merugikan salah satu pihak, terutama perempuan

6 Keberlakuan Sepanjang masa, tidak tergantung keadaan dan tidak mengenal pembedaan kelas.

Bisa berubah, tergantung keadaan dan berbeda di tiap masyarakat.


(39)

13

2.1.2.2Pengarusutamaan Gender

Pengarusutamaan Gender (PUG) atau Gender Mainstreaming telah diadopsi secara resmi di Indonesia mulai tahun 2000 dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000. kemunculan dari Inpres ini sendiri merupakan suatu bentuk komitmen pemerintah Indonesia untuk mengikuti kesepakatan Internasional, serta desakan masyarakat sipil agar pemerintah melakukan tindakan-tindakan konkrit dan sistematis dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

Pengertian PUG adalah strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender. Berbicara mengenai kesetaraan dan keadilan gender tidak lepas dari adanya perubahan baik yang kasat mata (tangiable) maupun yang tidak kasat mata (intangiable) dalam kondisi relasi antara laki-laki dan perempuan. Konsep PUG pertama kali muncul saat Konferensi PBB untuk Perempuan IV di Beijing pada tahun 1995. menurut Dewan Ekonomi dan Sosial PBB Gender Mainstreaming adalah strategi agar kebutuhan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi bagian tak terpisahkan dari desain, implementasi, monitoring dan evaluasi kebijakan dan program dalam seluruh lingkup politik, ekonomi dan sosial sehingga laki-laki dan perempuan sama-sama mendapatkan keuntungan dan tidak akan terjadi ketidakadilan.

Prinsip utama PUG ada 3, yaitu menempatkan manusia sebagai manusia seutuhnya yang menganggap laki-laki dan perempuan mempunyai prinsip Hak Asasi Manusia yang sama, demokrasi dimana laki-laki dan perempuan diberi kebebasan yang sama dalam bidang politik dan fairness, justice,dan equity (pemerataan, penegakan hukum dan kesetaraan). Pengarusutamaan Gender


(40)

menekankan tentang pentingnya enabling tools dan technical tools yang dalam Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 dikategorikan menjadi 7 unsur, yaitu dukungan politik, kebijakan, sumberdaya, sistem data dan informasi, kelembagaan, alat analisis gender dan dukungan masyarakat sipil.

2.1.2.3Analisis Gender

Menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan (2001), analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sedangkan menurut Moser (1986), analisis gender adalah analisis sosial (mencakup ekonomi, budaya dan sebagainya) yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi : keadaan (kondisi) dan kedudukan (posisi) di masyarakat dan didalam keluarga. Analisis ini umumnya digunakan untuk menganalisis hal-hal yang bersumber pada struktur ketidakadilan yang ditimbulkan oleh perbedaan gender. Kemudian dengan analisis tersebut akan menghasilkan kebutuhan dan kebutuhan strategis gender.

Kerangka kerja analisis gender menurut Overholt dalam Handayani (2001), dikategorikan menjadi empat tahap, yaitu :

a. Profil Kegiatan

Mengumpulkan data mengenai apa yang sebenarnya dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan, siapa yang mengerjakan apa dalam rumah tangga dan masyarakat (pembagian kerja atau peranan gender). Hal tersebut meliputi pekerjaan produktif, reproduktif dan kemasyarakatan.


(41)

15

b. Profil Akses dan Kontrol

Mempertimbangkan akses yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan terhadap sumberdaya produktif, kontrol apa yang mereka punyai dan siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya tersebut. Akses adalah peluang atau kesempatan untuk melakukan sesuatu, sedangkan kontrol adalah kemampuan untuk menguasai dan menentukan berbagai hal termasuk menutup atau membuka akses seseorang terhadap keterlibatannya dalam pembangunan.

c. Analisis Faktor-faktor Kecenderungan

Mengenalisis faktor dan kecenderungan yang menentukan pembagian kerja berdasarkan gender, hubungan gender serta akses dan kontrol terhadap sumberdaya yang mungkin akan menentukan hasil dari suatu program.

d. Analisis Daur Program

Menggunakan semua data mengenai tiga poin diatas untuk setiap daur program.

2.1.2.4Teknik Penelitian Gender

Teknik analisis gender adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan atau saling ketergantungan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan (Handayani&Sugiarti, 2002). Berdasarkan level analisisnya ada tiga tingkatan dalam analisis gender, yaitu (1) tingkat keluarga atau rumah tangga yaitu dengan


(42)

mempelajari pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produktif, reproduktif dan pengelolaan kelembagaan masyarakat serta curahan waktu dalam kegiatan tersebut, (2) tingkat masyarakat dengan melihat akses dan kontrol perempuan terhadap sumberdaya yang mencakup informasi, kredit, teknologi, pendidikan/penyuluhan/pelatihan, sumberdaya alam, peluang bekerja dan berusaha, dan (3) tingkat negara melalui kebijaksanaan yang melatarbelakangi semua program atau intervensi pembangunan (Mugniesyah dalam Nurhilaliah, 2003).

Teknik analisis yang digunakan yaitu Teknik Analisis Harvard atau Gender Framework Analysis (GFA). Teknik Analisis Harvard adalah suatu analisis yang digunakan untuk melihat suatu profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender dalam proyek pembangunan, dan alat ukur yang digunakan adalah menggunakan profil aktifitas, profil akses, dan profil kontrol. Profil aktifitas didasarkan pada pembagian kerja gender (siapa melakukan apa? di dalam rumahtangga dan masyarakat), yang memuat daftar tugas antara laki-laki dan perempuan. Aktifitas dikelompokkan menjadi 3, yaitu kegiatan produktif, reproduktif/rumahtangga, dan sosio-politik-keagamaan. Profil akses dan kontrol didekati dengan mengidentifikasi kegiatan spesifik gender dalam produksi, reproduksi dan perawatan. Teknik analisis ini dirancang untuk melihat profil gender dari suatu kelompok sosial. Kerangka analisisnya adalah sebagai berikut :


(43)

17

Tabel 3. Kerangka Analisis Harvard

A. Sumberdaya Laki-laki Perempuan Akses Kontrol Akses Kontrol Tanah

Peralatan tenaga kerja

Lainnya B. Manfaat Pendapatan dari luar

Pemilikan Kekayaan Lainna

Sumber : Handayani & Sugiarti. 2002. halaman 174

2.1.2.5Isu Ketidakadilan Gender

Perbedaaan seks atau gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan suatu bentuk ketidakadilan gender (gender inequalities). Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut (Sugiarti dan Handayani, 2002). Ada beberapa bentuk ketidakadilan gender yaitu : marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi), subordinasi (peminggiran peran), stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan (violence) serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak (burden) serta sosialisasi ideologi nilai peran gender yang dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan yang berasal dari sistem budaya patriarkhi yang dinilai merendahkan perempuan. Manifestasi ketidakadilan gender menurut Fakih (1996) dijelaskan sebagai berikut :

1. Marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi)

Marginalisasi cenderung mengarah kepada proses pemiskinan ekonomi, ketidakadilan ini kebanyakan terjadi pada salah satu jenis kelamin tertentu yaitu perempuan. Ketidakadilan jenis ini bisa bersumber dari kebijakan pemerintah,


(44)

keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan atau asumsi ilmu pengetahuan. Seperti pada program swasembada pangan atau revolusi hijau (green revolution), banyak kaum perempuan yang termarginalisasi atau tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan di sawah akibat masuknya teknologi baru yang tidak membutuhkan banyak tenaga perempuan.

2. Subordinasi (peminggiran peran)

Adanya anggapan bahwa perempuan itu irasional atau emosional sehingga tidak bisa tampil memimpin mengakibatkan munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Bahkan pemerintah pernah mempunyai peraturan yang mengharuskan seorang istri untuk meminta izin dari suaminya apabila hendak melanjutkan studi ke luar negeri, namun sebaliknya laki-laki berhak untuk memutuskan sendiri.

3. Stereotipe (pelabelan negatif)

Secara umum, stereotipe atau pelabelan negatif atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu, dan setiap stereotipe selalu menimbulkan ketidakadilan. Seperti dalam halnya asumsi bahwa perempuan bersolek hanya untuk menarik perhatian lawan jenisnya dan apabila ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe. Bahkan yang lebih parah, masyarakat cenderung menyalahkan korban yang dalam hal ini adalah perempuan.

4. Kekerasan gender (violence)

Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan terhadap sesama manusia pada dasarnya disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Ada beberapa bentuk kejahatan yang dikategorikan dalam kekerasan gender, yaitu


(45)

19

pemerkosaan, domestic violence dalam rumahtangga termasuk penyiksaan terhadap anak-anak, genital mutilation, prostitution, pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana, kekerasan terselubung (molestation) atau memegang bagian tubuh perempuan tanpa izin dari yang bersangkutan, pelecehan seksual yaitu sexual and emotional harassment untuk perempuan dan unwanted attention apabila pelecehan tersebut terjadi pada laki-laki.

5. Beban Kerja

Bias gender yang mengakibatkan beban kerja seringkali diperkuat oleh adanya pandangan atau keyakinan dalam masyarakat bahwa pekerjaan domestik lebih layak apabila dilakukan oleh perempuan karena dinilai lebih rendah dan tidak pantas dilakukan oleh kaum laki-laki. Dalam keluarga miskin, beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri, terlebih jika perempuan itu harus juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Maka perempuan ini akan memikul beban kerja ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga yang mengerjakan pekerjaan domestik dan juga menjalankan pekerjaan pada bidang publik yaitu sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

2.1.2.6Faktor yang Mempengaruhi Ketidakadilan Gender

Analisis gender merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan untuk mempertimbangkan dampak suatu program pembangunan yang mungkin terjadi terhadap laki-laki dan perempuan dan juga terhadap hubungan sosial ekonomi diantara mereka. Analisis gender biasanya digunakan pada proyek-proyek pembangunan, walaupun prinsip-prinsip yang dijelaskan sehubungan dengan pengambilan dan penggunaan data yang dapat digunakan untuk tipe program


(46)

lainnya. Dengan analisis gender pula peneliti dapat melihat sebuah bentuk ketidakadilan gender.

Tiga hal yang menyebabkan terjadinya ketimpangan gender yaitu, pertama akar sosial budaya dimana ketimpangan gender itu tersusun menjadi suatu realitas objektif, kedua melihat pada proses pemberian makna dan pemeliharaan ketimpangan secara terus-menerus, ketiga melihat pada integrasi pasar yang memiliki peran penting dalam segmentasi antara laki-laki dan perempuan (Irwan, 2001). Kemudian Mosse, 1996 menambahkan adanya faktor teknologi dalam agribisnis juga mempengaruhi ketimpangan tersebut, karena ada tenaga perempuan yang tergantikan dengan kehadiran teknologi tersebut.

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat relasi gender dan diskriminasi terhadap perempuan pada komunitas petani Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat, khususnya karena adanya teknologi atau inovasi baru dalam agribisnis paprika.

Teknologi paprika merupakan salah satu teknik baru dalam pertanian di Kampung Pasirlangu, dengan adanya teknologi baru ini mempengaruhi relasi gender dalam struktur masyarakat petaninya. Pola tanam yang semula menggunakan konsep pertanian tradisonal dimana komoditi yang diusahakan hanyalah labu siam saja kemudian mulai bergeser ke arah pertanian yang modern dimana keseluruhan dari sistem itu disebut agribisnis.


(47)

21

Konsep gender sangat berpengaruh dalam pembangunan pertanian, terutama aspek manusia yang berkecimpung didalamnya. Untuk mengetahui relasi gender yang terjadi pada agribisnis paprika ini dibutuhkan beberapa alat yaitu profil pembagian kerja, profil akses dan juga profil kontrol. Dengan menggunakan ketiga pisau analisis tersebut akan diperoleh adanya ketidakadilan gender yang terjadi baik berupa marginalisasi, subordinasi, stereotipe, kekerasan maupun beban kerja. Hal ini akan menampakkan adanya ketimpangan gender dalam sektor agribisnis.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Keterangan : mempengaruhi

Pembangunan Konsep Gender

Analisis Gender - Pembagian kerja - Akses

- Kontrol

Ketidakadilan Gender - Marginalisasi - Subordinasi - Stereotipe - Kekerasan - Beban Kerja Penyebab

Ketidakadilan Gender - akar budaya

- proses pemberian makna dan pemeliharaan ketimpangan gender - Integrasi pasar

dalam segmentasi jenis kelamin

Agribisnis Pertanian Tradisional


(48)

2.3. Definisi Operasional

1. Petani adalah orang yang bekerja pada sektor pertanian dan sebagian besar penghasilannya didapat dari sektor pertanian.

2. Agribisnis adalah rangkaian semua kegiatan yang mencakup produksi, penyimpanan (storage), distribusi dan processing bahan dasar dari usahatani; serta suplai input dan penyediaan pelayanan penyuluhan, penelitian dan kebijakan.

3. Usahatani adalah kegiatan di bidang pertanian yang mengorganisasikan alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi bidang pertanian. Ada dua jenis usahatani yaitu subsisten dan komersil.

4. Rumahtangga petani adalah tumahtangga dengan anggotanya adalah sepasang suami dan istri yang melakukan kegiatan mengusahakan komoditi paprika maupun labu siam dengan tujuan atau sebagian atau seluruh hasilnya dijual melalui koperasi untuk mendapatkan keuntungan atau resiko sendiri. 5. Pembagian kerja gender adalah pembagian kerja dalam rumahtangga antara

laki-laki dan perempuan baik atas kesepakatan bersama ataupun karena Adanya pengaruh struktur budaya dalam masyarakat.

6. Akses adalah kesempatan yang dimiliki oleh rumahtangga subyek kasus untuk menggunakan sumberdaya ataupun hasilnya yang berkaitan dengan kegiatan produktif seperti lahan, dan modal namun tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan bagaimana cara menggunakan sumberdaya tersebut. Akses dapat diukur dengan membandingkan jumlah subyek kasus laki-laki dan perempuan yang menyatakan akses terhadap sumberdaya yang dikelola dalam usahatani.


(49)

23

7. Kontrol adalah kekuasaan atau wewenang dalam mengambil keputusan yang dilakukan oleh individu untuk melakukan suatu kegiatan dalam kaitannya dengan penggunaan sumberdaya dalam usahatani. Variabel kontrol diukur melalui frekuensi pengambilan keputusan dalam beragam kegiatan dan sumberdaya.

8. Gender adalah peran yang diberikan kepada seseorang karena adanya pengaruh budaya atau interpretasi kultural yang mencakup perilaku-perilaku khusus seperti dalam hal berpakaian, bersikap, kepribadian, pekerjaan, seksualitas, tanggungjawab keluarga yang secara bersama-sama memperlihatkan peran gender.

9. Analisis gender adalah proses menganalisis data maupun informasi secara sistematis tentang laki-laki maupun perempuan untuk mengidentifikasi kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan serta faktor-faktor yang mampengaruhinya.

10. Alat analisis gender adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan atau saling ketergantungan antara laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan.

11. Relasi gender adalah pandangan tentang adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam masalah status dan peran, yang menggambarkan adanya ketidakadilan gender.

12. Ketidakadilan gender adalah suatu sistem dan struktur dimana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut.


(50)

13. Isu-isu ketidakadilan gender ada 5 yaitu marginalisasi (proses pemiskinan ekonomi), subordinasi (peminggiran peran), stereotipe (pelabelan negatif), kekerasan (violence) serta beban kerja yang lebih panjang dan lebih banyak (burden).

14. Kegiatan Produktif adalah kegiatan dalam usahatani yang langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang. Hal ini dapat terlihat dari peran laki-laki dan perempuan dalam curahan waktu melalui pembagian kerja antara suami dan istri.

15. Kegiatan Reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan baik berupa uang maupun barang tapi menjamin kelangsungan hidup keluarga. Data didapat dengan menggunakan metode recall sehari yang lalu dengan satuan jam per hari.

16. Kegiatan Sosial/Kemasyarakatan adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat setempat atau kerabat dekat, seperti hajatan dan gotong-royong. Dilihat dari keikutsertaan seseorang dalam kegiatan tersebut dan curahan waktunya diukur dengan menggunakan metode recall sebulan yang lalu dan dikonversi dengan ukuran jam per hari dalam satu bulan terakhir.


(51)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan strategi studi kasus pada komunitas petani paprika dan labu siam. Keutamaan strategi ini terletak pada kemampuannya mengungkap sekaligus dua tujuan utama penelitian kualitatif, yaitu kekhasan dan kompleksitas dari suatu kejadian atau gejala sosial dengan mendasarkan pada pandangan subjektif pelaku dalam suatu kejadian atau gejala sosial tersebut (Sitorus, 1998).

Strategi studi kasus digunakan untuk melihat gejala ketidakadilan gender dalam agribisnis paprika. Oleh karena itu, dikaji lebih lanjut pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika dan labu siam, akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat dalam pengelolaan agribisnis paprika dan pembudidayaan labu siam.

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) atas dasar pertimbangan daerah ini merupakan daerah penghasil paprika terbesar di Indonesia dimana didalamnya dapat dijumpai rumahtangga yang bekerja pada agribisnis tersebut, dan juga karena adanya pergeseran komoditi yang dibudidayakan yaitu labu siam menjadi paprika. Penelitian dilakukan pada tanggal 21-27 Januari


(52)

2010, namun sudah mengumpulkan data jauh sebelum penelitian. Peneliti sebelumnya telah melakukan penjajagan ke lokasi penelitian dan juga telah mendapatkan beberapa data pendukung dari peneliti-peneliti sebelumnya.

3.2. Penentuan Subyek Kasus

Subjek kasus yang dipilih adalah rumahtangga petani paprika dan labu siam. Pemilihan subyek kasus dilakukan secara purposive berdasarkan pertimbangan komoditi dan tipe perkembangan keluarga. Jumlah subyek kasus adalah enam rumahtangga yang dipilih secara sengaja dari anggota Koperasi Mitra Suka Maju berdasarkan saran bapak CP selaku informan. Subyek kasus dipilih berdasarkan tipologi kasus, yaitu tipe rumahtangga petani paprika, rumahtangga petani paprika dan labu siam serta rumahtangga petani labu siam. Selain subyek kasus berupa rumahtangga, juga dipilih sejumlah informan yang yang terdiri dari tokoh masyarakat, pengurus dan anggota Koperasi Mitra Suka Maju, guna memberikan informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan topik penelitian. Informan yang dipilih adalah warga Pasirlangu yang letak tempat tinggalnya

Rumahtangga petani paprika terdapat tiga kasus yaitu kasus 1 (ekspansi dini), kasus 2 (ekspansi menengah), dan kasus 3 (ekspansi lanjut). Rumahtangga ini diambil dari data anggota Koperasi Mitra Suka Maju (KSM). Tiga rumahtangga ini dianggap unik karena menggambarkan ketiga tipologi perkembangan keluarga. Rumahtangga petani paprika dan labu siam terdapat terdapat dua kasus yaitu kasus 4 (ekspansi menengah), kasus 5 (ekspansi lanjut). Kedua rumahtangga ini membudidayakan


(53)

25

paprika dan labu siam secara bersamaan. Kemudian tipe rumahtangga yang ketiga yaitu rumahtangga petani labu siam adalah kasus 6 (ekspansi lanjut). Tipe petani labu siam sangat jarang ditemukan di Kampung Pasirlangu, hanya beberapa dan mayoritas mereka adalah rumahtangga ekspansi lanjut karena komoditi labu siam adalah tanaman yang dibudidayakan jauh sebelum paprika masuk ke Kampung Pasirlangu. Subyek kasus dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Subjek Kasus No Tipologi Perkembangan

Keluarga Kasus Rumahtangga Paprika Kasus Rumahtangga Paprika dan Labu Siam Kasus Rumahtangga Labu Siam 1 Ekspansi Dini Rumahtangga

Arief Budiman

_ _

2 Ekspansi Menengah Rumahtangga Aan Burhanudin

Rumahtangga Dede Suherman

_ 3 Ekspansi Lanjut Rumahtangga

Pak Udo Rumahtangga H. Maman Sutarman Rumahtangga Lukmanul Hakim Sumber : dikumpulkan oleh penulis

Keterangan :

Ekspansi Dini : suami-isteri dan anak pertama usia balita Ekspansi Menengah : suami-isteri dan anak pertama usia sekolah Ekspansi Lanjut : suami-isteri dan anak pertama sudah menikah

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini didahului dengan pengumpulan data sekunder yaitu hasil analisis format laporan profil desa dan literatur lain serta studi berbagai pustaka serta tulisan-tulisan yang relevan dengan tujuan penelitian ini. Data primer dikumpulkan melalui


(54)

observasi langsung dan wawancara mendalam dengan subyek kasus dan informan dengan menggunakan panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.

3.5.Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data. Data yang diperoleh kemudian disortir, dikategorikan, dan direduksi. Hasil pengolahan kemudian dianalisis dengan cara dekskriptif, disertai kutipan sebagai fakta dengan menggunakan analisa Harvard. Metode pengumpulan, pengolahan dan analisis data dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Topik Penelitian Data yang akan

Dikumpulkan

Metode Pengumpulan Data

Sumber Data Gambaran umum

lokasi penelitian

Keadaan wilayah, karakteristik tempat dan lingkungan, keadaan sosial ekonomi

Kualitatif (dokumen pemerintahan, wawancara

mendalam dan pengamatan

langsung)

Informan (aparat pemerintah,

pengurus KSM, masyarakat

Kampung Pasirlangu) Pembagian Kerja

Rumahtangga Agribisnis Paprika dan Budidaya Labu Siam

Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan dalam kegiatan produksi (agribisnis paprika dominan laki-laki, labu siam setara), reproduksi dan sosial/kemasyarakatan

Kualitatif (dokumen, wawancara dan pengamatan

langsung)

Subyek kasus (petani paprika dan labu siam)

Akses dan Kontrol terhadap Sumber Daya

Sumber daya fisik, sumber daya pasar, dan sumber daya sosio

Kualitatif (dokumen, wawancara dan pengamatan

langsung)

Subyek kasus (petani paprika dan labu siam), dan informan (dinas-dinas terkait, pengurus KSM)


(55)

27

Topik Penelitian Data yang akan Dikumpulkan

Metode Pengumpulan Data

Sumber Data Akses dan Kontrol

terhadap Manfaat

Manfaat praktis (penghasilan,

pemilikan aset-aset pribadi dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan) dan manfaat strategis (bertambahnya

wawasan dan pengetahuan tentang paprika dan labu siam dan status kerja perempuan dalam rumahtangga)

Kualitatif (dokumen, wawancara dan pengamatan

langsung)

Subyek kasus (petani paprika dan labu siam) dan informan (dinas-dinas terkait, pengurus KSM)

Isue Ketidakadilan Gender dan Faktor yang Mempengaruhi

Manfaat praktis (penghasilan,

pemilikan aset-aset pribadi dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan) dan manfaat strategis (bertambahnya

wawasan dan pengetahuan tentang paprika dan labu siam dan status kerja perempuan dalam rumahtangga)

Kualitatif (dokumen, wawancara dan pengamatan

langsung)

Subyek kasus (petani paprika dan labu siam) dan informan (dinas-dinas terkait, pengurus KSM)


(56)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA

Penelitian ini berlangsung di Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ini berada di daerah perbukitan di kaki Gunung Burangrang dan merupakan salah satu sentra paprika terbesar di Indonesia. Paprika yang dihasilkan tidak hanya dijual untuk pasar dalam negeri (lokal) tetapi juga untuk pasar luar negeri (ekspor).

4.1. Gambaran Umum Kampung Pasirlangu

4.1.1. Lokasi dan Keadaan Alam Kampung Pasirlangu

Kampung Pasirlangu merupakan salah satu kampung dari 12 kampung yang terdapat di Desa Pasirlangu. Desa Pasirlangu merupakan salah satu desa dari delapan desa yang termasuk di dalam Kecamatan Cisarua. Terletak lima kilometer dari ibukota Kecamatan Cisarua, yang dapat ditempuh selama setengah jam menggunakan kendaraan umum berupa angkot maupun ojeg. Batas Desa Pasirlangu adalah, di sebelah :

- Utara berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, - Selatan berbatasan dengan Desa Cimanggu Kecamatan Ngamprah, - Barat berbatasan dengan Desa Cipada Kecamatan Cisarua, dan - Timur berbatasan dengan Desa Tugu Mukti Kecamatan Cisarua.

Terletak di ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut Desa Pasirlangu memiliki suhu yang cukup dingin dengan suhu 20oC hingga 22oC sehingga daerah ini


(1)

Lampiran 1. Profil Rumahtangga Kasus 1 (Paprika-Ekspansi Dini) No Nama Hub

dg KK Usia (th)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 AB Suami 30 th L Menikah SMA Kabag.Administr

asi Koperasi Mitra Suka Maju,

Petani Paprika 2 SS Istri 29 th P Menikah SMA IRT, Guru TPA,

Wiraswasta 3 MAF Anak 3 th L Belum

Menikah

Belum Sekolah

Belum Sekolah

AB adalah seorang petani paprika di Kampung Pasirlangu yang memiliki 2 buah green house paprika. Selain sebagai petani paprika beliau juga bekerja sebagai Kabag Administrasi pada Koperasi Paprika Mitra Suka Maju di Kampung Pasirlangu. Usaha yang dikelola oleh rumahtangga ini antara lain adalah agribisnis paprika dan juga berdagang makanan kecil ke warung-warung dan menjual baju. Penanganan usahatani paprika murni dilakukan oleh suami, sedangkan istri bekerja sebagai guru TPA dan juga usaha makanan kecil serta baju.


(2)

Lampiran 2. Profil Rumahtangga Kasus 2 (Paprika-Ekspansi Menengah) No Nama Hub dg

KK

Usia (th)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 ABU Suami 45 th L Menikah SMA Kabag.Saprotan

Koperasi Mitra Suka Maju, Petani Paprika

2 NSM Istri 35 th P Menikah SMA IRT,

Wiraswasta Saprotan 3 MRM Anak 17 th L Belum

Menikah

SMA kelas 3 (pesantren)

Pelajar

4 NR Anak 13 th P Belum Menikah

SMP kelas 3 (pesantren)

Pelajar

5 MAF Anak 7 th L Belum

Menikah

SD Kelas 1 Pelajar

ABU adalah seorang petani paprika yang juga bekerja sebagai Kabag Saprotan (Kepala Bagian Sarana Produksi Pertanian) pada Koperasi Mitra Suka Maju, selain itu beliau mempunyai usaha antara lain usahatani paprika sebanyak 3 buah green house dan juga 1 buah toko Saprotan tidak jauh dari green house paprika yang mereka punya. Dalam mengelola agribisnis paprika, ABU tidak melibatkan istri dan anak-anaknya, karena NSM juga aktif mengurus toko Saprotan yang mereka miliki, sedangkan anak-anak mereka masih bersekolah 2 diantaranya di pesantren daerah Sukamiskin, Ujungberung, Bandung.


(3)

Lampiran 3. Profil Rumahtangga Kasus 3 (Paprika-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub dg

KK

Usia (th)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 UD Suami 52 th L Menikah SMA Petani

Paprika,anggota Koperasi Mitra

Suka Maju 2 KH Istri 45 th P Menikah SMA IRT, petani paprika

3 RM Anak 28 th P Menikah SMA IRT

4 DV Anak 17 th P Belum

Menikah

SMA Masih

Nganggur

UD adalah seorang petani paprika yang juga merupakan salah satu anggota Koperasi Mitra Suka Maju. UD memiliki green house paprika sebanyak 2 buah. UD mulai berkecimpung dalam agribisnis paprika sejak tahun 1994 sejak paprika mulai diperkenalkan di Pasirlangu. Pengelolaan green house dilakukan UD tanpa bantuan KH karena UD sudah mempunyai pekerja untuk mengurus paprika-paprikanya.


(4)

Lampiran 4. Profil Rumahtangga Kasus 4 (Paprika+LabuSiam-Ekspansi Menengah)

No Nama Hub dg KK

Usia (th)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 DS Suami 33 th L Menikah SMP Petani

Paprika+Labusiam, Bag.Sortasi Koperasi Mitra Suka Maju 2 DD Istri 27 th P Menikah SMP IRT, wirawsawta 3 PR Anak 9 th P Belum

Menikah

SD kelas 3 Pelajar

4 DNN Anak 5 th P Belum Menikah

TK Pelajar

DS adalah petani paprika dan juga labu siam yang juga bekerja pada bagian Sortasi di Koperasi Mitra Suka Maju. DS mengelola green house paprika sebanyak 4 buah dan juga labu siam seluas 300 tumbak atau sekitar 1,5 Ha. Pengelolaan green house paprika pada rumahtangga DS dilakukan dengan bantuan pekerja. Istri DS yaitu DD biasa membantu suaminya dalam mengelola usahataninya. Selain paprika dan labu siam rumahtangga ini juga beternak kambing sebanyak 4 ekor yang sewaktu-waktu bisa dijual.


(5)

Lampiran 5. Profil Rumahtangga MS (Paprika+LabuSiam-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub

dg KK Usia (th)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 MS Suami 56 th L Menikah SD Petani

Paprika+Labusiam, anggota Koptan

Dewa Family

2 KR Istri 54 th P Menikah SD IRT

3 WH Anak 36 th L Menikah S1 Wiraswasta (pedagang)

4 FN Anak 30 th P

Menikah

SMA IRT, Wiraswasta

5 FS Anak 22 th L Belum Menikah

SMA Pembalap Motor Cross

MS adalah salah satu petani sukses di Kampung Pasirlangu. MS adalah salah satu anggota kelompok tani Dewa Family yang mengusahakan paprika dan labu siam. Green house paprika yang dikelola rumahtangga ini adalah sebanyak 4 buah dan labu siam seluas 0,5 Ha. Pengelolaan usahatani dilakukan MS dengan bantuan para pekerja dengan sistem harian dan borongan. Istri MS yaitu KR hanya membantu MS sebatas pengontrolan dan tidak terlibat langsung dalam usahatani.


(6)

Lampiran 6. Profil Rumahtangga Kasus 6 (Labusiam-Ekspansi Lanjut) No Nama Hub dg

KK

Usia (tahun)

Jenis Kelamin

Status Pengalaman Pendidikan

Pengalaman Pekerjaan 1 LH Suami 51 th L Menikah SD Petani Labu

Siam 2 AW Isteri 50 th P Menikah SD IRT, Petani

Labu Siam

3 LS Anak 25 th P Menikah D1 IRT

LH adalah petani labu siam di Kampung Pasirlangu dengan luasan lahan 350 tumbak. Sekarang, sangat jarang kita bisa menemui petani yang murni menjalankan usahatani labu siam karena kebanyakan sudah beralih ke komoditi paprika dan ada juga yang tumpang sari dengan komoditi lain. Dulu LH pernah mengusahakan paprika, namun gagal dan mengalami kerugian yang cukup besar sehingga LH memilih untuk bertani labu siam saja.

Pengelolaan usahatani labu siam dilakukan oleh LH dengan bantuan istri dan juga kedua mertua beliau serta pekerja wanita (terutama untuk penyetekan). Namun istri dan mertua LH lebih berperan pada saat panen dan membantu dalam pemasaran. Panen dilakukan dua hari sekali. Selain labu siam, LH juga beternak kambing sebanyak 5 ekor yang bisa dijual kapan saja apabila ada yang membutuhkan.