Gambar 5. Koperasi Mitra Suka Maju, 2010
4.2. Karakteristik Rumahtangga
4.2.1. Aktivitas Budidaya Labu Siam Sechium Edule SW
Labu Siam merupakan komoditi usahatani Kampung Pasirlangu yang masih bertahan sampai sekarang, walaupun sudah sangat jarang petani yang
membudidayakan hanya labu siam tanpa tumpang sari dengan tanaman sayur lain seperti kol, tomat dan buncis. Sebelum masuknya paprika, Kampung Pasirlangu
merupakan daerah penghasil labu siam atau lebih sering disebut Lejet oleh warga setempat. Labu siam masih diusahakan oleh petani-petani kecil Kampung Pasirlangu,
alasannya karena membudidayakan labu siam yang merupakan tanaman yang memiliki masa tanam yang panjang dan mudah serta murah perawatannya.
Alat yang digunakan pada pembudidayaan labu siam hanya berupa cangkul, gunting dan bambu untuk paronggongpenyangga. Bambu yang dipakai harus
didatangkan dari daerah lain karena di Kampung Pasirlangu tidak terdapat tanaman
bambu. Perawatan yang dilakukan adalah dengan membersihkan daun-daun yang menutupi paronggong tempat labu siam merambat. Paronggong terbuat dari bambu
yang ditegakkan setinggi 1 hingga 2 meter dan kemudian diberi kerangka untuk merambatkan tanaman labu siam. Daun-daun yang sudah tua dibersihkan agar sinar
matahari masuk ke sela-sela tanaman labu siam. Pembersihan daun-daun ini dinamakan penyetekan yang dilakukan oleh buruh-buruh tani perempuan.
Bibit yang digunakan oleh petani untuk menanam labu siam bisa diambil dari hasil penen mereka sendiri. Teknis penanamannya sangat mudah yaitu dengan
menaruh biji labu siam pada tanah, beberapa waktu kemudian tanaman labu siam akan tumbuh dan memenuhi paranggong. Dalam satu kali masa tanam, tanaman labu
siam dapat bertahan hingga lima tahun. Selama periode itu petani dapat memanen labu siam hampir setiap hari, jadi dalam dua hari sekali petani memiliki pendapatan.
Gambar 6. Tanaman Labu Siam di Kampung Pasirlangu, 2010
Menurut Pak Ana 51 tahun, pemupukan dalam budidaya labu siam dilakukan petani sesuai keinginan petani sendiri, ada yang satu bulan satu kali, ada
pula yang baru memberi pupuk selama tiga bulan hanya satu kali. Labu siam tidak memerlukan pestisida karena hama labu siam tidak banyak. Pupuk yang lazim
digunakan untuk labu siam adalah urea, NPK dan hidrocomplex yang biasa dibeli di Toko Buana Tani di daerah Lembang di luar Desa Pasirlangu.
Budidaya labu siam dalam perawatannya membutuhkan cukup banyak tenaga kerja, terutama untuk penyetekan. Buruh tani perempuan biasa dibayar Rp. 8.000, 00
per setengah hari dan buruh tani laki-laki antara Rp.15.000, 00 hingga Rp. 17.000, 00 per-hari. Pemanenan biasa dilakukan dua hari sekali ada juga yang dilakukan satu
minggu sekali, pemasaran labu siam biasa dilakukan dengan cara nitip kepada bandar-bandar yang akan menjual labu siam ke pasar-pasar lokal seperti di Bandung,
Jakarta, Tangerang, Bogor dan Bekasi.
4.2.2. Aktivitas Agribisnis Paprika
Paprika dengan nama latin Capsikum Annum adalah komoditi yang terbilang baru dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai iklim dan
dapat tumbuh di berbagai belahan dunia. Paprika termasuk dalam tanaman buah yang rasanya manis dan sedikit pedas. Bahasa Inggris dari paprika ini adalah sweet pepper,
yang artinya cabai yang manis. Tanaman paprika pada umumnya tumbuh setinggi 50 sentimeter - 150 sentimeter. Paprika sangat baik apabila dibudidayakan secara
hidroponik dengan menggunakan sekam sebagai media tanamnya. Khusus untuk
budidaya secara hidroponik, tanaman paprika bisa tumbuh mencapai ketinggian tiga sampai empat meter.
Paprika merupakan buah yang kaya akan vitamin C, dengan dosis 150 – 250
milligram per 100 gram. Petani Dusun Pasirlangu mengetahui bahwa buah ini mengandung banyak vitamin C, hal ini dapat dilihat dari kebiasaan petani yang
memakan mentah-mentah buah paprika apabila mereka sedang sariawan atau bibir pecah-pecah.
Gambar 7. Tanaman Paprika dengan Teknologi Hidroponik, 2010
Usahatani paprika merupakan usahatani yang sarat akan modal. Petani kecil yang tidak memiliki modal, dapat dengan mudah mendapatkan modal di Kampung
Pasirlangu. Para petani biasanya meminjam modal dari bank, koperasi dan juga dari pedagang pengumpul. Penyediaan input-input pertanian paprika juga dapat dengan
mudah diakses oleh para petani karena terdapat banyak pihak yang berperan dalam penyediaan input pertanian paprika di Kampung Pasirlangu. Setelah berhasil
menanam paprika, maka para petani juga tidak akan mengalami kesulitan dalam
pemasaran hasil panen, karena Pasirlangu sudah terkenal sebagai penghasil paprika di seluruh Indonesia.
Paprika di Kampung Pasirlangu dibudidayakan dengan teknologi hidroponik, yaitu dengan menggunakan sekam sebagai media tanamnya dan harus menggunakan
green house sebagai tempat pembudidayaan. Harga benih paprika cukup mahal mulai dari Rp. 1.600,00-Rp. 2.500,00 per benih. Paprika tidak bisa ditanam langsung pada
media sekam dan harus disemai dulu serta di dalam green house baby selama 30 hari. Setelah disemai bibit paprika yang masih kecil dipindah ke dalam pollybag yang
berisi sekam sebagai media tanam. Setelah dilakukan penjenuhan arang sekam kemudian tunas paprika mulai dipindahkan kedalam pollybag untuk ditanam.
Dibutuhkan waktu selama tiga bulan untuk tanaman paprika tumbuh sebelum berbuah pada bulan ke-enam.
Paprika membutuhkan air yang bersih dalam pembudidayaannya, di Kampung Pasirlangu menggunakan air yang berasal dari Sumur Bandung. Sumber air bersih di
Desa Pasirlangu sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi sumber air tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan MCK warga RW 1 sampai 4 saja,
yaitu Sumur Bandung. Pada tahun 2001 atas permintaan warga yang kurang mendapatkan air bersih, terutama warga Sukaraja dan Pasirkuning, maka munculah
gagasan untuk membuat jalur air untuk mendapatkan air bersih dari sumber yang bersih, yaitu dari mata air Leuwi Layung. Sebelumnya penduduk di sana
mengandalkan air yang mengalir dari Gunung Burangrang. Lama kelamaan air dari Gunung Burangrang tersebut mulai mengecil.
Warga menggalang dana secara swadaya untuk membuat jalur pipanisasi, lalu mereka menyewa tenaga ahli yang mampu memperhitungkan keadaan sekitar dan
mengerti bagaimana cara pembuatan pipa saluran air. Modal awal yang dibutuhkan untuk pembuatan pipanisasi ini dapat terpenuhi melalui penggalangan dana swadaya
masyarakat. Masyarakat diharuskan membayar tiga juta rupiah per palet. Kepengurusan swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai pengurus penyaluran air
bernama Mitra Cai Tirta Rahayu yang dibentuk untuk menjaga dan memelihara keberlangsungan jalur pipa hasil pipanisasi.
Tabel 10. Daerah Penghasil Paprika di Indonesia
No Daerah Penghasil Paprika
Luasan Lahan 1
Kab. Bandung Kec. Cisarua dan Kec. Parongpong 24 ha
2 Kab. Cianjur sekitar perkebunan Gedeh dan Cipanas
2.5 ha 3
Kab. Bogor sekitar Megamendung 1 ha
4 Kab. Garut sekitar Cikajang
1 ha 5
Jawa Tengah Wonosobo 1 ha
6 Jawa Timur Kota Batu
3 ha 7
Bali sekitar Bedugul 1 ha
8 NTB daerah Sembulun, kaki G. Rinjani
14 ha
Sumber: www.wikipedia.com
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa daerah penghasil paprika di Indonesia adalah di Kabupaten Bandung Kec. Cisarua dan Kec. Parongpong seluas
24 hektar. Hal ini menandakan agribisnis paprika merupakan sektor pertanian yang diandalkan oleh petani. Desa Pasirlangu adalah penghasil terbesar paprika di
Kecamatan Cisarua. Pemeliharaan paprika dominan dilakukan oleh pekerja, baik itu penyiraman,
pemberian nutrisi, pewiwilan buang tunas, pemilihan cabang dan penyortiran
bahkan sampai panen dan pasca panen pemetikan dan pengangkutan. Pekerja- pekerja ini dibayar sesuai dengan jumlah pohon paprika yang mereka rawat dengan
upah untuk satu pohon paprika rata-rata sebesar Rp. 150,00 sampai Rp. 200,00. Jumlah pohon dalam satu green house bervariasi mulai dari 3.000 pohon bahkan ada
yang sampai 10.000 pohon. Dilakukan proses penyortiran sesuai grade dan juga pengepakan yang telah
ditentukan sebelum paprika dipasarkan. Pengkelasan atau grading paprika dibagi ke dalam empat kelas. Kelas-kelas paprika tersebut dapat dilihat pada Tabel 11. Fungsi
penyortiran dan pengepakan ini dijalankan oleh pihak yang memasarkan paprika, baik itu koperasi, bandar ataupun perorangan. Selain grading, paprika juga dibedakan
kelasnya berdasarkan tingkat kematangan dan warna. Paprika berwarna merah diberi harga Rp. 17.000 per kg, paprika kuning Rp.
19.000 per kg, sedangkan paprika hijau Rp. 8.000 per kg harga paprika sewaktu- waktu dapat berubah, karena harganya sangat fluktuatif. Paprika hijau merupakan
paprika yang dipetik lebih awal dari paprika yang berwarna. Jarak antara paprika hijau dengan paprika yang berwarna adalah satu bulan. Pemanenan yang dilakukan
oleh petani tergantung kebutuhan pasar, apabila banyak permintaan paprika hijau, maka petani akan memanen paprika tersebut sebelum matang atau berwarna dan
harga paprika hijau pasti akan mahal.
Tabel 11. Pengkelasan Paprika
Kelas Ciri-ciri
Tujuan Pemasaran
A
Ukuran buah besar dengan bobot 229 gr- 350 gr Tekstur buah keras
Bentuk buah normal Buah masak petik
Tidak cacat dan tidak terinfeksi hama penyakit Ekspor
B
Buah sedang dengan bobot 150 gr- 200 gr Buah masak petik
Tekstur buah keras Bentuk buah normal
Tidak terinfeksi hama dan penyakit Pasar induk lokal dan
konsumen-konsumen lokal
C
Buah segala ukuran Buah masak petik
Tekstur buah sedikit lembek Cacat, baik disebabkan oleh faktor mekanik atau
teknik. Pasar induk lokal dan
konsumen-konsumen lokal
TO torolog
Buah paprika yang tidak lolos penyortiran, biasanya bentuk buahnya kecil-kecil dan berwarna masih hijau
Pasar lokal. Sumber: Puspitasari, 2004
Tabel 11 adalah tabel pengkelasan paprika, untuk kategori A paprika dijual ke pasar internasionalekspor atau untuk pasar domestiksuper market besar. Kategori B
dan C biasanya dijual untuk pasar induk lokal dan konsumen-konsumen lokal, sedangkan kualitas D biasa disebut torologbubuk adalah paprika yang tidak lolos
sortir dan biasanya dipasarkan ke “pasar tradisional”. Pasar paprika ini adalah untuk ekspor ke Singapura, pasar untuk konsumen
lokal dan tradisional. Petani Kampung Pasirlangu memasarkan paprika yang mereka panen ke berbagai pihak. Bagi yang meminjam input-input pertanian, baik kepada
koperasi atau bandar, mereka memiliki kewajiban utuk memasarkan hasil panen mereka ke pihak mereka memperoleh pinjaman. Untuk petani mandiri yang membeli
input-input pertanian dengan modal sediri, mereka bebas menjual hasil panen kepada pihak manapun, baik bandar, koperasi ataupun langsung mereka jual ke pasar, bahkan
bila mereka menjual langsung ke pasar, keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
Gambar 8. Paprika yang Sudah Ditimbang dan Siap Untuk Dipasarkan
Bandar atau pedagang pengumpul paprika setelah memperoleh paprika dari petaninya, memasarkan kembali ke pihak lain. Tempat pemasaran antara lain ke pasar
induk Caringin dan Cibitung, ke restoran-restoran dan hotel, ke perusahaan- perusahaan, atau bahkan ada yang sampai diekspor ke Singapura. Bandar besar yang
berhasil memasarkan paprikanya untuk diekspor adalah Bapak DW 42 tahun. Bapak DW memasarkan paprikanya dengan sistem kontrak. Koperasi memasarkan paprika
dari anggotanya mulai dari konsumen rumahtangga sampai ke luar negeri. Sama dengan Bapak DW, koperasi juga memasarkan paprika ke Singapura dengan sistem
kontrak.
BAB V PEMBAGIAN KERJA
5.1. Pembagian Kerja Rumahtangga Petani Paprika
Pada rumahtangga petani agribisnis paprika mencakup kegiatan produksi, reproduksi dan sosialkemasyarakatan. Kegiatan produksi pada rumahtangga petani
paprika mencakup: pembuatan green house, budidaya paprika meliputi penyemaian benih dalam green house baby, pembersihan lahan, pengisian sekam dan penjenuhan
arang sekam, penanaman, pemeliharaan penyiraman dan pemberian nutrisi, pewiwilanpembuangan tunas dan pemilihan cabang, penyortiran, panen. Pasca
panen meliputi
pemetikan, pengangkutan
dan pemasaran
dan juga
pembukuanadministrasi. Kemudian juga ada usaha sampingan diluar dari aktivitas budidaya paprika.
Kegiatan reproduksi pada rumahtangga petani paprika mencakup: belanja, memasak, mencuci, menyetrika pakaian, membersihkan rumah dan mengasuh anak.
Kegiatan sosialkemasyarakatan mencakup: pertemuan kelompok tanikoperasi, pengajian dan posyandu dan sekolah bagi anak usia sekolah. Untuk mengetahui lebih
jelasnya tentang pembagian kerja pada rumahtangga petani paprika di Kampung Pasirlangu, dapat dilihat pada tabel 12 kasus rumahtangga 1 ekspansi dini, tabel 13
kasus rumahtangga 2 ekspansi menengah dan tabel 14 kasus rumahtangga 3 ekspansi lanjut.