Tinjauan Umum tentang P. merkusii Struktur Tegakan Hutan

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum tentang P. merkusii

Menurut Heyne 1987 dalam Hidayat 2003, pinus dikenal dengan nama daerah Sala Aceh, Uyeum Gayo, Sulu Alas, Tusam Batak Karo dan Toba, Susugi Minangkabau, dan Sigi Kerinci. P. merkusii termasuk ke dalam genus Pinus Linn, Famili Pinaceae, Ordo Conifera, Subsidi Gymnospermae. Menurut Beekman 1949, pohon pinus pada tegakan tertutup batangnya akan berbentuk langsing, lurus, dan bulat. Sedangkan pada tegakan yang terbuka atau jarang, bentuk batangnya akan berbengkok-bengkok. Diameter batangnya mencapai 70-90 cm dbh, bahkan pohon yang sangat tua dapat mencapai 100 - 145 cm dbh. Menurut Darsidi 1983 dalam Hidayat 2003, pertumbuhan P. merkusii yang baik pada tiap iklim B menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, dan curah hujan rata-rata 1.500 mmtahun akan tumbuh lebih baik di daerah yang sepanjang tahun mendapatkan hujan serta kisaran suhu yang baik antara 17 C – 27 C. Menurut Darsidi 1983 dalam Junaidi 2003, P. merkusii dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur maupun pada iklim dengan curah hujan yang minim iklim kering. Pinus dapat tumbuh dari permukaan laut sampai pegunungan, akan lebih baik pada ketinggian tempat antara 200 m dpl – 2000 m dpl, tetapi untuk tumbuh baik jenis ini memerlukan ketinggian tempat di atas 400 m dpl. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa pertumbuhan optimum dicapai pada ketinggian 400 m dpl – 1500 m dpl. Jarak tanam yang baik untuk tegakan P. merkusii yang diusahakan guna menghasilkan getah adalah 4 x 4 m, tetapi untuk pengusahaan kayu bangunan digunakan jarak tanam 3 x 1 m atau 3 x 2 m De Hulster 1972 dalam Widodo 1989.

2.2. Struktur Tegakan Hutan

Istilah struktur tegakan banyak diterangkan dengan pengertian yang berbeda-beda oleh pakar kehutanan. Secara umum, definisi struktur tegakan dikemukakan oleh Oliver dan Larson 1990 dalam Ilyas 2006, yaitu sebagai penyebaran fisik dan temporal dari pohon-pohon dalam tegakan. Penyebaran 4 dapat berdasarkan jenis, pola penyebaran vertikal atau horisontal, ukuran pohon atau bagian pohon, termasuk volume tajuk. Untuk pertimbangan ekonomi, struktur tegakan dapat menunjukkan potensi tegakan minimal yang harus tersedia, sedangkan untuk pertimbangan ekologis dari struktur tegakan akan diperoleh gambaran mengenai kemampuan regenerasi dari tegakan yang bersangkutan Suhendang 1994 dalam Ilyas 2006. Struktur tegakan menyatakan jumlah sebaran individu pohon pada berbagai kelas diameter pohonnya Suhendang 1995 dalam Ermayani 2000. Sementara Meyer et. al. 1961 menyebutkan bahwa struktur tegakan hutan adalah sebaran jumlah pohon per satuan luas dalam berbagai kelas diameter atau hubungan fungsional antara kerapatan jumlah pohon dengan kelas diameternya. Dalam pustaka-pustaka kehutanan struktur tegakan hutan sering digunakan untuk menggambarkan keadaan tegakan pada suatu saat. Umumnya hal ini dinyatakan dalam bentuk daftar frekuensi dari salah satu atau beberapa ciri pohon. Ciri-ciri pohon yang sering digunakan untuk itu biasanya adalah ciri pohon yang dapat diukur dan sangat berguna dalam kegiatan perencanaan hutan. Ciri pohon yang bersifat demikian itu adalah diameter dan tinggi pohon. Dalam istilah struktur tegakan dikenal istilah lain, yaitu dinamika struktur tegakan. Menurut Oliver dan Larson 1990 dinamika struktur tegakan merupakan pertumbuhan yang terjadi pada struktur tegakan menurut waktu, yang meliputi perilaku tegakan selama dan setelah mengalami gangguan dan perlakuan tertentu. Davis dan Johnson 1987 dalam Ilyas 2006 menambahkan bahwa perubahan struktur ini memerlukan minimal dua kali pengukuran dimensi yang sama. Pengukuran dapat dilakukan pada awal siklus tebang untuk menduga pertumbuhan tegakan yang akan datang atau akhir siklus untuk menduga volume yang diperoleh. Dinamika struktur tegakan dapat menunjukkan pola pertumbuhan tegakan pada masa yang akan datang Boungiorno and Gilles 1987 dalam Ilyas 2006. Proses dinamika struktur tegakan dalam setiap tegakan merupakan hasil dari totalitas pengaruh setiap individu pohon yang terdapat dalam tegakan, sehingga proses pertumbuhan setiap individu pohon dalam tegakan tidak dapat berdiri sendiri Suhendang 1994 dalam Ilyas 2006. 5 Struktur tegakan terbagi menjadi dua, yaitu struktur tegakan horisontal dan struktur tegakan vertikal. Meyer et. al. 1961 menyatakan bahwa struktur tegakan horisontal adalah sebaran jumlah pohon per satuan luas pada berbagai kelas diameter. Penyebaran diameter bergantung pada proporsi relatif dari pohon-pohon yang berdiameter kecil dan besar dalam hutan tersebut Meyer et. al. 1961, selanjutnya struktur tegakan horisontal dikenal dengan struktur tegakan saja, sedangkan struktur tegakan vertikal adalah sebaran jumlah pohon pada berbagai lapisan tajuk Richards 1964 dalam Ermayani 2000. Selanjutnya dalam tulisan ini yang dimaksud dengan struktur tegakan adalah sebaran jumlah pohon per satuan luas pada berbagai kelas diameter. Anonim 1978 dalam Suhendang 1985 mengungkapkan hasil penelitian di hutan hujan tropika di Imataca Venezuelan Guyana yang mengungkapkan bahwa struktur tegakan untuk semua jenis berbentuk J terbalik, tetapi jika dilihat setiap jenisnya ternyata bentuknya bervariasi. Lebih jauh dikemukakan bahwa ada lima tipe bentuk sebaran, yaitu : bentuk tidak teratur tipe 1, bentuk garis lurus dengan koefisien arah negatif tipe 2, bentuk lonceng terbalik tipe 3, bentuk J terbalik tipe 4, dan bentuk J terbalik tetapi mendekati garis lurus dengan koefisien arah negatif tipe 5. Suhendang 1985 juga mengungkapkan hasil penelitiannya tentang model struktur tegakan hutan di hutan alam hujan tropika dataran rendah, di Bengkunat propinsi Lampung. Dengan model acuan bentuk kurva J terbalik disimpulkan bahwa model terbaik bagi struktur tegakan untuk semua jenis adalah famili sebaran lognormal, demikian pula untuk jenis komersil dan meluang Dipterocarpus sp. Jenis-jenis damar asam Parinari corymbosum dan simpur Dillenia sp, keduanya mengikuti famili sebaran gamma. Selain pemilihan model ini, Suhendang 1985 juga mengemukakan beberapa kemungkinan penggunaan model struktur tegakan hutan yang bersangkutan untuk berbagai keperluan dalam pendugaan dimensi tegakan.

2.3. Kerapatan Pohon