Kegunaan Struktur Tegakan Hutan

8 Secara aktual hutan normal sulit ditemukan bahkan tidak ada. Seandainya ditemukan dengan kenormalan relatif sempurna secara aktual pasti tidak akan berlangsung lama. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor pengganggu yang mempengaruhi derajat kenormalan hutan, diantaranya fluktuasi iklim dan kerusakan hutan Ilyas 2006.

2.6. Kegunaan Struktur Tegakan Hutan

Bentuk struktur tegakan horizontal hutan alam pada umumnya mengikuti persamaan ekponensial negatif atau berbentuk huruf J terbalik, dengan model umumnya, yaitu N = N e -kd , dimana N = kerapatan pohon per satuan luas, d = diameter pohon, dan N dan k = parameter. Suhendang 1994 dalam Ilyas 2006 menjelaskan bahwa pengetahuan tentang struktur tegakan berguna untuk penentuan kerapatan pohon pada berbagai kelas diameter, penentuan luas bidang dasar tegakan, dan penentuan biomassa tegakan. Di hutan tanaman hal tersebut juga memungkinkan untuk diterapkan, akan tetapi perlu dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan tuntutan informasinya. Beberapa penerapan penggunaan struktur tegakan yang mungkin dapat dikembangkan di hutan tanaman adalah sebagai berikut : 1 Penentuan kerapatan pohon pada berbagai kelas diameter Struktur tegakan hutan merupakan hubungan fungsional antara kerapatan pohon dengan diameternya. Oleh karena itu, struktur tegakan dapat dipakai untuk menduga kerapatan pohon pada berbagai kelas diameternya apabila model struktur tegakan beserta parameternya dan jumlah pohon total diketahui Suhendang 1985. Jika kerapatan pohon total dinyatakan dengan N, sedang model struktur tegakan disandikan dengan fx, dimana x adalah diameter cm, maka kerapatan pohon pada kelas diameter ke-i dengan diameter tengah x i adalah sebagai berikut : ……… 1 dimana k adalah selang kelas diameter Prihanto 1987. 9 2 Penentuan luas bidang dasar tegakan Luas bidang dasar tegakan adalah jumlah luas penampang melintang pohon pada ketinggian tertentu biasanya dbh yang terdapat pada luasan tertentu. Penerapan di hutan alam biasanya pada batas diameter tertentu Prihanto 1987. Penggunaan struktur tegakan hutan dalam pendugaan luas bidang dasar tegakan menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Rollet 1974 dalam Anonim 1978 yang dikutip Suhendang 1985 seperti di bawah ini : …....... 2 dimana x i adalah diameter tengah kelas dari kelas diameter ke-i, dan N i adalah kerapatan pohon pada kelas diameter ke-i yang dapat dicari dengan persamaan 1, sedang p merupakan banyaknya kelas diameter. 3 Penentuan volume tegakan Apabila v i adalah volume pohon pada diameter tengah kelas ke-i, sedang kerapatan pohon per hektar pada selang tersebut adalah N i didapat dari persamaan 1, maka besarnya volume tegakan per hektar untuk kelas diameter ke-i adalah : ..…….. 3 Nilai v i dapat diperoleh dari tabel volume untuk diameter tengah x i . Volume total per hektar dapat diperoleh dengan persamaan : ............ 4 dimana p adalah banyaknya kelas diameter Prihanto 1987. 4 Penentuan biomassa tegakan Biomassa tegakan adalah jumlah biomassa pohon pada luasan tertentu dengan batas diameter tertentu. Jika biomassa rata-rata pohon dengan nilai tengah diameter D i adalah B i , maka besarnya biomassa tegakan dapat ditentukan dengan persamaan : ……… 5 10 dimana B = biomassa tegakan kgha dan p = banyaknya kelas diameter Suhendang 1985. Suhendang 1985 dan Prihanto 1987 mendapatkan fakta bahwa pendugaan potensi tegakan kerapatan, luas bidang dasar, dan volume tegakan dengan menggunakan model struktur tegakan memiliki keterandalan yang tinggi.

2.7. Permasalahan dalam Pemilihan Model