IV. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU
Pengambilan data dilakukan di daerah Kotamadya Sukabumi, pemilihan daerah tersebut berdasarkan atas pengolahan mie dan tingkat konsumsi yang
terbanyak untuk Daerah Sukabumi berada di Kotamadya Sukabumi. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan April 2005 hingga Agustus
2005.
B. BAHAN DAN PERALATAN
Untuk melakukan simulasi software yang digunakan adalah software PowerSim versi 2.51. Software yang digunakan untuk analisa finansial adalah
software Microsoft Excel 2003. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat komputer dengan
spesifikasi sebagai berikut: •
Processor: Pentium IV 1.8 GHz. •
RAM: 256 MB •
VGA card: GeForce FX 5200 128 MB •
Harddisk: 40 GB
C. PENGUMPULAN DATA
Data-data diperoleh dengan melakukan desk-studi untuk memperoleh data sekunder dan dengan melakukan wawancara langsung. Data sekunder
yang digunakan adalah data kependudukan. Sedangkan data yang diperoleh melalui wawancara langsung adalah data
tentang pengolahan mie berbasis pati sagu, data tentang ketersediaan pati sagu, dan data analisa finansial.
D. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Pada Gambar 8 dapat dilihat kerangka pendekatan studi dari penelitian yang berjudul Model Dinamik Pengolahan dan Rantai Pasokan Mie Berbasis
Pati Sagu Kasus Kotamadya Sukabumi.
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Studi
Penentuan elemen faktor, aktor, tujuan, alternatif pada industri mie berbasis pati sagu
Produksi
• Permintaan pasar
• Target produksi
• Jumlah bahan baku
Teknologi
• Proses pembuatan mie
• Pengemasan
Pemasaran
• Harga produk
• Keuntungan
Penentuan kriteria Mulai
Penentuan parameter kelayakan finansial agroindustri
Kelayakan finansial agroindustri Tdk
Layak
Permodelan Sistem Power SIM Validasi Model Power SIM
Valid Supply Chain Management
Ya Tdk
Selesai
Evaluasi Model Power SIM Uji Coba Model Power SIM
Ya
Implementasi Model software simulasi Power SIM
E. METODOLOGI
Metoda yang digunakan dalam analisis ini adalah simulasi model dinamik berdasarkan metode desk-studi dan survei langsung ke lapangan
untuk lebih memantapkan model yang dibuat. Data sekunder yang diambil hanya data untuk kependudukan saja, sedangkan data yang diperoleh melalui
survei adalah kapasitas produksi pabrik, kebutuhan sagu untuk pengolahan mie, jumlah pengiriman batang sagu, dan kapasitas produksi pabrik
pengolahan sagu. Pengambilan data sekunder dilakukan di Biro Pusat Statistik Kotamadya Sukabumi dan data-data sekunder pendukung lainnya
diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Sukabumi serta Kantor Penyuluhan Pertanian Kotamadya Sukabumi.
Survei langsung ke lapangan dan wawancara dengan para aktor yang terlibat di dalam sistem dilakukan untuk memperoleh data tambahan yang
dapat melengkapi nilai- nilai peubah penentu yang digunakan. Survei dilakukan di daerah Kotamadya Sukabumi seperti, karena di daerah
Kotamadya Sukabumi makanan tradisional mie gleser ini cukup dikenal oleh masyarakatnya dan tingkat produksi mie gleser di daerah ini cukup tinggi
yaitu mencapai antara 700-1.100 kg per harinya. Mie gleser ini di daerah Kotamadya Sukabumi dikenal dengan nama mie aci.
• Kuantifikasi Peubah dan Asumsi
Berdasarkan pada pernyataan masalah dan diagram lingkaran sebab- akibat yang telah diuraikan sebelumnya, maka beberapa peubah yang
mendapat perhatian adalah sebagai berikut: i. Karakteristik Kependudukan
Meliputi jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk. Serta pengklasifikasian berdasarkan usia menjadi anak-anak, dewasa, dan
tua. Tidak ada fungsi khusus dalam pengklasifikasian tersebut hanya untuk melihat jumlah penduduk saja. Tingkat pertumbuhan penduduk
pertahun dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:
N
i P
F 1
+ =
Dimana : F = Jumlah Penduduk Tahun ke-N P = Jumlah Penduduk Tahun ini
i = Tingkat Pertumbuhan per Tahun N = Tahun
ii. Neraca Mie Selisih antara produksi mie tontahun dengan permintaan mie
tontahun. Dimana permintaan mie berdasarkan jumlah penduduk dan tingkat konsumsi per kapita per tahun tonkapitatahun.
iii. Neraca Sagu Selisih antara produksi sagu tontahun dengan kebutuhan sagu untuk
konsumsi tontahun. Dengan kebutuhan sagu untuk konsumsi berdasarkan kebutuhan sagu untuk produksi mie per tahun tontahun
dan kebutuhan sagu untuk konsumsi diluar mie tontahun. Nilai awal yang dikaji, fraksi atau parameter dan pengaruh
keterkaitan antara suatu peubah dengan peubah lainnya yang signifikan ditentukan berdasarkan data empirik maupun informasi yang dikumpulkan
dari pustaka yang relevan serta wawancara langsung dengan para aktor yang terlibat di dalam sistem pengolahan mie berbasis pati sagu.
Peubah-peubah yang diperlukan nilai awalnya adalah populasi penduduk, laju pertumbuhan penduduk, tingkat konsumsi mie rata-rata per
kapita, jumlah produksi rata-rata per hari dari pabrik pengolahan mie, jumlah produksi rata-rata pabrik pengolahan sagu, dan jumlah kebutuhan
sagu untuk produksi mie. Beberapa asumsi yang digunakan di dalam simulasi ini adalah sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan penduduk dianggap tetap 2. Kebutuhan sagu hanya untuk kebutuhan konsumsi saja, untuk
kebutuhan ind ustri sementara diabaikan 3. Jumlah hari dalam satu tahun berjumlah 365 hari
• Model dan Analisis
Model yang digunakan dalam analisis mengacu pada pendekatan sistem dinamik berdasarkan diagram lingkar sebab-akibat yang telah
dibuat sebelumnya. Model- model yang akan dianalisis adalah:
- Skenario-1 Model Dasar Tanpa Kebijakan
Pada model tanpa kebijakan ini diasumsikan tidak ada perubahan tingkat konsumsi masyarakat terhadap mie gleser dan juga tidak ada
peningkatan produksi dari pabrik-pabrik pembuat mie gleser ini. Dari model ini dapat dianalisa perbandingan antara produksi mie
gleser dengan tingkat konsumsi mie gleser masyarakat kotamadya Sukabumi.
- Skenario-2 Model dengan Kebijakan Peningkatan Konsumsi Melalui
Diversifikasi Hasil Olah Mie Gleser Model ini dibuat untuk melihat pengaruh kebijakan peningkatan
konsumsi mie gleser pada masyarakat Kotamadya Sukabumi terhadap neraca mie gleser sekaligus sebagai salah satu cara solusi dari masalah
yang timbul pada skenario-1 sehingga dapat dilihat pengaruh dari peningkatan tingkat konsumsi mie gleser.
- Skenario-3 Model dengan Kebijakan Peningkatan Tingkat Konsumsi
dan Meningkatkan Produksi Mie Gleser Dari model ini dapat dilihat pengaruh dari kebijakan meningkatkan
tingkat konsumsi mie gleser terhadap tingkat produksi mie gleser pada perubahan neraca mie gleser serta menjadi salah satu upaya
penyelesaian masalah yang terjadi pada skenario-2. -
Skenario-4 Model dengan Kebijakan Peningkatan Produksi Mie Gleser dan Peningkatan Tingkat Kebutuhan Sagu Produksi Mie
Pada model ini dapat dilihat pengaruh dari peningkatan produksi mie dan peningkatan kebutuhan sagu untuk produksi mie terhadap
neraca sagu dimana tidak ada peningkatan produksi pati sagu.
E.1. ANALISA FINANSIAL
1. Modal investasi digunakan untuk biaya bangunan dan biaya pengadaan alatmesin.
2. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan, bunga modal, dan pajak. Biaya penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus
De Garmo,1979 dalam Supriatna, 2005.
N S
P D
− =
............................................................................1 Dimana: D = Penyusutan Rptahun
P = Harga awal alatmesin Rp S = Harga akhir alatmesin Rp
N = Umur ekonomi alatmesin tahun
3. Bunga modal dihitung dengan menggunakan rumus De Garmo,1979, sebagai berikut:
N N
P i
I 2
1 +
=
............................................................................2 Dimana: I = Bunga modal Rp
i = Tingkat bunga modal yang berlaku P = Harga awal alatmesin dan bangunan Rp
N = Umur ekonomi alatmesin atau bangunan tahun 4. Biaya tidak tetap digunakan untuk biaya perbaikan alatmesin, biaya
listrik, biaya pengadaan bahan baku, biaya pengadaan bahan tambahan, biaya transportasi, dan upah karyawan.
5. Harga pokok dan harga jual, harga pokok dihitung dengan menjumlahkan semua biaya untuk pembuatan produk biaya
produksi, kemudian dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. 6. Waktu pengembalian modal, digunakan untuk mengetahui berapa
lama modal awal tertanam didalam proyek. Waktu pengembalian modal dihitung berdasarkan investasi yang tertanam dibagi dengan
keuntungan bersih tahunan dan penyusutan. 7. Titik pulang pokok Break Even Point, analisis titik pulang pokok
digunakan untuk mengetahui jumlah minimum penjualan produk
agar perusahaan tidak mengalami kerugian dan juga tidak mendapatkan keuntungan atau berada pada keadaan impas. Titik
pulang pokok ini dirumuskan sebagai berikut De Garmo,1979:
VC H
FC BEP
− =
....................................................................3 Dimana: BEP = Jumlah penjualan pada titik pulang pokok
FC = Biaya tetap Rptahun H = Harga jualunit Rpunit
VC = Biaya tidak tetapunit Rpunit 8. Arus kas bersih, merupakan analisis antara total penerimaan dan
total pengeluaran selama umur proyek untuk mengetahui jumlah kekayaan perusahaan setiap tahun dan pada akhir proyek.
9. Net Present Value NPV, merupakan selisih antara present value dari penerimaan dengan present value dari biaya. Bila dalam analisa
diperoleh NPV lebih besar dari nol berarti investasi layak untuk dilaksanakan. Jika NPV lebih kecil dari nol berarti investasi tidak
layak untuk dilaksanakan. Jika NPV sama dengan nol menunjukkan bahwa tingkat bunga yang berlaku atau yang digunakan sebagai
dasar perhitungan sama dengan tingkat suku bunga investasi.
∑
=
+ −
=
n t
t
n Ct
Bt NPV
1
1 ........................................................................4
Dimana: Bt = Keuntungan pada tahun ke-t Rp Ct = Biaya pada tahun ke-t Rp
t = tingkat suku bunga n = Umur ekonomis proyek tahun
10. Net BC ratio, merupakan perbandingan antara total dari keuntungan bersih dengan biaya bersih, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
∑ ∑
= =
+ −
+ −
=
n t
t n
t t
i Ct
Bt i
i Ct
Bt
1 1
1 ratio
BC ................................................ 5
Dimana:
∑
=
+ −
n t
t
i i
Ct Bt
1
; Bt-Ct 0
∑
=
+ −
n t
t
i Ct
Bt
1
1
; Bt-Ct 0
E.2. RANTAI PASOKAN SUPPLY CHAIN
Prosedur yang harus dilakukan untuk mengkaji manajemen rantai pasokan supply chain management adalah:
1. Menentukan para pelaku yang terlibat di dalam rantai pasokan
pengolahan mie berbasis pati sagu, menjabarkan fungsi dan kegiatan dari masing- masing pelaku tersebut. Kemudian membuat
sebuah aliran produk, aliran uang dan aliran informasi. 2.
Melakukan SWOT analysis, yaitu sebuah analisa tentang kelebihan, kekurangan, kemungkinan-kemungkinan, dan ancaman-ancaman
yang ada pada rantai pasokan pengolahan mie berbasis pati sagu. 3.
Membuat sebuah strategi untuk melakukan perbaikan pada rantai pasokan.
4. Menyusun sebuah rencana tindak lanjut yang perlu dilakukan atas
strategi yang telah dibuat.
E.3. VALIDASI
Validasi model simulasi dilakukan terhadap model kependudukan, metode yang digunakan untuk validasi adalah metode MAPE Mean
Absolute Percent Error dengan rumus sebagai berikut: 100
n 1
MAPE
−
∑ =
d d
m
x x
x
Dimana: x
m
= Jumlah penduduk hasil simulasi x
d
= Jumlah penduduk data aktual
V. HASIL DAN PEMBAHASAN