PENGOLAHAN SAGU PENGOLAHAN MIE GLESER

A. PENGOLAHAN SAGU

Pengolahan sagu di daerah Kotamadya Sukabumi sudah menggunakan cara semi mekanis. Pabrik pengolahan sagu memperoleh suplai batang sagu dari daerah Cianjur dan Bojong Opang. Pengiriman sagu dilakukan setiap 3 hari sekali, dengan jumlah pengiriman batang sagu untuk sekali pengiriman seberat 4,5 ton. Untuk memulai proses pengolahan batang sagu tersebut dipotong-potong terlebih dahulu dengan ukur an panjang 70 cm, batang sagu yang telah dipotong-potong dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 9. Batang sagu yang telah dipotong-potong. Setelah dipotong-potong batang sagu tersebut dikuliti sehingga hanya tersisa bagian dalam batang sagu saja. Bagian dalam batang sagu tersebut dihancurkan dengan menggunakan mesin penghancur, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 9 untuk memperoleh serat-serat kayu yang berisi pati sagu. Gambar 10. Alat penghancur batang sagu. Serat-serat batang sagu tersebut kemudian diberi air yang ditaruh pada sebuah tempat pengadukan. Kemudian serat kayu tersebut diaduk dan diperas, air hasil perasan dialirkan ke bak penampungan untuk kemudian diendapkan. Tempat pengadukan dan bak penampungan untuk pengendapan dapat dilihat pada Gambar 10. a b Gambar 11. Tempat pengadukan dan Bak pengendapan. a Tempat pengadukan b Bak pengendapan. Setelah dilakukan pengendapan air kemudian dibuang dan diperoleh hasil sagu basah, hasil sagu basah dapat dilihat pada Gambar 11. Sagu basah tersebut kemudian dijemur hingga kering. Gambar 12. Sagu basah. Penjemuran dilakukan di halaman pabrik pengolahan sagu seperti yang terlihat pada Gambar 12. Untuk 1 ton batang sagu dapat menghasilkan pati sagu sebesar 200-300 kg pati sagu. Gambar 13. Penjemuran pati sagu.

B. PENGOLAHAN MIE GLESER

Kotamadya Sukabumi sampai saat ini memiliki 6 pabrik pengolaha n mie gleser yang masih aktif, dimana 5 pabrik masih melakukan pengolahan dengan cara manual dan satu pabrik sudah melakukan pengolahan secara mekanis. Pengolahan mie gleser diawali dengan pembuatan adukan pati sagu yang dicampurkan dengan pewarna dan air panas. Adukan pati sagu tersebut dicampurkan dengan tepung sagu sedikit demi sedikit dan diaduk hingga berubah menjadi adonan berbentuk gel. Adukan pati sagu dan adonan berbentuk gel dapat dilihat pada Gambar 13. a b Gambar 14. Bentuk adonan pati sagu dan adonen gel. a Adukan pati sagu b Adonan pati sagu berbentuk gel. Adonan pati sagu yang telah berbentuk gel dicampur dengan tepung sagu untuk membuat adonan mie. Untuk pabrik yang masih manual pembuatan adonan mie dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia yang memerlukan waktu yang cukup lama, sedangkan untuk pabrik pengolahan mekanis pembuatan adonan dilakukan dengan menggunakan mesin pembuat adonan. Mesin pembuat adonan ini memiliki kapasitas 50 kg adonan, sehingga waktu pembuatan adonan dapat dipersingkat sehingga mampu menghasilkan mie lebih banyak. Pembuatan adonan mie secara manual dan mesin pembuat adonan serta bentuk adonan dapat dilihat pada Gambar 14. a b c Gambar 15. Pembuatan adonan dan bentuk adonan mie. a Pembuatan adonan secara manual b Mesin pembuat adonan c Bentuk adonan mie Adonan mie tersebut kemudian dicetak menjadi bentuk mie dengan menggunakan alat press, alat press ini dapat dilihat pada Gambar 15. Setelah dicetak menjadi bentuk mie, mie tersebut kemudian direbus selama kurang lebih 1 menit. Setelah direbus mie tersebut direndam di dalam ember selama kurang lebih 1 jam, hingga mie yang direndam mengambang. Gambar 16. Alat press. Air rendaman mie dibuang dan kemudian mie tersebut diberi minyak, setelah itu mie siap untuk dijual ke pasar. Proses pemberian minyak dan mie yang siap dijual dapat dilihat pada Gambar 16. a b Gambar 17. Cara Pemberian minyak dan Mie yang siap dipasarkan. a Pemberian minyak pada mie b Mie yang sudah siap dipasarkan. Mie yang sudah siap untuk dipasarkan dimasukan ke dalam karung untuk kemudian diangkut ke pasar-pasar tradisional yang ada di Kotamadya Sukabumi.

C. SISTEM DINAMIK