Tabel 3. Potensi Areal dan Produksi Sagu Indonesia.
Propinsi Areal Ha
Produksi ton
Riau Jambi
Jawa Barat Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan Maluku
Papua 51.250
29 292
1.576 564
23.400 7.985
13.706 7.917
94.989 600.000
192.752 12
1.203 7.659
5.212 113.485
689 38.246
37.479 78.862
5.400.000 Sumber : Ditjen Bina Produksi Pertanian 2003
C. PENGOLAHAN SAGU
Untuk memperoleh pati sagu dari dalam batang sagu harus melalui beberapa proses pengolahan. Proses pengolahan sagu ini biasanya terbagi
menjadi dua yaitu pengolahan sagu skala petani atau kecil, dan pengolahan sagu skala industri atau besar.
Pengolahan sagu ditingkat petani hingga saat ini masih berada pada sistem tradisional yang ditandai dengan penggunaan teknologi yang relatif
sederhanatradisional atau semi mekanis. Sebagai gambaran, di Papua petani masih menggunakan alat-alat
produksi pertanian yang tergolong masih sangat sederhana seperti tokok, parang, linggis dan kapak. Untuk ekstraksi dan pengendapan memanfaatkan
pelepah sagu serta tapisan atau saringan dengan kain seadanya Hutapea,1995 dalam Hutapea et al., 2003. Selain itu peralatan yang digunakan pada
beberapa derah lain terdiri dari parang, kapak, dan tokok yang berfungsi untuk memarut empulur atau papan yang dipasangi paku serta alat pemarut mekanis
dengan menggunakan daya 3,0-3,5 HP.
Untuk proses ekstraksi dan pengendapan menggunakan alat sederhana. Unit ekstraksi terdiri dari alat pengaduk runut yang dilengkapi dengan
saringan yang terbuat dari kain sifon rinjani atau kadang pengadukan masih dilakukan secara manual, sedangkan untuk pengendapan terbuat darikulit kayu
dan kulit batang sagu goti. Pada pengolahan cara sederhana seperti itu membutuhkan air yang cukup
banyak untuk ekstraksi sekitar 21 liter airkg hancuran empelur Lay, et al.,1998 dalam Hutapea et al., 2003. Hal ini disebabkan karena cara
pencampuran dan pengadukan secara manual kurang efektif dan banyak menyerap tenaga kerja, serta lamanya pengendapan umumnya selama satu
hari. Cara pengolahan yang demikian mengakibatkan rendemen dan mutu hasil rendah serta pengolahan kurang efisien Zainuddin dan
Rusmandana,1996 dalam Hutape et al., 2003. Diagram pembuatan tepung sagu dapat dilihat pada Gambar 3.
Pohon sagu ditebang Gelondong sagu
panjang 2 m Kulit dikupas
dan dibersihkan
Dibelah 4-6 potong
Empulur dihancurkan dengan alat
Ekstraksi
Pemberian air
Disaring
Diendapkan
Dipi sahkan air dan tepung sagu
Tepung sagu
Gambar 3. Diagram Pembuatan Tepung Sagu Joseph, et al.,2000 dalam Kindangen et al., 2003
Pengolahan sagu skala industri telah berkembang di beberapa daerah baik industri kecil unit usaha masyarakat, menengah maupun besar pabrik.
Daerah pertumbuhan industri pengolahan sagu antara lain Riau, Sulawesi, Maluku dan Papua dengan produk utama adalah tepung sagu. Pengolahan
lebih lanjut dari tepung sagu untuk menghasilkan produk lebih lanjut banyak dikembangkan di daerah Jawa.
Pada prinsipnya pengolahan tepung sagu secara tradisional dan modern adalah sama, yaitu mengeluarkan aci sagu dari bagian empulur batang.
Perbedaannya hanya pada alat yang dipergunakan dan kapasitas produksi yang dihasilkan.
D. PENGOLAHAN MIE GLESER