Ekstraksi Cara Dingin Ekstraksi Cara Panas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Proses yang terjadi pada saat ekstraksi adalah penetrasi dan disolusi pelarut ke dalam sel tanaman sehingga terjadi pengembangan sel. Setelah itu zat yang terekstraksi berdifusi keluar sel. Proses diatas diharapkan terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dan pelarut. Kesetimbangan begantung pada beberapa faktor diantaranya adalah suhu, pH, ukuran partikel, dan gerakan partikel Emilan et al, 2011

2.2.2 Metode Ekstraksi

Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan dan stabilitas senyawa tersebut terhadap terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan mengetahui sifat senyawa aktif yang terkandung dalam simplisia akan mempermudah dalam pemilihan pelarut dan metode ekstraksi Depkes RI, 2000. Pemilihan metode ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur, kandungan air tanaman yang diekstraksi, dan jenis senyawa yang akan diisolasi Wardiyah, 2015. Ditjen POM 2000 membagi metode ekstraksi menggunakan pelarut kedalam dua kelompok, yaitu cara dingin dan cara panas.

2.2.2.1 Ekstraksi Cara Dingin

a. Maserasi Maserasi merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan pengadukan yang kontinu sehingga disebut juga dengan maserasi kinetik. Remaserasi adalah proses penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya Depkes RI, 2000. Maserasi dilakukan pada wadah yang gelap dan tertutup. Metode ekstraksi ini sangat sederhana dan dapat digunakan untuk mengesktraksi zat yang tahan dan tidak tahan pemanasan, akan tetapi kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang lama hingga beberapa hari serta membutuhkan pelarut dalam jumlah banyak. b. Perkolasi Perkolasi merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai penyarian yang sempurna exhaustive extraction yang dilakukan pada suhu ruang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggunakan alat yang disebut perkolator. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, dan terus-menerus sampai diperoleh ekstrak yang jumlahnya 1-5 kali bahan Depkes RI, 2000

2.2.2.2 Ekstraksi Cara Panas

a. Sokletasi Sokletasi merupakan metode esktraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik Depkes RI, 2000. b. Refluks Refluks merupakan metode ekstraksi dengan pelarut pada titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Pada metode refluks, dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali Depkes RI, 2000. c. Digesti Digesti merupakan maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruang, pada umunya dilakukan pada temperatur 40-50 o C Depkes RI, 2000. d. Infusa Infusa merupakan ekstraksi dengan pelarut air pada suhu 90 o C selama 15 menit. Menurut Depkes RI 2000, infusa adalah metode esktraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air dimana bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih dengan temperatur 96-98 o C selama 15-20 menit. e. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama, yaitu lebih dari 30 menit dan temperatur sampai titik didih air. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2.2.3 Teknik Ekstraksi Lain

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal

6 85 99

Pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (orthosiphon stamineus benth) terhadap penurunan kadar kolesterol total pada tikus jantan yang diinduksi pakan hiperkolesterol

3 20 92

Kajian Keamanan dan Aktivitas Immunomodulator Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) dan Bunga Knop (Gomphrena globosa L.)

1 14 198

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR YANG DIINDUKSI ALO

0 4 14

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN

0 3 15

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus

0 3 17

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus

0 2 16

EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus Benth.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR.

9 71 93

Pengaruh Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Sebagai Obat Komplementer Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi.

0 3 28

Pengaruh Ekstrak Daun Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pria Dewasa.

2 6 28