Potensi Kemampuan Pembiayaan Pembangunan

Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan kementerian lain yang terkait. Nilai indeks fiskal di Kalimantan Timur terlihat pada Tabel 9. Tabel 9. Daftar daerah berdasarkan indeks fiskal dan kemiskinan daerah di Kalimantan Timur No. Kab Kota Indeks Ruang Fiskal Daerah IRFD Indeks Persentase Penduduk Miskin Daerah IPPMD Kelompok Tingkatan Penyediaan DUUB 1 Kab. Berau 2.999 0.886 4 Tinggi 2 Kab. Bulungan 4.067 1.450 1 Sangat Tinggi 3 Kab. Kutai Kartanegara 4.464 0.993 4 Tinggi 4 Kab. Kutai Barat 3.796 1.335 1 Sangat Tinggi 5 Kab. Kutai Timur 4.426 1.134 1 Sangat Tinggi 6 Kab. Malinau 8.971 1.550 1 Sangat Tinggi 7 Kab. Nunukan 3.248 1.800 1 Sangat Tinggi 8 Kab. Pasir 2.175 1.416 1 Sangat Tinggi 9 Kota Balikpapan 1.195 0.300 4 Tinggi 10 Kota Bontang 3.185 0.303 4 Tinggi 11 Kota Samarinda 1.062 0.421 4 Tinggi 12 Kota Tarakan 1.829 0.721 4 Tinggi 13 Kab. Penajam Paser Utara 2.935 0.698 4 Tinggi 14 Kab. Tana Tidung 30.928 1.450 1 Sangat Tinggi Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61PMK.072010 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan tahun anggaran 2011 Penentuan tingkat besaran penyediaan dana daerah untuk urusan bersama DUUB adalah dengan pertimbangan sebagai berikut: a. DDUB yang harus disediakan oleh daerah disesuaikan dengan katagori kelompok. b. DDUB yang harus disediakan oleh daerah dengan rincian sebagai berikut: − Daerah yang termasuk dalam kelompok 1 menyediakan DDUB sangat tinggi; − Daerah yang termasuk dalam kelompok 2 menyediakan DDUB sedang; − Daerah yang termasuk dalam kelompok 3 menyediakan DDUB rendah; − Daerah yang termasuk dalam kelompok 4 menyediakan DDUB tinggi. c. Penentuan batas persentase terendah dan tertinggi DDUB yang harus disediakan oleh daerah dengan mempertimbangkan hasil keputusan rapat koordinasi instansi yang terkait dengan program penanggulangan kemiskinan nasional. d. Menteri Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyiapkan bahan perhitungan rincian penyediaan DDUB untuk masing- masing daerah berdasarkan batas persentase terendah dan tertinggi. e. Hasil perhitungan rincian penyediaan DDUB disampaikan oleh direktur jenderal perimbangan keuangan atas nama menteri keuangan kepada tim nasional paling lambat bulan Maret sebelum penyusunan rencana kerja Kementerian NegaraLembaga. f. Hasil perhitungan rincian penyediaan DDUB digunakan oleh pusat tingkat nasional sebagai bahan penetapan besaran DDUB pada masing-masing daerah. Berdasarkan data indeks fiskal tersebut, dapat dilihat bahwa Kabupaten Nunukan masuk pada kategori kelompok sangat tinggi. Oleh karena itu, diharapkan kondisi ini dapat terus dipertahankan. Kriteria mensyaratkan indeks fiskal harus dievaluasi secara periodik untuk menentukan besaran bantuan pembiayaan dari pemerintah pusat. Mengingat kedudukan Kabupaten Nunukan sebagai kawasan strategis nasional KSN di wilayah perbatasan dapat menjadi pertimbangan tersendiri untuk tetap mendapat prioritas bantuan pembiayaan pengembangan. Prioritas ini dapat berupa peningkatan dana alokasi khusus DAK, khususnya sektor permukiman dan infrastruktur wilayah perbatasan. Menarik masuknya investasi baru sektor unggulan daerah untuk mendorong percepatan pembangunan wilayah perbatasan. Dalam rangka mewujudkan keterpaduan dalam pembangunan di wilayah Perbatasan khususnya dalam sektor permukiman, perlu dipahami profil pelaksanaan pembangunan di daerah yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan pengembangan. Hal ini bertujuan agar arah kecenderungan pengembangan dapat diketahui. Arah kecenderungan pengembangan meliputi aspek keselarasan antara kawasan budi daya dengan kawasan lindung, keterkaitan antara pusat-pusat pertumbuhan baru dengan pusat-pusat kegiatan kota, penguatan pola interaksi orientasi ekonomi yang berbasis potensi sumber daya alam wilayah menjadikan kemauan politik political will pemerintah pusat dan daerah Rosentraub 1996.

4.2 Analisis Kondisi Permukiman Perbatasan

Kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara dengan kondisi umum yang tidak tertata, terpencar, nomaden, kumuh, dan tidak terkelola dengan baik, mempunyai dampak langsung terhadap keberlanjutan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Secara ekologi, perlu memerhatikan daya dukung dan kesesuaian lahan untuk pengembangan permukiman. Aspek lain yang juga harus diperhatikan khususnya dalam pengembangan ekonomi adalah sektor unggulan wilayah yang potensial dikembangkan sehingga akan menjamin peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat agar keberlanjutan kawasan permukiman di wilayah perbatasan dapat terlaksana. Adapun potensi SDA wilayah berdasarkan RTRW Kabupaten Nunukan terdiri dari subsektor perkebunan, sektor pertambangan, subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perikanan, subsektor kehutanan, subsektor pariwisata, dan sektor industri 4.2.1 Kondisi dan Permasalahan Permukiman Perbatasan Permukiman dalam istilah ini merupakan padanan kata human settlements. Permukiman diartikan sebagai tempat manusia hidup dan berkehidupan. Suatu permukiman terdiri atas the content isi, yaitu manusia dan the container wadah, yaitu tempat fisik manusia tinggal yang meliputi elemen alam dan buatan manusia. Pengetahuan mengenai permukiman disebut ekistics istilah Yunani. Ilmu ekistics dikembangkan oleh CA Doxiadis pada tahun 1967 Winarso 2001. Permukiman merupakan suatu kesatuan wilayah tempat suatu perumahan berada. Oleh karena itu, lokasi dan lingkungan perumahan tersebut tidak akan pernah dapat lepas dari permasalahan dan lingkup keberadaan suatu permukiman yang seharusnya memberikan kenyamanan kepada penghuninya termasuk orang yang datang ke tempat tersebut. Elemen-elemen permukiman terdiri atas alam, manusia, masyarakat, perumahan, dan jaringan infrastruktur Sastra dan Marlina 2006. Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan live dan penghidupan livelihoods. Adapun perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa permukiman memiliki pengertian yang lebih luas dibandingkan dengan perumahan. Kawasan permukiman adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk permukiman Permenpera 2006. Terkait dengan fenomena kawasan permukiman perbatasan negara, yang dimaksud kawasan permukiman perbatasan padanannya adalah kawasan perumahan dan permukiman khusus untuk menunjang kegiatan berbagai fungsi di wilayah perbatasan negara. Permenpera 2006. Kawasan permukiman perbatasan di Kabupaten Nunukan, kondisinya existing condition sangat dipengaruhi oleh persebaran penduduk di masing-masing kecamatan yang berada di wilayah perbatasan kabupaten. Persebaran penduduk di wilayah perbatasan pada umumnya tidak merata sehingga kawasan permukimannya terlihat mengelompok dan terpencar. Kondisi lingkungan permukiman terdiri dari perumahan yang kumuh slum area, tidak tertata, dan minim prasarana, sarana, fasos, dan fasum lingkungan. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan yang tidak baik dan kurangnya kegiatan terkait programproyek pengembangan kawasan permukiman di wilayah perbatasan negara. Persebaran penduduk yang mengelompok dan terpencar terlihat dari distribusi pusat-pusat permukiman yang ada di masing-masing kecamatan. Kecamatan kelompok wilayah kepulauan seperti Kecamatan Sebatik terdapat kawasan permukiman yang terdiri 5.163 KK yang lokasinya di ujung timur pulau. Kecamatan Sebatik Barat terdiri 3.235 KK yang lokasinya di ujung barat pulau. Kecamatan Nunukan sebanyak 14.653 KK. Kelompok wilayah daratan adalah Kecamatan Krayan Selatan 545 KK lokasinya di ujung barat wilayah administrasi kabupaten dan Kecamatan Lumbis 2.366 KK di bagian tengah wilayah daratan.