Analisis Kerugian Ekonomi Beberapa Obyek Wisata di Puncak Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro

88 Salah satu wisata di Puncak yang sangat dipengaruhi oleh hari hujan dan curah hujan adalah wisata kebun teh Gunung Mas. Peningkatan curah hujan dan jumlah hari hujan khususnya pada bulan kering Juni, Juli, dan Agustus mengakibatkan jumlah pengunjung wisata kebun teh Gunung Mas pada bulan Juni, Juli, dan Agustus mengalami penurunan dari tahun 2007 hingga tahun 2010. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 39 dimana jumlah pengunjung semakin berkurang selama empat tahun terakhir pada bulan kering. Kegiatan wisata kebun teh Gunung Mas sangat dipengaruhi oleh kondisi hari hujan maupun curah hujan. Perubahan iklim yang terjadi di Puncak mengakibatkan hari hujan yang semakin panjang di bulan kering sehingga tingkat permintaan wisata kebun teh Gunung Mas pada saat itu mengalami penurunan. Sumber: Data sekunder diolah 2011 Gambar 39. Tren Jumlah Pengunjung Wisata Kebun Teh Gunung Mas Pada Bulan Kering Juni, Juli, dan Agustus Tahun 2007-2010

6.3. Analisis Kerugian Ekonomi Beberapa Obyek Wisata di Puncak Akibat Adanya Perubahan Iklim Mikro

Kerugian ekonomi yang ditanggung oleh beberapa obyek wisata akibat adanya perubahan iklim mikro di Puncak tidaklah sama antara obyek wisata satu dengan obyek wisata lainnya. Hal ini dikarenakan besarnya pengaruh cuaca 89 terhadap masing-masing obyek wisata tersebut berbeda-beda pula. Kerugian yang diterima suatu obyek wisata akan berbeda nilainya untuk masing-masing parameter iklim kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan yang mempengaruhinya. Nilai kerugian ekonomi suatu obyek wisata diestimasi dengan cara mengurangi pendapatan minimum saat dipengaruhi oleh iklim dengan pendapatan pada keadaan normal. Pendapatan minimum diestimasi dengan mengalikan jumlah pengunjung minimum saat dipengaruhi iklim dengan harga tiket. Pendapatan normal diestimasi dengan mengalikan jumlah pengunjung pada keadaan normal dengan harga tiket. Diperoleh hasil estimasi kerugian ekonomi seperti pada Tabel 17 untuk beberapa obyek wisata, yaitu wisata paralayang, wisata flying fox Taman Wisata Matahari TWM, wisata arung jeram SOAR, dan wisata kebun teh Gunung Mas. Tabel 17. Hasil Estimasi Kerugian Obyek Wisata Akibat Dampak Perubahan Iklim No Obyek Wisata Waktu Dampak Iklim Kerugian Rp 1 Wisata paralayang Desember 2010-Januari 2011 Kecepatan Angin -6.600.000 Curah Hujan -4.800.000 Hari Hujan -4.500.000 2 Wisata outbound flying fox TWM Selama tahun 2009 Kecepatan Angin -3.705.000 Curah Hujan -2.475.000 Hari Hujan -2.595.000 3 Wisata outbound arung jeram SOAR Selama tahun 2009 Kecepatan Angin -32.100.000 Curah Hujan -24.275.000 Hari Hujan -27.725.000 4 Wisata kebun teh Gunung Mas Selama tahun 2008 Kecepatan Angin -10.170.000 Curah Hujan -8.580.000 Hari Hujan -12.078.000 5 Wisata kebun teh Gunung Mas Selama tahun 2009 Kecepatan Angin -1.962.000 Curah Hujan -1.452.000 Hari Hujan -2.220.000 Sumber: Data sekunder diolah 2011 Tabel 17 menunjukkan besarnya nilai kerugian yang diterima masing- masing obyek wisata berbeda satu sama lainnya. Besarnya pengaruh cuaca seperti 90 kecepatan angin, curah hujan, dan hari hujan masing-masing tidaklah sama pada tiap obyek wisata sehingga menghasilkan nilai kerugian yang berbeda pula. Tanda negatif pada tabel di atas menunjukkan penurunan pendapatan atau nilai kerugian yang diterima obyek wisata. Pada tabel dapat dilihat bahwa wisata paralayang mengalami kerugian terbesar yaitu sebesar Rp 6.600.000 jika kondisi angin tidak mendukung kegiatan wisata tersebut. Sementara itu, kerugian yang diterima jika curah hujan besar adalah Rp 4.800.000 dan jika turun hujan di tempat wisata paralayang, maka menimbulkan kerugian sebesar Rp 4.500.000. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin memiliki pengaruh yang lebih besar dalam pelaksanaan kegiatan wisata paralayang dibandingkan dengan curah hujan dan hari hujan. Menurut pihak pengelola wisata paralayang, angin merupakan faktor penting dalam terlaksananya kegiatan wisata paralayang. Jika angin terlalu besar, maka wisata paralayang tidak dapat dilakukan karena membahayakan keselamatan pengunjung dimana parasut yang digunakan menjadi sulit untuk dikendalikan. Begitu juga dengan wisata outbound flying fox Taman Wisata Matahari TWM dan wisata outbound arung jeram SOAR yang mengalami kerugian terbesar saat kondisi angin sedang buruk yaitu sebesar Rp 3.705.000 untuk wisata flying fox TWM dan sebesar Rp 32.100.000 kerugian yang diterima wisata arung jeram SOAR. Selain pengaruh angin, wisata flying fox dan wisata arung jeram juga mengalami kerugian yang cukup besar saat turun hujan di tempat wisata tersebut. Kerugian yang diterima wisata flying fox sebesar Rp 2.595.000 bila turun hujan dan sebesar Rp 27.725.000 kerugian yang diterima wisata arung jeram. Sedangkan kerugian yang ditimbulkan akibat curah hujan yang terlalu 91 besar adalah Rp 2.475.000 untuk wisata flying fox dan Rp 24.275.000 untuk wisata arung jeram. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan angin memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan hari hujan dan curah hujan dalam kegiatan wisata outbound flying fox dan wisata outbound arung jeram. Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung wisata flying fox menjadi sepi saat angin terlalu kencang dimana faktor kecelakaan akan lebih besar karena dikhawatirkan saat meluncur kecepatannya menjadi lebih tinggi. Sementara itu, pengunjung wisata outbound arung jeram pun akan menjadi sepi bila keadaan angin tidak mendukung kegiatan arung jeram. Hal ini dikarenakan bila angin berhembus kencang dapat membahayakan keselamatan pengunjung saat mengarungi sungai. Kecepatan angin yang besar menyebabkan air sungai menjadi terombang-ambing dan arusnya pun menjadi lebih kencang sehingga membahayakan keselamatan pengunjung karena perahu yang digunakan dapat terguncang dan khawatir terseret arus deras. Lain halnya dengan obyek wisata kebun teh Gunung Mas, dimana parameter cuaca yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kerugian yang diterima wisata tersebut adalah hari hujan. Wisata kebun teh Gunung Mas mengalami kerugian terbesar jika di tempat wisata tersebut turun hujan. Pada tahun 2008 besarnya kerugian yang diterima wisata kebun teh Gunung Mas saat turun hujan adalah Rp 12.078.000 dan sebesar Rp 2.220.000 pada tahun 2009. Berdasarkan hasil observasi lapang, pengunjung wisata kebun teh Gunung Mas menjadi sepi bila turun hujan. Sedangkan saat kondisi angin tidak mendukung, kerugian yang diterima sebesar Rp 10.170.000 pada tahun 2008 dan sebesar Rp 1.962.000 pada tahun 2009. Curah hujan yang terlalu besar juga mengakibatkan 92 kerugian bagi Agrowisata Gunung Mas sebesar Rp 8.580.000 pada tahun 2008 dan sebesar Rp 1.452.000 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa hari hujan lebih berpengaruh dalam kegiatan wisata kebun teh dibandingkan curah hujan dan kecepatan angin. Apabila hujan, aktifitas pengunjung akan terganggu dimana pengunjung tidak dapat melakukan kegiatan berjalan kaki mengelilingi kebun teh dan jarak pandang untuk melihat pemandangan menjadi terbatas. Selain itu juga menyebabkan jalanan menjadi licin. Sementara itu, tingkat kunjungan wisatawan untuk penginapan seperti hotel dan villa-villa di kawasan Puncak Bogor lebih dipengaruhi oleh faktor non iklim. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan beberapa pihak pengelola hotel di Puncak dapat disimpulkan bahwa meskipun terjadi penurunan tingkat hunian hotel selama beberapa akhir tahun ini seperti yang terlihat pada Gambar 40, namun hal itu lebih disebabkan oleh adanya persaingan hotel-hotel maupun villa di Puncak yang semakin bertambah jumlahnya. Sumber: Data sekunder diolah 2011 Gambar 40. Jumlah Pengunjung atau Tamu Menginap di Hotel Puncak Selama Sepuluh Tahun Terakhir 93

6.4. Implikasi Kebijakan Adaptasi Pengelola Wisata Puncak terhadap