Uji Multikolinear Uji Heteroskedastisistas

33

4.5.2.1 Uji Multikolinear

Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi multicollinearity , yaitu terjadinya kolerasi yang kuat antar variabel-variabel bebasnya. Multicollinearity dalam sebuah model dapat dideteksi dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi R 2 dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas r 2 . Hal ini dapat dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya Ramanathan, 1997. Multicollinearity dapat dianggap bukan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Namun, multicollinearity dianggap sebagai masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : r 2 xj, xj R 2 , , ... , 1 x 2 x k x Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output regresi berganda, dengan melihat nilai VIF, dimana jika nilai VIF 10 maka terdapat masalah multicollinearity .

4.5.2.2 Uji Heteroskedastisistas

Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah timbulnya masalah heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat plot grafik hubungan 34 antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Menurut Gujarati 2003, gejala heteroskedastisitas dapat dideteksi menggunakan uji Park dengan ketentuan sebagai berikut: Regresi LnResidual 2 = fX i , Ln U 2i = b + b 1 X 1 + …+ b 8 X 8 Apabila hasil output memberikan koefisien parameter untuk variabel bebas X tidak ada yang berpengaruh nyata, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran umum terdiri dari beberapa hal penting terkait lokasi penelitian. Adapun gambaran umum yang dibahas antara lain kondisi geografis, kondisi topografis, demografi, kondisi iklim, daya tarik wisata, aksesibilitas, dan pengelolaan.

5.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Bogor adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor secara geografis terletak antara 6 19 ’ - 6 47 ’ Lintang Selatan dan 106 1 ’ - 107 103 ’ Bujur Timur. Berdasarkan Badan Pusat Statistik BPS tahun 2008, Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah administratif terluas ke-6 di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah sebesar 2.237,09 km 2 yang terbagi menjadi 40 kecamatan dan 428 desa atau kelurahan. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki batas administrasi sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta, Kabupaten Tangerang, dan Kabupaten Bekasi. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Karawang. 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak Banten, dan 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Puncak adalah kawasan wisata yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kawasan ini merupakan bagian sebelah Selatan dari Kabupaten Bogor. Kawasan Puncak bermula dari pertigaan Ciawi di Kabupaten Bogor hingga