45
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro PLTMH Ciesek
Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi bagi pemerintah
setempat dalam menerapkan PLTMH baik di wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat mengenai aspek lingkungan dilihat dari
kebisingan dan kualitas air. Hal ini berkaitan dengan segi konservasi, karena pengadaan PLTMH secara tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan
sekitarnya dalam hal ini adalah lingkungan fisik. Setiap pembangunan berarti melakukan eksplorasi ataupun modifikasi terhadap lingkungan, sehingga akhirnya
akan mempengaruhi daya dukung lingkungan. Persepsi mengenai aspek ekonomi dilihat dari penambahan penghasilan dan peningkatan sarana prasarana industri
kecil. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH dilihat dari keberadaan kelompok dan kinerja kelompok.
Sebelum memaparkan persepsi masyarakat terhadap adanya pembangunan PLTMH, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai kondisi umum masyarakat
Kampung Paseban terkait dengan sebelum dan setelah adanya listrik dari PLTMH. Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban telah memberikan
perubahan bagi masyarakat yang tinggal disana. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebanyak 42 responden 74 menyatakan bahwa sebelum adanya
PLTMH, mereka sudah mendapatkan listrik yang dihasilkan dari kincir tradisional sebanyak 41 responden dan lainnya menggunankan genset sebanyak 1 responden.
Sisanya sebanyak 15 responden 26 menyatakan bahwa mereka belum mendapatkan listrik. Responden yang belum memiliki sumber listrik hanya
46 mengandalkan lampu tempel yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan
di rumah mereka. Persentase kondisi responden terhadap kepemilikan sumber listrik sebelum adanya PLTMH terdapat pada Gambar 2.
Sumber : Data primer, diolah 2012
Gambar 2. Kondisi Responden Mengenai Kepemilikan Sumber Listrik Sebelum Adanya PLTMH
Setelah menggunakan listrik dari PLTMH, mereka sudah tidak menggunakan lampu tempel lagi. Akan tetapi, sebagian masyarakat masih tetap
memasang kincir tradisional untuk dipakai ketika listrik dari PLTMH padam. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh responden 100 menyatakan bahwa
keberadaan PLTMH memberikan manfaat bagi mereka. Manfaat yang dirasakan tiap responden bervariasi. Selain penerangan, responden merasakan bahwa
pengadaan PLTMH ini bermanfaat bagi mereka dalam mengakses informasi baru. Selain itu, pengadaan PLTMH juga bermanfaat dalam mempermudah pekerjaan
mereka. Responden yang hanya merasakan manfaat penerangan dari listrik yang dihasilkan dari PLTMH sebanyak 26. Sebanyak 67 responden menyatakan
bahwa listrik yang dihasilkan oleh PLTMH bermanfaat untuk penerangan dan dapat menambah akses informasi baru. Sebanyak 5 responden menyatakan
bahwa adanya pengadaan PLTMH ini menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk
Ada Listrik 74
Tidak Ada Listrik
26
47 mereka. Sisanya sebanyak 2 merasakan bahwa adanya listrik dari PLTMH
mempermudah pekerjaan mereka. Adapun persepsi masyarakat mengenai manfaat yang dirasakan, dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Manfaat yang Dirasakan Responden Setelah Adanya PLTMH
No. Manfaat
Jumlah Responden orang
Persentase
1. Penerangan
15 26
2. Penerangan dan Akses
Informasi Baru 38
67 3.
Menciptakan Lapangan Pekerjaan
3 5
4. Mempermudah Pekerjaan
1 2
Total 57
100
Sumber: Data primer, diolah 2012
Selain adanya manfaat yang dirasakan responden, ada pula keluhan yang dirasakan responden. Seluruh responden 100 menyatakan bahwa listrik yang
berasal dari PLTMH masih mengalami gangguan, seperti voltase tidak stabil dan listrik yang tiba-tiba padam di malam hari.
Sebanyak 100 responden menyatakan bahwa iuran yang dibebankan pada mereka masih terjangkau. Jika dibandingkan dengan sumber listrik
sebelumnya yaitu minyak tanah, solar, maupun kincir tradisonal, maka pengeluaran responden untuk mendapat listrik dari PLTMH lebih murah.
Pembuatan kincir tradisonal membutuhkan biaya sebesar Rp 2.000.000 untuk pemasangan pertama kali, dan biaya pemeliharaan sebulan sekali sebesar Rp
10.000, biaya perbaikan 2 bulan atau 3 bulan sekali sebesar Rp 30.000 untuk pembelian karet dan laher yang rusak. Volume minyak tanah yang digunakan
untuk lampu tempel bervariasi setiap rumah tangga tergantung jumlah lampu yang digunakan. Rata-rata penggunaan minyak tanah setiap bulannya yaitu sebanyak 3
liter dengan harga minyak tanah di Kampung Paseban sebesar Rp 10.000 per liter. Satu orang responden memakai genset untuk menghasilkan listrik di rumahnya
48 sebelum adanya listrik dari PLTMH. Biaya yang dikeluarkan setiap bulan yaitu
sebesar Rp 100.000. Kepuasan konsumen menjadi salah satu faktor penentu keberlangsungan
PLTMH. Sebanyak 61 responden menyatakan bahwa kapasitas listrik yang ada saat ini sudah sesuai dengan kebutuhan mereka, sedangkan sebanyak 39
responden merasa bahwa listrik yang ada saat ini belum sesuai dengan kebutuhan mereka. Responden yang merasa bahwa kapasitas listrik yang ada sekarang ini
masih kurang karena mereka menginginkan jumlah listrik yang lebih besar. Mereka ingin menggunakan alat elektronik lain seperti setrika dan rice cooker.
Persepsi masyarakat mengenai kapasitas listrik dari PLTMH dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Kapasitas Listrik PLTMH
Indikator Kepuasan Jumlah Responden
orang Persentase
Sesuai 35
61 Tidak Sesuai
22 39
Sumber: Data primer, diolah 2012
Pembangunan PLTMH di Kampung Paseban, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kondisi lingkungan fisik yang ada di
Kampung Paseban. Berdasarkan hasil yang didapat, sebanyak 75 responden menyatakan sangat setuju jika PLTMH tidak menimbulkan kebisingan bagi
masyarakat. Sebanyak 25 responden menyatakan setuju jika PLTMH tidak menimbulkan kebisingan bagi masyarakat. Selain dari kebisingan, aspek
lingkungan dapat pula dilihat dari segi kualitas air. Sebanyak 75 responden sangat setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air. Responden
sebanyak 18 menyatakan setuju jika PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, dan sisanya sebanyak 7 kurang setuju jika PLTMH tidak
49 menyebabkan kualitas air. Persepsi masyarakat terhadap kondisi lingkungan
Kampung Paseban dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Lingkungan Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH
No. Sub Indikator
Persepsi Total
1 2
3 4
5
1. PLTMH tidak
mengakibatkan kebisingan 26
74 100
2. PLTMH tidak
menyebabkan penurunan kualitas air
7 18
75 100
Sumber: Data primer, diolah 2012
Keterangan: 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = kurang setuju
4 = setuju; 5 = sangat setuju
Setelah melakukan perhitungan dengan skala likert, maka dapat diketahui bahwa masyarakat sangat setuju jika PLTMH tidak mengakibatkan kebisingan.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi sebesar 4,75. Selain itu, masyarakat sangat setuju bahwa PLTMH tidak menyebabkan penurunan kualitas air, yang
ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh sebesar 4,68. Masyarakat menilai bahwa PLTMH merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan,
karena dampak yang ditimbulkannya dapat diminimalisir bahkan tidak ada sama sekali.
Aspek lain yang dapat dilihat dari adanya pembangunan PLTMH yaitu aspek ekonomi. Aspek ekonomi meliputi penambahan penghasilan dan
peningkatan sarana prasarana industri kecil. Responden yang merasakan penambahan penghasilan sangat baik setelah adanya PLTMH hanya sebanyak 5.
Sebanyak 53 responden menyatakan penambahan penghasilan yang tidak baik, Mereka menginginkan dengan adanya PLTMH dapat menambah penghasilan
mereka. Sebanyak 56 responden menyatakan bahwa peningkatan sarana
50 prasarana industri kecil setelah adanya PLTMH sudah baik sementara sebanyak
30 responden menyatakan bahwa peningkatan sarana prasarana industri kecil sangat baik.
Tabel 15. Persepsi Masyarakat Terhadap Kondisi Ekonomi Kampung Paseban Setelah Adanya PLTMH
No. Sub Indikator
Persepsi Total
1 2
3 4
5
1. Penambahan penghasilan
53 33
9 5
100 2.
Peningkatan sarana prasarana industri kecil
14 56
30 100
Sumber: Data primer, diolah 2012
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik
4 = baik; 5 = sangat baik
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Kampung Paseban. Dari hasil
perhitungan, didapat nilai persepsi responden sebesar 2,67 yang berarti bahwa masyarakat menilai bahwa penambahan penghasilan yang kurang baik.
Masyarakat menilai bahwa adanya PLTMH tidak begitu berdampak pada penghasilan yang didapat. Peningkatan sarana prasarana industri kecil dinilai baik
oleh masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi responden yang diberikan yaitu sebesar 4,16.
Aspek ketiga yang dapat dilihat yaitu mengenai pengelolaan PLTMH. PLTMH dikelola oleh kelompok pengguna mikrohidro. Sebanyak 54 responden
menyatakan bahwa keberadaan kelompok sangat baik Sebanyak 60 responden menyatakan kinerja kelompok sudah sangat baik. Persepsi masyarakat terhadap
kondisi sosial kelembagaan, dapat dilihat pada Tabel 16.
51
Tabel 16. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan PLTMH Ciesek
No. Sub Indikator
Persepsi Total
1 2
3 4
5
1. Keberadaan kelompok
12 33
54 100
2. Kinerja kelompok
40 60
100
Sumber: Data primer, diolah 2012
Keterangan: 1 = sangat tidak baik; 2 = tidak baik; 3 = kurang baik
4 = baik; 5 = sangat baik
Perhitungan dengan skala Likert juga dilakukan untuk mengetahui nilai persepsi masyarakat terhadap pengelolaan PLTMH di Kampung Paseban.
Masyarakat menilai bahwa keberadaan kelompok dan kinerja kelompok sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai persepsi yang diperoleh kedua hal
tersebut berada pada selang 4,2 sampai 5,0. Nilai persepsi masyarakat mengenai keberadaan kelompok yaitu 4,42. Nilai persepsi masyarakat mengenai kinerja
kelompok yaitu 4,60.
6.2 Kinerja Produksi, Distribusi, dan Sistem Pembayaran Listrik