Keberlanjutan PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

18 untuk memelihara daerah tangkapan air demi menjamin pasokan air bagi kelangsungan operasi PLTMH.

2.4.1 Keberlanjutan PLTMH

Teknologi yang handal dan ketersediaan tenaga air yang terus-menerus merupakan syarat mutlak bagi keberlanjutan PLTMH. Selain itu, sejauh mana PLTMH dapat berkelanjutan juga bergantung pada kemauan dan kemampuan masyarakat pengguna dalam melakukan dan membiayai pengelolaan serta pemeliharaan. Kemauan masyarakat pengguna untuk terlibat dan membayar cenderung dipengaruhi oleh sejauh mana layanan PLTMH sesuai dengan harapan mereka. Pendekatan terbaik sehingga PLTMH dapat dibangun, dikelola dan memberikan layanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah pendekatan partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai dari perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian KESDM, 2010. Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan listrik dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui dua cara: pertama, penghematan pengeluaran untuk energi dibandingkan dengan jika tidak ada pasokan listrik; dan kedua, peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang memanfaatkan pasokan listrik. Dampak positif ini pada akhirnya akan meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membiayai pengelolaan dan pemeliharaan. Oleh karena itu, setidaknya terdapat empat aspek yang saling berkaitan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan PLTMH, yaitu: 19 1 Aspek Teknik PLTMH bukanlah teknologi yang tergolong rumit. Berdasarkan pengalaman, PLTMH relatif mudah dipahami dan dioperasikan oleh masyarakat perdesaan. Meskipun demikian PLTMH membutuhkan pemeliharaan khusus agar tetap dapat beroperasi secara layak dalam jangka panjang. Pada dasarnya ada dua hal yang menentukan kelayakan teknis dari operasional PLTMH, yaitu: 1 pemilihan teknologi, 2 standarisasi dan jaminan pemeliharaan. 2 Aspek Ekonomi Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PLTMH sebagai solusi permanen pasokan listrik bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan operasi PLTMH sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan layanan listrik setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PLTMH harus dapat dipenuhi oleh pendapatan PLTMH yang idealnya hanya bersumber dari iuran listrik yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Oleh karena itu, besarnya iuran atau tarif listrik seharusnya ditentukan berdasarkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan. 3 Aspek Sosial Pembangunan PLTMH dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan dengan kebijakan desentralisasi penyediaan energi listrik perdesaan. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting. Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari sumber sosial dan budayanya. 20 Social preparation dalam pengembangan program listrik perdesaan perlu dilaksanakan mengingat masyarakat memiliki ‘kekuatan’ yang bila digali dan dikembangkan akan dapat menjadi kekuatan yang besar untuk pengentasan kemiskinan. Masyarakat yang tentunya lebih memahami kebutuhannya sendiri perlu difasilitasi agar lebih mampu mengenali permasalahan-permasalahannya sendiri dan merumuskan rencana-rencananya serta melaksanakan pembangunan secara mandiri dan swadaya. Dalam kaitannya dengan pengembangan listrik perdesaan, pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam dalam hal ini adalah sumberdaya air oleh masyarakat lokal merupakan media pengembangan rasa percaya diri masyarakat, yang akan menjadi dasar utama kemampuan kemandirian masyarakat tersebut. Pengalaman program listrik perdesaan di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat lokal merupakan unsur penting dalam keberlanjutan program. Dalam proses pemberdayaan masyarakat dan pembangkitan kemandirian, partisipasi merupakan komponen yang sangat penting. Tumbuhnya partisipasi masyarakat akan menjadi jaminan berlangsungnya pembangunan energi perdesaan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu strategi pendampingan masyarakat yang dapat memaksimalkan tingkat partisipasi. Ada empat hal yang mempengaruhi persiapan sosial dari operasional PLTMH, yaitu: 1 Partisipasi Masyarakat, 2 Pola Pemanfaatan Listrik, 3 Pengembangan Kelembagaan dan 4 Dukungan Kelembagaan. 21 4 Aspek Sumberdaya Alam Keberlanjutan PLTMH ditentukan dukungan potensi sumberdaya alam yang ada, terutama ketersediaan air sungai sebagai sumber energi primer bagi PLTMH. Ketersediaan air sungai sangat tergantung pada konservasi catchment area wilayah tangkapan air dari hulu sungai tersebut. Lingkungan hidup yang terjaga dan terpelihara akan menjamin kelestarian sumberdaya air dan menjamin pasokan energi primer bagi PLTMH. Program pelistrikan perdesaan melalui pengembangan PLTMH seyogyanya diiringi dengan kegiatan konservasi hutan. Masyarakat yang menggunakan PLTMH diharapkan dapat memahami manfaat keberadaan hutan sebagai catchment area. Dengan demikian, masyarakat juga akan tergerak untuk menjaga kelestarian hutan, dengan tidak melakukan penebangan liar dan merusak keanekaragaman hayati yang terdapat di sekitar hutan. Lebih jauh, masyarakat juga akhirnya dapat mengambil peranan penting untuk menjaga agar hutan tetap terpelihara. Pengelolaan sumberdaya alam sebaiknya dilakukan oleh masyarakat sendiri berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang mereka miliki. Masyarakat perlu didorong untuk secara mandiri merumuskan aturan-aturan yang kemudian harus disepakati bersama sehingga semua anggota masyarakat terikat pada aturan- aturan itu. Kesepakatan-kesepatakan yang terbentuk di masyarakat demi kelestarian hutan juga menumbuhkan dan melestarikan kearifan budaya lokal yang sebenarnya telah dimiliki bangsa Indonesia. Dalam aturan-aturan yang disepakati tersebut juga perlu dicantumkan sanksi-sanksi yang diberlakukan bagi mereka yang melanggar sehingga aturan 22 tersebut bisa benar-benar berlaku sebagai norma atau nilai bagi masyarakat. Kesepakatan konservasi ini jika dilaksanakan secara konsisten dengan penerapan sanksi yang tegas akan menentukan keberlanjutan operasional PLTMH dari aspek sumberdaya alam.

2.4.2 Keberlanjutan PLTMH dari Aspek Ekonomi