5
Menurut Bailey 1994, kelengkapan habitat terdiri dari berbagai jenis termasuk makanan, perlindungan dan faktor-faktor lain yang diperlukan oleh
spesies hidupan liar untuk bertahan hidup dan melangsungkan reproduksinya secara berhasil. Hal ini menunjukkan bahwa habitat merupakan hasil interaksi
antara berbagai komponen fisik yang terdiri dari tanah, air, topografi dan iklim serta komponen biologisnya yang mencakup tumbuhan, satwa liar dan manusia
Bismark 1984.
Habitat klasik monyet ekor panjang adalah hutan mangrove, hutan primer dan
hutan sekunder
sampai ketinggian
2000 mdpl
Lekagul dan
McNeely1977.Habitat M. fascicularistersebar mulai dari hutan hujan tropika, hutan musim, hutan rawa mangrove sampai hutan pegunungan seperti di
Himalaya. Monyet ekor panjang lebih menyukai habitat-habitat sekunder, khususnya daerah riparian tepi sungai, danau atau sepanjang pantai dan hutan
sekunder dekat dengan areal perladangan Lindburg 1980. Di hutan rawa mangrove monyet ekor panjang kadang-kadang merupakan satu-satunya spesies
dari anggota primata yang menempati daerah tersebut, sedangkan di daerah pantai kadang-kadang monyet ekor panjang terdapat secara bersama-sama dengan
species lain seperti lutung Presbytis cristata.
M. fascicularisadalah spesies yang dapat cepat beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga selain dapat hidup di habitat aslinya juga dapat hidup di
habitat lain. Menurut Napier dan Napier 1967, monyet ekor panjang adalah salah satu contoh genus yang dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungannya
dan iklim yang berbeda, sedangkan menurut Lindburg1980 kondisi habitat berpengaruh terhadap kerapatan populasi monyet ekor panjang, sehingga
kepadatan populasi M. fascicularisdi hutan sekunder umumnya lebih tinggi daripada hutan primer. Ukuran kelompok juga bervariasi menurut kondisi
habitatnya. Di hutan primer satu kelompok monyet ekor panjang beranggotakan 10 ekor, di hutan mangrove 15 ekor dan di areal yang terganggu dapat lebih dari
40 ekor.
2.1.5 Pakan
Secara umum, primata dapat dibedakan berdasarkan jenis pakannyakedalam frugivorous, folivorous dan insectivorous Clutton-Brock dan Harvey1977.
Pemilihan buah-buahan
sebagai pakan
mungkin berkaitan
dengan tingkatkemasakannya, ukuran, keasaman, kandungan kimiawi, ukuran butiran
danpenyebarannya Ungar 1995, Peres 1996. Pakan monyet ekor panjang terdiri dari
buah-buahan, biji-bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluskaLekagul dan McNeely 1977.
Jenis tumbuhan yang tergolong sering dimakan oleh monyet ekor panjang diPulau Tinjil adalah peuris Antidesma montanum Blume, songgom
Melanorhoea wallichii Hook.f, butun [Barringtonia asiatica L Kurz], waru Hibiscus tiliaceus L, jambu klampok Eugenia cymosa Lamarck, ketapang
Terminalia catappa L, kiampelas Ficus ampelas Burm, kopeng Ficus variegata Blume dankiara Ficus glomerata Roxb. Dari jenis-jenis tersebut
tumbuhan yang palingdisukai adalah butun Santoso 1996.Sedangkan jenis makanan M. fascicularis di Bumi Perkemahan Cibubur secara keseluruhan terdiri
dari makanan alami lebih banyak dikonsumsi 74.22 daripada makanan
6
non alami yang berasal pemberian pengunjung 25.78 dari total makanan yang dikonsumsi Farida 2011.
Menurut Yeager
1996,urutanbagian tumbuhan
yang paling
banyakdimakan berturut-turut adalah buah, daun, bunga, serangga dan kulit. Hadi et al.2007 menyatakan bahwa jenis buah yang paling disukai oleh monyet
ekorpanjang di Taman Monyet Cikakak adalah sadang Corypha utan Lamarck danbulu Ficus virens Aiton. Menurut Hadinoto 1993, kebutuhan pakan
monyetekor panjang setiap ekor perhari sebanyak 4 dari bobot tubuhnya, sertamemerlukan air untuk minum sebanyak 1 liter per ekor setiap harinya.
2.1.6 PerlindunganCover
Cover merupakan salah satu komponen habitat yang mampu memberikan perlindungan dari cuaca, predator dan musuh lainnya Bolen dan Robinson 2003.
Coverdigunakan sebagai tempat untuk melarikan diri dari predator, berlindung daripanas, hujan, angin, ataupun kehilangan panas tubuh pada malam hari.Bagi
beberapa jenis satwa, cover yang baik juga sekaligus sebagai sarana pendukung bagi berlangsungnya proses berkembang biak Alikodra 2010.
2.1.7
Angka Kelahiran
Santosa 1996 menyebutkan bahwa tingkat kelahiran adalah suatu perbandingan antara jumlah total kelahiran dan jumlah total induk potensial
induk bereproduksi yang terlihat pada akhir periode kelahiran, sedangkan menurut Alikodra 2010 natalitas atau angka kelahiran adalah jumlah individu
baru per unit perwaktu per unit populasi. Monyet ekor panjang termasuk dalam a birth flow model yaitu golongan yang dapat menghasilkan individu-individu baru
dengan kecepatan yang tetap sepanjang tahun.
Angka kelahiran kasar merupakan perbandingan antara jumlah individu yang dilahirkan terhadap jumlah induk dewasa. Angka kelahiran spesifik
merupakan perbandingan antara jumlah individu yang dilahirkan pada kelas umur tertentu selama satu periode waktu dengan jumlah induk pada kelas umur tertentu.
Menurut Priyono 1998, laju natalitas spesifik monyet ekor panjang di alam tidak dapat dihitung secara tepat karena :
1 Umur setiap individu monyet ekor panjang di alam tidak dapat ditentukan
secara pasti, 2 Pengelompokan umur setiap individu didasarkan atas ciri-ciri kualitatif dan
3 Selang waktu antar kelas umur tidak sama. Adanya keterbatasan tersebut maka pendugaan laju natalitas didasarkan
pada hasil pengamatan terhadap kelompok monyet ekor panjang yang memiliki komposisi umur yang lengkap yaitu bayi, anak, muda dan dewasa. Pendekatan
yang dilakukan dalam pendugaan laju natalitas adalah dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1 Anggota populasi pada kelas umur bayi merupakan jumlah kelahiran kumulatif
selama 1,5 tahun, 2 Laju kematian pada setiap kelas umur adalah konstan,
3 Individu monyet ekor panjang yang dapat melahirkan termasuk ke dalam kelas umur muda dan dewasa.
7
2.1.8 Angka Kematian