1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Raffles.1821merupakan salah satu jenis satwa primata yang sering dimanfaatkan oleh manusia dan hingga saat
ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang kedokteran atau bio- medisEudey1991. Primata ini sangat bermanfaat sebagai hewan percobaan untuk
menguji berbagai jenis obat-obatan, pembuatan vaksin dan pembiakan sel Priyono1998.Kebutuhannya terus meningkat seiring perkembangan penelitian
teknologi pengobatan dan kebutuhan hewan percobaan, salah satunya untuk ujicoba pengobatan penyakit AIDS Kyeset al. 1997.
Alasan masih digunakannya monyet ekor panjang dalam uji coba ilmu kedokteran karena sifat-sifat dan struktur morfologinya yang mendekati
manusia. Riset bio-medis yang masihmembutuhkan kontribusi monyet ekor panjangsebagai hewan percobaan adalah tidak terlepas dari fakta yang telah
diyakini selama ini bahwa terdapat kedekatan secara genetik antara satwa primata dengan manusia. Hal ini dikuatkan dengan beberapa studi yang telah melaporkan
bahwa ada transfer penyakit antara monyet dan manusia atau sebaliknya, seperti malaria, rabies, dan herpes Urban ekologi monyet ekor panjang2012.
Akan tetapi pemanfaatan monyet ekor panjang umumnya masih dilakukan dengan cara pengambilan langsung di alam,hal ini yang menjadi
ancaman kelangsungan hidupnya Supritna dan Wahyono 2000.Menurut IUCN Red List, status monyet ekor panjang saat ini adalah near threatened,
sedangkan menurut UNEP WCMC 2008 dalam Kusmardiastuti 2010 menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan kuota monyet ekor panjang
Indonesia setiap tahun, dimana pada tahun 2007 kuota Indonesia adalah 4100 ekor, tahun 2008 meningkat menjadi 5100 ekor dan tahun 2009 terjadi
peningkatan sampai 15.100 ekor. Keberadaan monyet ekor panjang di Pulau Peucang, TNUK merupakan potensi stok bagi prospek pemanfaatan salah satu
jenis primata ini di masa yang akan datang, tetapi kondisi populasi dan habitatnya belum pernah diteliti sebelumnya. Meskipun M. fascicularis tidak termasuk dalam
jenis spesies prioritas dalam pengelolaannya Kemenhut RI 2008 dan tidak termasuk dalam 14 spesies prioritasyang ditargetkan peningkatan populasinya
Ditjen PHKA 2010, akan tetapi perhatian terhadap kondisi populasi dan habitatnya perlu diperhatikan sebagai salah satu daya tarik wisata di TN. Ujung
Kulon, khususnya P. Peucang.
Penelitian-penelitian tentang M. fascicularisyang telah dilakukan hingga saat ini sebagian besar dititikberatkan pada jumlah populasi Mukhtar 2001;
Supartono 2001; Fadilah 2003,atau yang bertema sosial dan dinamika kelompok M. fascicularisIskandar et al. 1997; Zulwan 2002,baik di alam bebas danlokasi
penangkaran, maupun di lokasi penangkaran semi-alami. Penelitian-penelitian tentang parameter demografi M. fascicularisbelum banyak dilakukan khususnya
di habitat yang mempunyai potensi pemanfaatan secara ekonomis.Penelitian semacam ini juga belum pernah dilaksanakan di kawasan Taman Nasional Ujung
Kulon, khususnya di Pulau Peucang.
2
Perkembangan pemanfaatan M. fascicularisdan permintaan kuota yang cenderung meningkat telah mendorong perlunya penelitian mengenai pendugaan
parameter demografi dan model pertumbuhan M. fascicularisdi Pulau Peucang.Parameter demografi tingkat kelahiran, kematian, seks rasio, dan ukuran
populasi merupakan komponen penting dalam perkembangan populasi satwa liar. Pengetahuan tentang parameter demografi merupakan data-data dasar dalam
perencanaan dan penentuan kuota pemanenan Santosa, 1993 atau dengan kata lain penentuan kuota pemanenan ditentukan oleh tersedianya data parameter
demografi Santosa, 1996. Output dari penelitianyang dilakukan ini pada akhirnya diharapkan dapat dijadikan dasar untuk penetapan kuota pemanenan M.
fascicularisbila perangkat peraturan perundang-undangan telah mendukung atau memungkinkan dilakukannya pemanenan suatu jenis spesies di dalam kawasan
konservasi.
1.2 Tujuan Penelitian