18
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Parameter Demografi Populasi M. fascicularis di Pulau Peucang
5.1.1 Ukuran Kelompok
Ukuran kelompok M. fascicularisdi Pulau Peucang bervariasi dengan jumlah individu dalam kelompok berkisar antara 9
– 42 ekor seperti disajikan dalam Tabel 3. Kelompok IV yang memiliki jumlah individu terbanyak 42 ekor
diduga kelompok ini berada pada lokasi dengan ketersediaan sumberdaya cukup besar sehingga dapat berkembang Surya2010. Berdasarkan
pengamatan, kelompok ini mempunyai sumber makanan yang relatif melimpah dibandingkan dengan kelompok lainnya, sehingga kelompok dan jumlah anggota
kelompoknya dapat berkembang dengan lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Iskandar 1996 yang menyatakan bahwa pembentukan kelompok M.
fascicularis dipengaruhi berbagai faktor diantaranya tersedianya sumber pakan.
Kondisi berbeda terjadi pada Kelompok I yang berjumlah paling sedikit 9 ekor, diduga kelompok tersebut memisahkan diri dari kelompok besar atau
berdasarkan pada beberapa penelitian dan tulisan yang menyatakan bahwa di dalam hutan primer kelompok M. fascicularis biasanya berjumlah ± 10 ekor
Lindburg 1980. Hasil selengkapnya data kelompok M. fascicularis berdasarkan jumlah anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah M. fascicularis berdasarkankelompok dan kelas umur
No. Lokasi
Jumlah M. fascicularis
Jml.An gg.
Kelpk. Kpdtn
By Ank
RJ RB
DJ DB
Indv.Ha
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
1 Kel. I
1 2
2 2
2 9
- 2
Kel. II 1
4 2
2 4
6 19
- 3
Kel. III 2
2 2
1 3
2 12
- 4
Kel. IV 4
11 6
7 6
8 42
- Total Jumlah
7 18
12 12
15 18
82 0,18
Keterangan : By:Bayi, RJ : Remaja Jantan, RB : Remaja Betina Ank : Anak DJ : Dewasa Jantan, DB : Dewasa Betina
Jumlah kelompok M. fascicularis di Pulau Peucang ini berbeda atau lebih kecil dari kelompok M. fascicularis di SM Paliyan Yogyakarta yaitu 48
– 68 per kelompok dan di Hutan Kaliurang Yogyakarta yaitu 20
– 45 ekor per kelompok Kusmardiatuti2010. Di Penang Botanical Garden ukuran kelompok primata ini
adalah berkisar antara 14 – 30 individu dengan rata-rata 18 individu per kelompok
Karimullah dan Anuar 2011. Bismark 1986 mengungkapkan bahwa pembentukan dan besarnya kelompok bervariasi menurut tipe habitat. Ini
dikarenakan habitat merupakan suatu daerah yang sangat penting bagi populasi satwa agar dapat berkembang secara optimal untuk mendapatkan makanan, air,
dan cover Djuwantoko 1986. Untuk dapat mengetahui bagaimana habitat dapat mempengaruhi populasi satwa, maka harus diketahui komponen dasar habitat
19
satwa seperti pakan, pelindung, air dan ruang. Pada ukuran kelompok M. fascicularis yang besar diduga komponen pakan, pelindung, air dan ruang dapat
terpenuhi.
Ukuran kelompok M. nemestrina dan M. fascicularis biasanya hidup dalam kelompok besar dengan 15-40 individu atau rata-rata 23 individu Caldecott 1983;
Robertson 1986 dalam Yanuaret al. 2009. Crockett and Wilson 1980 dalam Yanuar et al. 2009 yang meneliti ekologi dan kelimpahan M. fascicularis dan M.
nemestrina pada beberapa tipe habitat di Sumatera, menemukan bahwa kepadatan ukuran kelompok tertinggi M. fascicularis terjadi pada hutan mangrove dan
bakau. Habitat berikutnya yang disukai oleh M.fascicularis adalah hutan sekunder dipterokarpa dan hutan mangrove campuran serta kawasan riparian dari
hutan dataran rendah.
Pada hutan primer kelompok M. fascicularis adalah sekitar 10 ekor, di hutan mangrove sekitar 15 ekor, dan lebih dari 40 ekor di hutan yang telah
terjamah Lindburg1980. Yanuaret al. 2009 menemukan bahwa di Taman Nasional Kerinci Seblat jumlah individu dalam kelompok M. fascicularis rata-rata
adalah 9,6 ekor.
Surya 2010 meneliti bahwa ukuran kelompok M. fascicularis tertinggi ditemukan di kebun campur, sedangkan ukuran kelompok terendah ditemukan di
hutan primer. Di kebun campur pakan tersedia sepanjang tahun dan hampir semua bagian tumbuhan dapat menjadi sumber pakan. Menurut Bismark 1984, faktor-
faktor yang mempengaruhi ukuran kelompok adalah kelahiran, kematian, emigrasi, imigrasi, cara menghadapi kelompok lain dan cara menghadapi
pembentukan kelompok.
Ukuran kelompok terbesar yang pernah diteliti adalah di Pulau Tinjil yaitu 384 individu Santoso et al. 1989 dalam Santosa 1996 dan di lokasi lain adalah
100 individu yang diteliti oleh Lekagul dan Mc Neely 1977. Rata-rata ukuran kelompok M. fascicularis di Taman Nasional Kerinci Seblat adalah 9,6 individu
Yanuar et al. 2009, dimana ukuran kelompok sedikit lebih besar pada hutan dipterocarpa dibandingkan dengan hutan dataran rendah yakni 9,0 individu.
Ukuran kelompok dan penyebarannya mungkin juga dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan seperti penyebaran dan ketersediaan pakan, lokasi
tidur dan tekanan predator Santosa 1996. Kondisi predator di Pulau Peucang tidak pernah dilaporkan sebagai ancaman, sehingga ukuran kelompok di lokasi ini
sangat mungkin ditentukan oleh ketersediaan makanan dan lokasi tidur kelompok M. fascicularis.
Primata seperti M.fascicularis ini disamping dapat hidup di habitat aslinya juga dapat hidup di habitat lain, dimana menurut Napier 1970 M.fascicularis
adalah salah satu spesies yang dapat beradaptasi dengan keadaan lingkungan dan iklim yang berbeda. M. fascicularis banyak dijumpai di habitat-habitat yang
terganggu, khususnya di wilayah tepi sungai, tepi danau dan sepanjang pantai riparian dan bahkan di hutan sekunder areal perladangan. Tidak jarang pula
dapat ditemui di rawa mangrove sebagai satu-satunya spesies dari primata.
Populasi M. fascicularis di P. Peucang dapat dikategorikan kedalam populasi tertutup, mengingat kondisi geografis pulau ini cukup terpencil dan
dikelilingi perairan. Populasi tertutup tidak memungkinkan untuk terjadi pola emigrasi dan imigrasi kelompok satwa khususnya M. fascicularis, sehingga faktor
natalitas dan mortalitas lebih dominan dalam menentukan kondisi populasi.Dalam
20
habitat populasi tertutup ini akan relatif lebih mudah dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengawasannya habitatnya, termasuk faktor monitoring
gangguan maupun upaya-upaya modifikasi dalam pengelolaan habitat. 5.1.2 Ukuran dan Kepadatan Populasi
Ukuran populasi pada hasil penelitian ini merupakan akumulasi dari data yang diambil dari lokasi pengamatan beberapa kelompok M. fascicularis. Ukuran
populasi total M. fascicularis dalam penelitian di Pulau Peucang ini adalah 82 ekor. Dikelompokkan kedalam struktur kelompok umur yang terdiri dari struktur
umur bayi, anak, remaja jantan, remaja betina, dewasa jantan dan dewasa betina Tabel 3. Ukuran populasi M. fascicularis di Pulau Peucang tersebut berada pada
kisaran populasi sedang bila dibandingkan dengan ukuran total populasi di populasi Gunung Walat sejumlah total 108 ekor Andoko 2012 atau di kelompok
M. fascicularis di Cagar Alam Pangandaran 16
– 44 individu per kelompok Hendratmoko 2009. Ukuran populasi M. fascicularis di Penang Botanical
Gardens adalah 164 individu Karimullah dan Anuar 2011. Luas Pulau Peucang adalah ± 450 Ha. Kepadatan populasi M. fascicularis
pada penelitian di Pulau Peucang ini secara keseluruhan adalah 0,18 individuha, hal ini diduga berhubungan dengan tipe habitat Pulau Peucang yang merupakan
hutan primer, dimana tipe hutan ini biasanya memiliki ukuran kelompok relatif kecil Surya 2010. Kondisi tersebut berbeda dengan kepadatan M. fascicularis di
Gn. Walat yang sedikit lebih besar yaitu 0,3 individuHa Andoko 2010 dan di kawasan konservasi HTI PT. Musi Hutan Persada sebesar 0,8 individuHa
Priyono 1998.Kepadatan populasi relatif paling tinggi ditemukan terjadi pada Stasiun Penangkaran semi alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang yakni 1,09
individuHa Fadilah 2003.
M. fascicularis di Krau Game Reserve mempunyai kepadatan tertinggi pada kawasan hutan riparian, selanjutnya kepadatan berkurang pada hutan dataran
rendah dan ekosistem hutan yang terganggu Chivers dan Davies 1978 dalam Yanuar et al. 2009. Marsh dan Wilson 1981 dalam Yanuar et al. 2009 juga
menemukan bahwa kepadatan tertinggi kelompok M. fascicularis terjadi di Peninsular Malaysia yaitu pada hutan rawa air tawar.
Kepadatan yang tinggi pada kelompok M. fascicularis diduga karena tersedianya kebutuhan pakan bagi berkembangbiaknya satwa primata ini secara
optimal untuk mendapatkan makanan, air, dan cover Djuwantoko 1986. Besarnya ukuran kelompok dan kepadatan M. fascicularis diduga karena
terpenuhinya komponen pakan, pelindung, air dan ruang jelajah serta minimnya kehadiran predator yang akan menyebabkan terjadinya pengurangan ukuran
kelompok secara drastis.
Pakan merupakan komponen habitat yang sangat diperlukan sebagai sumber nutrisi dan energi. Ketersediaan pakan berhubungan erat dengan
perubahan musim, dimana disatu musim pakan berlimpah, dimusim yang lain sangat kekurangan Bailey 1984. Selain itu tiap jenis satwa mempunyai kesukaan
dalam memilih pakannya. Pakan yang disukai merupakan pakan yang tinggi kualitasnya karena berkaitan dengan proses reproduksi dan bertahan hidup Bailey
1984. Ketersedian pakan satwa karnivora ditentukan oleh kelimpahan dan ketersedian mangsa, sebaliknya hewan herbivora ketersediaan pakan tergantung
terhadap kelimpahan dan disribusi tumbuhan pakan Bailey 1984. Bagi herbivora
21
pakan bisa menjadi faktor pembatas dalam dua hal yaitu kurangnya jumlah pakan dan rendahnya kualitas pakan Bolen dan Robinson 2003.
Jumlah jenis tumbuhan pakan M. fascicularis di Pulau Peucang diperoleh berdasarkan hasil analisis vegetasi dan pengamatan di lapangan. Ditemukan 35
jenis tumbuhan sebagai sumber pakan, antara lain ketapang Terminalia catappa pandan Pandanus sp., bayur Langerstomia sp., jambu-jambuan Eugenia sp..
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan atau dimakan adalah bagian daun, bunga, dan buah, dll. M. fascicularis merupakan satwa frugivorus atau pemakan buah
karena besarnya persentase bagian buah yang dipilih sebagai sumber pakan Gambar 4. Jenis pakan lainnya adalah serangga, bunga rumput, tanah, jamur,
mollusca, crutaceae, akar, biji dan telur burung Lindburg 1980.
Gambar 4 Contoh sisa bekas makanan M. fascicularis
5.1.3 Struktur Umur