35 untuk melakukan aktifitasnya melalui mekanisme fishing right. Dalam konteks ini,
pemberian hak penangkapan ikan fishing right harus mempertimbangkan kepada siapa hak tersebut diberikan. Oleh karena itu, definisi nelayan perlu pula
direvitalisasi sehingga menghasilkan nelayan yang profesional bukan sekedar free raiders yang menjadi ciri utama pelaku sumberdaya perikanan dalam rejim open
access. Pengetahuan nelayan terhadap Sumberdaya tidak berorientasi hanya kepada pertimbangan ekonomi saja, namun yang lebih penting adalah pertimbangan
komunitas sehingga menjamin keberlanjutan sumberdaya perikanan dari sisi komunitas seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
Berdasarkan karakteristik human system dalam tipologi fishery system seperti yang disampaikan oleh Charles 2001, terdapat beberapa karakteristik umum dari
nelayan fishers yaitu bahwa : Pertama, nelayan berbeda menurut latar belakang sosial seperti tingkat umur, pendidikan, status sosial dan tingkat kohesitas dalam
komunitas mikro antar nelayan dalam satu grup atau dalam komunitas makro nelayan dengan anggota masyarakat pesisir lainnya. Kedua, dalam komunitas
nelayan komersial, nelayan dapat bervariasi menurut occupational commitment-nya seperti nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan, atau menurut
occupational pluralism-nya seperti nelayan dengan spesialisasi tertentu, nelayan dengan sumber pendapatan beragam, dan lain sebagainya. Ketiga, nelayan dapat
bervariasi menurut motivasi dan perilaku di mana dalam hal ini terdiri dari dua kelompok yaitu nelayan dengan karakteristik profit-maximizers yaitu nelayan yang
aktif menangkap ikan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan cenderung berperilaku seperti layaknya perusahaan, dan kelompok nelayan
satisficers atau nelayan yang aktif menangkap ikan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup.
2.6 Kesejahteraan.
Menurut Dahuri 2000, bahwa tidak adanya akses ke sumber moral, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar serta rendahnya partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah alasan-alasan terjadinya kemiskinan. Alasan lain terkait dengan sifat sumberdaya pesisir. Selanjutnya dikatakan bahwa
kemiskinan juga disebabkan karena faktor-faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah
36 penduduk yang tinggi, rendahnya tingkat pendidikan dan berkembangnya
kriminalitas. Alasan lain juga terkait dengan kurangnya prasarana umum di wilayah pesisir, lemahnya perencanaan yang berakhir pada tumpang tindih berbagai sektor di
suatu kawasan, dampak polusi dan kerusakan lingkungan. Kemiskinan juga terjadi karena prasarana pembangunan yang kurang di wilayah pesisir. Prasarana di wilayah
pesisir memang sangat dibutuhkan, mengingat masyarakat hanya mampu memanfaatkan dan tidak mampu membangun atau mengadakannya.
Batas garis kemiskinan yang dipergunakan oleh BPS dihitung berdasarkan nilai dari kebutuhan pokok minimum masyarakat. Angka tersebut secara reguler
direvisi sesuai dengan laju kenaikan indeks harga barang kebutuhan pokok. Akan tetapi penggunaan indeks harga untuk menetapkan garis kemiskinan harus dilakukan
pembobotan dengan adanya variasi indeks harga antara wilayah. Dengan demikian penggunaan nilai konsumsi riil setara dengan kebutuhan kalori untuk hidup normal
kiranya dapat diaplikasikan sebagai dasar menentukan garis kemiskinan seperti yang diperkenalkan oleh Sajogyo 1996.
Klasifikasi tingkat kesejahteraan kemiskinan menurut Sajogyo 1977, didasarkan pada nilai pengeluaran perkapita per tahun yang diukur dengan nilai
beras setempat, yaitu : 1. Miskin, apabila nilai perkapita per tahun lebih rendah dari setara 320 kg beras
untuk pedesaan dan 480 kg beras untuk daerah kota. 2. Miskin sekali, apabila pengeluaran pekapita per tahun lebih rendah dari setara
240 kg beras untuk pedesaan dan 360 kg beras untuk daerah kota. 3. Paling miskin, apabila pengeluaran per kapita per tahun lebih rendah dari setara
180 kg beras untuk pedesaan dan 270 kg untuk daerah kota. Aspek lain yang juga penting dalam menganalisis kesejahteraan rumah tangga,
menurut BPS 2006 berdasarkan pada data kependudukan, kesehatan, pendidikan, fertilitas, pengeluaran rumah tangga, kriminalitas serta perumahan dan lingkungan.
Karakteristik sosial ekonomi penduduk yang lebih spesifik dikumpulkan berdasarkan :
1. KonsumsiPengeluaranPendapatan 2. Kesehatan, pendidikan, Perumahan dan Pemukiman, dan
3. Sosial Budaya, Kesejahteraan Rumah Tangga, Kriminalitas.
37
III. METODE KAJIAN
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian