Letak Geografis Pemanfaatan ruang Kota Perkembangan Kota surakarta

305 lebih umum seperti kayu maniscengkeh. Namun, yang paling sering ditambahkan adalah gula. Sebaliknya, cokelat Mesoamerika tampaknya tidak dibuat manis. Cokelat Eropa awalnya diramu dengan cara yang sama dengan yang digunakan Suku Maya dan Aztec. Bahkan sampai sekarang, cara Mesoamerika kuno masih dipertahankan, tetapi di dalam mesin industri. Biji cokelat masih sedikit di fermentasikan, dikeringkan, dipanggang, dan digiling. Namun, serangkaian teknik lebih rumitpun dimainkan. Bubuk cokelat diemulsikan dengan karbonasi kaliumnatrium agar lebih mudah bercampur dengan air, lemaknya dikurangi dengan membuang banyak lemak kokoa, digiling sebagai cairan dalam gentong khususdicampur dengan susu sehingga menjadi cokelat susu. http:id.wikipedia.orgwikicokelat Gambar 37 Gentong dan wadah untuk menyimpan cokelat Sumber : http:www.calacademy.orgnaturalhistorychocolate.cfm

D. Tinjauan Umum Kota Surakarta

1. Letak Geografis

Letak geografis Kota Surakarta berada diantara 110 BT - 111 BT, dan 7 LS – 8 LS, termasuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah bagian selatan yang merupakan daerah penghubung antara Propinsi Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah administrasi Kota Surakarta ± 4404 Ha, Yang terdiri dari 5 kecamatan dan 51 kelurahan. Batas Wilayah Surakarta adalah sebagai berikut : a. Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali. 306 b. Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo. c. Selatan : Kabupaten Sukoharjo. d. Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Boyolali.

2. Pemanfaatan ruang Kota

Berdasarkan RUTRK, pemanfaatan ruang kota bagi area pengembangan fungsi kota mengacu pada pengembangan fungsi Kota Surakarta mendatang 2013, yaitu : a. Kawasan pusat pengembangan wisata. b. Kawasan pusat pengembangan kebudayaan. c. Kawasan pusat pengembangan olah raga. d. Kawasan pusat pengembangan relokasi industri. e. Kawasan pusat pengembangan pendidikan tinggi. f. Kawasan pusat pengembangan perdagangan, pertokoan, dan perbelanjaan. g. Kawasan pusat pengembangan perkantoranadministrasi. h. Kawasan pusat pengembangan lingkungan perumahan. Kedelapan fungsi kota yang akan dikembangkan sampai tahun 2013 tersebut merupakan aktivitas utama bagi kodya Dati II Surakarta. Berdasarkan faktor penentu pemanfaatan ruang kota seperti kecenderungan perkembangan, dampak lingkungan, kemungkinan hambatan pengembangan, maka potensi lokasi untuk penyediaan ruang dari 8 fungsi tersebut dapat dilihat pada tabel : Tabel 2 Pemanfaatan ruang kota 307 Sumber : RUTK Kodya Dati II Surakarta

3. Perkembangan Kota surakarta

Faktor utama yang ikut menunjang perkembangan kota surakarta adalah sebagai berikut: a. Adanya simpul transportasi dari Jawa bagian barat ke timur, dan sebaliknya, yang merupakan potensi sebagai daerah transit bagi transportasi darat. b. Dengan dibukanya Bandara Adi Sumarmo, sebagai bandara internasional, dapat dikatakan sebagai transit udara. c. Kota Surakarta sebagai pusat kesenian dan kebudayaan Jawa tengah yang mempunyai kultur sejarah dan kebudayaan yang masih bertahan sampai sekarang. Suharto, 1994 : 12 . Dari perkembangan Kota Surakarta, terdapat tiga hal penting yang perlu diperhatikan : 1. Citra Kota Surakarta Citra Kota surakarta sebagai kota budaya tampil dengan aset warisan budaya yang sangat potensial yaitu dengan adanya kawasan segitiga budaya yang meliputi : Kawasan Kraton Kasunanan – Kawasan Pura Mangkunegaran – Kawasan Pasar Gedhe. Surakarta sebagai kawasan kerajinan, yang merupakan pusat perkembangand dan berkembangnya kehidupan budaya Jawa, khususnya dengan gaya Solo 2. Potensi pendidikan Tingkat pendidikan yang semain meningkat, yang memungkinkan meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budayanya. 3. Potensi masyarakat a. Masyarakat sebagai pendukung kehidupan budaya di Kota Surakarta, berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda. 308 b. Masyarakat berkesenian, masyarakat dengan latar belakang kehidupan budaya dan adat istiadatnya, dan dengan lingkungan yang masih mendukung kehidupan budayanya. c. Masyatakat berpendidikan yang mempunyai latar belakang pendidikan yang semakin meningkat, dimana kelompok ini memungkinkan untuk menerima dan menikmati hasil budayanya, yang serius dan kritis d. Potensi industri, pariwisata, perdagangan, sekaligus ekspor-impor non migas yang semakin meningkat, yang mendukung keberadaan museum yang memungkinkan penyebaran hasil-hasil budaya sebagai salah satu wujud pelestarian hasil-hasil budaya.

BAB III STUDI LAPANGAN

A. Tinjauan Museum Radyapustaka 1. Lokasi