Sejarah Singkat Tinjauan Museum Sangiran 1. Lokasi

317

2. Sejarah Singkat

Sejarah Museum Sangiran berawal dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh G.H.R. Von Koenigswald tahun 1934 dan menemukan alat- alat serpih di Desa Ngebung yang terbuat dari bahan kalsedon dan jasper. Alat-alat batu tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “Sangiran Flakes Industry”. Di dalam kegiatan Von Koenigswald dibantu oleh Toto Marsono, Kepala Desa Krikilan pada saat itu. Setiap hari Toto Marsono atas perintah Von Koenogswald mengerahkan penduduk Sangiran untuk mencari balung buto tulang raksasa. Demikian penduduk Sangiran mengistilahkan temuan tulang-tulang berukuran besar yang telah membatu yang berserakan di sekitar ladang mereka. Kemudian fosil-fosil tersebut dikumpulkan di Pendopo Kelurahan Krikilan untuk bahan penelitian Von Koenigswald dan para ahli lainnya. Fosil-fosil yang dianggap penting dibawa oleh masing-masing peneliti ke laboratorium mereka, sedang sisanya dibiarkan menumpuk di Pendopo Kelurahan krikilan. Setelah Von Koenigswald tidak aktif lagi melaksanakan penelitian di Sangiran, kegiatan penelitian dilanjutkan oleh para ahli paleoantropologi dari Indonesia, yaitu T. Jacob dan Sartono. Kegiatan mengunpulkan fosil masih terus dilakukan sehingga jumlah fosil di pendopo kelurahan semakin bertumpuk. Dari pendopo Kelurahan Krikilan inilah yang melatar belakangi Museum Sangiran. Untuk menampung koleksi yang semakin bertambah, tahun 1974 Gubernur Jawa Tengah melalui Bupati Sragen membangun 318 museum kecil di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen di atas tanah seluas 1000 m 2 . Museum tersebut diberi nama “Museum Plestosen”, seluruh koleksi di pendopo kemudian dipindahkan ke museum tersebut. Saat ini bangunan tersebut telah dirombak dan dialih fungsikan menjadi Balai Desa Krikilan. Sementara di Kawasan Cagar Budaya Sangiran sisi selatan tahun 1977 dibangun juga sebuah museum di Desa Dayu, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Museum ini difungsikan sebagai basecamp sekaligus tempat nutuk menampung hasil penelitian lapangan di wilayah Cagar Budaya Sangiran sisi selatan. Saat ini museum tersebut sudah dibongkar dan bangunannya dijadikan Pendopo Desa Dayu. Tahun 1983, pemerintah pusat membangun museum baru di Desa Ngampon, Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Komplek museum ini didirikan diatas tanah seluas 16.675 m 2 , bangunannya terdiri dari ruang pamer, ruang pertemuanruang seminar, ruang kantoradministrasi, ruang perpustakaan, ruang penyimpanan, ruang laboratorium, ruang istirahatruang tinggal peneliti, garasi, dan kamar mandi. Koleksi yang terdapat di Museum Plestosen Krikilan dan koleksi di Museum Dayu dipindahkan ke museum yang baru ini. Museum ini selain berfungsi untuk memamerkan fosil temuan dari kawasan Sangiran, juga berfungsi untuk konservasi temuan yang ada dan sebagai pusat perlindungan dan pelestarian Kawasan sangiran. 319 Museum Sangiran diresmikan tanggal 1 Agustus 1988 oleh Prof. Dr. Fuad Hasan yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 1998, Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Tengah melengkapi komplek Museum Sangiran dengan bangunan audio visual di sisi timur museum. Tahun 2003, pemerintah pusat merencanakan membuat museum yang lebih representatif untuk menggantikan museum yang ada secara bertahap. Awal tahun 2004 telah selesai dibangun perkantoran tiga lantai, terdiri dari ruang basemen untuk gudang, lantai 1 untuk laboratorium, dan lantai 2 untuk perkantoran. Program selanjutnya adalah membuat ruang audio visual yang lebih baik dan lengkap, ruang transit untuk penerima pengunjung, ruang pamer bawah tanah, ruang pertemuan, perpustakaan, taman purbakala, dan lain-lain. Untuk ruang pamer bawah tanah telah selesai dan diresmikan tetapi belum difungsikan. Koleksi-koleksi yang dipamerkan antara lain : a. Fosil moluska invertebrata tidak bertulang belakang. Misalnya kerang dengan dua cangkang dan kerang bercangkang spiral. b. Fosil binatang air Misalnya tengkorak buaya, kura-kura, ikan, kepiting, dan ikan hiu. c. Fosil manusia purba Misalnya Pithecanthropus Mojokerensis, Pithecanthropus Erectus, Homo Sapiens, dan lain-lain. d. Fosil alat batu 320 Misalnya serpih dan bilah, beliung persegi, kapak perimbas, batu inti, bola batu, dan lain-lain. e. Fosil binatang Misalnya gajah, kerbau, banteng, dan lain-lain. Gambar 46 Koleksi museum Sumber : Dok. Pribadi, 2005 Gambar 47 Panil untuk memajang koleksi benda 2D Sumber : Dok. Pribadi, 2005 321

3. Potensi Wisata Sangiran