Kelimpahan Spons di Lokasi Sampling

26 Secara kualitatif, hasil identifikasi menunjukkan jumlah jenis spons yang diperoleh di stasiun 1 adalah 16 jenis dan di stasiun 4 adalah 13 jenis. Dari hasil pengamatan makroskopis, jenis spons yang dapat diidentifikasi awal di stasiun 1 berjumlah enam jenis antara lain Higginsia sp., Ircinia sp., Euplacella sp., Aaptos sp., Cymbastella sp., dan Hyrtios sp. Sedangkan jenis spons di stasiun 4 yang dapat diidentifikasi berjumlah lima jenis antara lain Kallypilidon sp., Ianthella sp., Cinachyra sp., Paratetilla sp., dan Axinella sp. Tabel 1 memperlihatkan hasil identifikasi awal jenis-jenis spons yang dikoleksi di stasiun 1 dan 4. Jumlah sampel spons yang berhasil diperoleh di kedua stasiun terbilang cukup banyak hal ini menunjukkan bahwa keanekaragaman spons di perairan ini cukup tinggi secara kualitatif. Penelitian yang dilakukan oleh Bell Smith 2004 di dua lokasi terumbu di Sampela dan Pulau Hoga perairan Wakatobi mengidentifikasi 100 spesies spons 58 spesies di Sampela dan 73 spesies di Hoga dengan 41 diantaranya spesies yang sama terbagi atas 38 famili di kedua lokasi tersebut pada kedalaman hingga 15 m dengan total area sampling 52,5 m 2 . Bell Smith 2004 mengidentifikasi famili spons yang diperoleh di Sampela dan Pulau Hoga dan famili spons terbanyak di kedua lokasi tersebut adalah Famili Microcionidae dengan jumlah 10 spesies. Sedangkan ada lima famili spons yang masing-masing hanya ditemukan satu spesies antara lain Ciocalyptidae, Clionaidae, Geodiidae, Palcospongidae, dan Tetillidae. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kode W-19-08 dan W-36-08. Sampel W-19-08 diambil dari perairan sebelah barat Pulau Wangi- wangi sedangkan sampel W-36-08 diambil dari perairan di sebelah selatan Pulau Hoga. Berdasarkan hasil pemotretan di bawah air, sampel W-19-08 merupakan spons bercabang warna biru, bagian cabangnya tampak melilit pada biota lain, substrat dasarnya menempel pada terumbu, teksturnya kenyal, dan ostia merata di setiap bagian cabang. Sedangkan hasil pemotretan di atas permukaan air, warna biru spons W-19-08 memudar yang mungkin terjadi akibat kontak dengan udara. Berdasarkan identifikasi awal Colin Arneson 1995; de Voogd 2004, spons W- 19-08 diduga adalah spons Callyspongia Euplacella sp. 27 Hasil pemotretan di bawah air sampel W-36-08, spons ini berbentuk masif, berwarna kuning-jingga, permukaan tubuh berpori, dan substrat dasar menempel pada terumbu. Sedangkan hasil pemotretan di atas permukaan air, spons W-36-08 memiliki tekstur tubuh yang keras dan agak sulit dipotong, dan warna tubuh bagian luar kuning-jingga dengan tubuh bagian dalam berwarna sama tetapi lebih muda. Gambar 4 memperlihatkan sampel W-19-08 di habitat dan di atas permukaan air sedangkan dan Gambar 5 memperlihatkan sampel W-36-08 di habitat dan di atas permukaan air. Tabel 1 Posisi geografis, jumlah, kode, dan prediksi taksonomi spons yang dikoleksi di stasiun 1 dan stasiun 4. 1 Barat Pulau Wangi-wangi 5 o 15.46.50LS 16 W-04-08 Tak Teridentifikasi 123 o 3101.60BT W-06-08 Tak Teridentifikasi W-07-08 Higginsia sp. W-08-08 Ircinia sp. W-09-08 Tak Teridentifikasi W-10-08 Euplacella sp. W-11-08 Tak Teridentifikasi W-12-08 Tak Teridentifikasi W-14-08 Tak Teridentifikasi W-15-08 Tak Teridentifikasi W-16-08 Aaptos sp. W-17-09 Cymbastella sp. W-18-08 Hyrtios sp. W-19-08 Euplacella sp. W-20-08 Tak Teridentifikasi W-21-08 Tak Teridentifikasi 2 Selatan Pulau Hoga 5 o 2848.4LS 13 W-34-08 Kallypilidon sp. 123 o 4534.7BT W-35-08 Tak Teridentifikasi W-36-08 Tak Teridentifikasi W-38-08 Ianthella sp. W-40-08 Tak Teridentifikasi W-42-08 Cinachyra sp. W-43-08 Tak Teridentifikasi W-44-08 Tak Teridentifikasi W-46-08 Tak Teridentifikasi W-71-08 Paratetilla sp. W-72-08 Tak Teridentifikasi W-73-08 Axinella sp. W-74-08 Tak Teridentifikasi No Stasiun Posisi Geografis Jumlah Sampel buah Kode Sampel Prediksi taksonomi Penelitian Rachmat 2007 menunjukkan bahwa perairan kawasan timur Indonesia memiliki keanekaragaman spons yang tinggi. Penelitian tersebut 28 berhasil mengumpulkan 441 jenis spons yang tersebar di 8 delapan wilayah perairan Indonesia Timur antara lain Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Biak dan Ternate. Jumlah jenis spons terbanyak diperoleh dari empat wilayah perairan Sulawesi yaitu 240 jenis. Gambar 4 Spons W-19-08 di dalam air A dan di atas permukaan air B. Gambar 5 Spons W-36-08 di dalam air A dan di atas permukaan air B. Penelitian Suharyanto 2007 yang dilakukan di dua lokasi di perairan Pulau Barranglompo, Sulawesi Selatan dengan kondisi terumbu karang berbeda berhasil mengidentifikasi delapan jenis spons antara lain Auletta sp., Callyspongia pseudoreticulatta, Clatria basilana, Clatria reinwardti, Jaspis stellifera, Plakortis nigra, Spirastella vagabunda, dan Xestosponga exiqua di daerah terumbu karang dengan kondisi masih baik dan tujuh jenis spons antara lain Auletta sp., Callyspongia sp., Clatria basilana, Jaspis stellifera, Plakortis nigra, Theonella A.W-19-08 di dalam air B. W-19-08 di atas permukaan air A.W-36-08 di dalam air B. W-36-08 di atas permukaan air 29 cylindrica, dan Xestosponga exiqua di daerah terumbu karang dengan kondisi terumbu karang kurang baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa perairan Sulawesi memiliki kelimpahan jenis spons yang tinggi. Sementara itu, jumlah jenis spons yang diperoleh di perairan TNK Wakatobi adalah 29 jenis, sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi dan kelimpahan spons di wilayah perairan Sulawesi dikategorikan tinggi jika jumlah jenis spons yang diperoleh di TNK Wakatobi, hasil penelitian Rachmat 2007, dan Suharyanto 2007 digabungkan. Kelimpahan jenis spons yang tinggi di perairan Sulawesi diduga dipengaruhi oleh kondisi perairan Sulawesi yang dilalui Arus Lintas Indonesia Arlindo. Arus ini menghubungkan Samudera Pasifik di timur laut Indonesia dengan Samudera Hindia di selatan Indonesia. Air laut yang mengalir dari Samudera Pasifik membawa air yang lebih hangat dan salinitas lebih rendah melalui kepulauan Indonesia dan menuju Samudera Hindia. Arus ini merupakan satu-satunya arus di daerah tropis yang terlibat dalam pencampuran massa air antar dua samudera Lee et al. 2002.

4.2 Ekstraksi dan Uji Bioaktivitas Ekstrak Kasar Spons

Ekstraksi merupakan tahap awal penapisan komponen bioaktif dari sampel spons W-19-08 dan W-36-08. Ekstraksi secara harfiah artinya adalah suatu proses penarikan komponen yang diinginkan dari suatu bahan dengan cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang menjadi sumber komponennya. Proses penarikan komponen bioaktif dari spons diawali dengan proses penghancuran bahan, penimbangan, perendaman dengan pelarut maserasi, penyaringan dan tahap pemisahan. Sampel spons W-19-08 dan W-36- 08 diambil dari dalam pendingin beku dan dibiarkan sesaat di udara terbuka agar esnya mencair. Sampel spons dimaserasi dalam alkohol teknis 96 di dalam erlenmeyer dalam suhu kamar dan dilakukan hingga warna pelarutnya bening. Proses ini diharapkan semua senyawa kimia yang terkandung di dalam jaringan spons terekstrak atau tertarik dan terlarut dalam cairan pelarut. Senyawa-senyawa kimia 30 yang terlarut merupakan senyawa kimia yang memiliki kesamaan polaritas dengan pelarut. Setelah tahap maserasi dan penyaringan filtration diperoleh ekstrak kasar dari sampel spons dengan berat setelah di evaporasi serta rendemen yang diperoleh adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2. Rendemen merupakan nilai persentase perbandingan antara berat ekstrak kering spons dengan berat basah sampel spons. Contoh perhitungan rendemen ekstrak kasar W-19-08 dan W-36-08 dapat dilihat pada Lampiran 4. Ekstrak W-19-08 yang diperoleh dari hasil evaporasi berupa ekstrak berwarna coklat muda sedangkan ekstrak W-36-08 berupa ekstrak kenyal berwarna kuning-jingga. Kedua ekstrak ini dikeringkan terlebih dahulu menggunakan freeze dryer hingga diperoleh ekstrak kering atau disebut sebagai ekstrak kasar. Tabel 2 Nilai berat sampel basah gram dan rendemen ekstrak kasar sampel spons W-19-08 dan W-36-08. W-19-08 1 1,14 W-19-08 2 0,54 W-36-08 1 5,60 W-36-08 2 3,66 50 1,68 3,36 140 9,26 6,61 Sampel Berat basah spons gram Berat ekstrak gram Berat ekstrak total gram Rendemen ekstrak Terlihat dari Tabel 2, berat ekstrak kasar spons W-19-08 adalah 1,68 gram dan ekstrak kasar spons W-36-08 adalah 9,26 gram. Berat ekstrak dari spons selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai rendemen hasil ekstraksi dan maserasi dalam alkohol teknis. Nilai rendemen ekstrak spons W-19-08 dan W-36- 08 masing-masing diperoleh 3,36 dan 6,61. Untuk selanjutnya pada ekstrak kasar dari spons dilakukan uji sitotoksik in vitro terhadap sel lestari kanker payudara T47D yang terlebih dahulu ditumbuhkan pada medianya. Uji ini dilakukan untuk menguji potensi senyawa yang terkandung dalam ekstrak kasar dari spons dalam menghambat pertumbuhan