Produk Alami Laut dari Spons

14 jumpai seperti karbohidrat, lipid, vitamin dan asam nukleat termasuk bahan alam, namun ahli kimia memberikan arti yang lebih sempit tentang istilah bahan alam yakni senyawa kimia yang berkaitan dengan metabolit sekunder saja seperti alkaloid, terpenoid, golongan fenol, feromon dan sebagainya. Produk alami laut dikelompokkan atas: 1 sumber biokimia yang mudah diperoleh dalam jumlah yang besar dan barangkali dapat diubah menjadi bahan-bahan yang lebih berharga; 2 substansi bioaktif yang termasuk a senyawa antimikroba, b senyawa aktif secara fisiologis sinyal kimia, c senyawa aktif secara farmakologi dan d senyawa sitotoksik dan antitumor; dan 3 racun laut Ismet 2007. Metabolit terbagi atas dua tipe yaitu primer dan sekunder. Metabolit primer memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan kehidupan bagi semua makhluk hidup dan terbentuk melalui serangkaian reaksi metabolit yang terbatas. Metabolit primer berperan sebagai bahan penyusun dalam pembuatan makromolekul seperti protein, asam nukleat, karbohidrat dan lipid. Sedangkan metabolit sekunder tidak memiliki peran penting dalam kehidupan makhluk hidup dan terbentuk dari metabolit primer Gudbjarnason 1999. Definisi metabolit sekunder yang berlaku secara luas yaitu senyawa yang terbentuk di dalam tubuh makhluk hidup tetapi tidak ikut berperan dalam proses metabolisme yang diperlukan dalam kehidupan dan perkembangan makhluk hidup Hedner 2007. Kebanyakan metabolit sekunder berfungsi meningkatkan kemampuan bertahan hidup suatu organisme dan dapat berfungsi, contohnya, sebagai senjata kimia untuk melawan bakteri, jamur, serangga dan hewan yang besar. Fungsi metabolit sekunder inilah yang dikatakan memiliki aktivitas biologis atau disebut juga sebagai substansi bioaktif. Sebagian besar produk alami yang menjadi perhatian industri farmasi adalah metabolit sekunder tetapi ada pula yang tertarik pada produk metabolit primer seperti beragam lipid laut, enzim dan heteropolisakarida yang kompleks Gudbjarnason 1999. Karakteristik senyawa metabolit sekunder adalah Ismet 2007: a. Masing-masing senyawa metabolit sekunder dihasilkan oleh beberapa organisme tertentu saja; 15 b. Metabolit sekunder bukanlah merupakan senyawa yang esensial bagi pertumbuhan dan reproduksi; c. Pembentukan senyawa metabolit sekunder sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan organisme; d. Beberapa senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan organisme merupakan kelompok senyawa yang berkerabat memiliki kesamaan struktur; e. Beberapa organisme membentuk berbagai substansi yang berbeda sebagai metabolit sekundernya; f. Regulasi biosintesis metabolit sekunder sangat berbeda dengan metabolit primer; g. Produksi metabolit sekunder seringkali dapat terjadi secara berlebihan jika terkait dengan produksi metabolit primer; h. Produk metabolit sekunder dapat berasal dari hasil samping produk metabolit primer, atau disebut juga berasal dari beberapa produk intermedia yang terakumulasi selama metabolisme primer. Spons merupakan salah satu avertebrata laut yang memiliki kekayaan kandungan metabolit sekunder yang bersifat bioaktif. Dalam tinjauannya, Lee et al. 2001 menyajikan 89 spesies spons yang menghasilkan metabolit sekunder yang beragam. Spesies yang sama menghasilkan beberapa metabolit sekunder dan aktivitas biologis yang berbeda. Metabolit sekunder yang dihasilkan oleh spons laut memiliki golongan senyawa kimia antara lain alkaloid, terpenoid, fenol, peptida, poliketida dan lain-lain Thakur Müller 2004. Potensi biologis yang dimilikinya pun sangat beragam antara lain inhibitor enzim, inhibitor pembelahan sel, anti-virus, antifungi, antiparasit, insektisida, antimikroba, anti-inflamasi, antitumor, sitotoksik atau kardiovaskular. Spons yang kandungan metabolit sekundernya memiliki aktivitas biologis sitotoksik berjumlah 27 spesies, diantaranya berasal dari genus yang sama yaitu Haliclona, Jaspis, Petrosia, Spongia, dan Verongia. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Hingga tahun 2004 tercatat 16 senyawa metabolit sekunder yang bersumber dari spons layak memasuki tahap uji pra-klinis dan klinis. Senyawa-senyawa tersebut berhasil diisolasi dari 23 spesies spons dan diantaranya terdapat satu 16 metabolit sekunder yang diisolasi dari beberapa spons. Tahap uji yang dilakukan bervariasi dari uji sebagai obat anti asma, anti osteoarthritis, antikanker, anti- inflamasi, anti malaria, anti TB tuberculosis, dan lain-lain. Bahkan beberapa metabolit sekunder telah memperoleh ijin untuk dijadikan bahan pengembangan obat oleh beberapa perusahaan farmasi. Salah satu metabolit sekunder, yaitu Manzamin A, diperoleh dari spons Haliclona sp. yang diperoleh di perairan Indonesia. Selengkapnya daftar tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Metabolit sekunder yang paling menonjol diisolasi dari spons adalah halichondrin B. Halichondrin B adalah senyawa polieter dan merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder paling aktif diantara senyawa halichondrin B yang lain. Senyawa halichondrin B yang lain adalah isohomohalichondrin B dan homohalichondrin B. Isolasi halichondrin B pertama kali dilaporkan di Jepang pada tahun 1986 dari spons Halichondria okadai. Metabolit ini juga pernah diisolasi dari beberapa spons yang hidup di wilayah Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, spesies spons tersebut antara lain Axinella sp. di Pasifik Barat, Phakellia carteri di Samudera Hindia bagian timur dan Lissodendoryx sp. di lautan dalam lepas Pantai Timur di South Island, Selandia Baru Newman Cragg 2004. Beberapa peneliti Indonesia juga telah melakukan isolasi dan identifikasi struktur senyawa metabolit sekunder dari spons di perairan Indonesia. Senyawa antioksidan berhasil diidentifikasi dari spons Callyspongia sp. asal Kepulauan Seribu Hanani et al. 2005. Handayani et al. 2006 melaporkan spons laut Axinella carteri Dendy asal Pulau Babi, Sumatera Barat memiliki potensi sebagai larvasida. Gabungan 7 tujuh senyawa toksik berhasil diidentifikasi dari ekstrak spons laut yang berasal dari perairan Gili Sulat, Lombok Swantara et al. 2007. Setyowati et al. 2007 telah berhasil mengisolasi senyawa bersifat sitotoksik terhadap sel lestari tumor myeloma dari ekstrak spons Kaliapsis sp. asal Pulau Menjangan, Bali Barat. Senyawa antibakteri pun telah berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari ekstrak spons Petrosia nigrans asal Pulau Babi, Sumatera Selatan Handayani et al. 2008. Dan yang terkini adalah aktivitas antibakteri dan 17 toksisitas ekstrak metanol spons Geodia sp. asal Pantai Wediombo, Yogyakarta Isnansetyo et al. 2009.

2.4 Taman Nasional Kepulauan Wakatobi

Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Nasional didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Kawasan Kepulauan Wakatobi dan perairan disekitarnya seluas ± 1.390.000 Ha ditunjuk sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menhut No. 393Kpts-VI1996, tanggal 30 Juli 1996 dan telah ditetapkan berdasarkan SK Menhut No. 7651Kpts-II2002, tanggal 19 Agustus 2002, terdiri dari 4 empat pulau besar P. Wangi-Wangi, P. Kaledupa, P. Tomia dan P. Binongko yang terbagi menjadi 5 lima kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara. Luas masing- masing pulau tersebut adalah Pulau Wangi-wangi 156,5 km 2 , Pulau Kaledupa 64,8 km 2 , Pulau Tomia 52,4 km 2 , dan Pulau Binongko 98,7 km 2 Dirjen PHKA Dephut 2007. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari lokasi pengambilan di perairan Pulau Wangi-wangi dan Pulau Hoga. Berdasarkan Permenhut Nomor: P.56Menhut-II2006 tanggal 29 Agustus 2006 tentang Pedoman Zonasi Taman Nasional, kedua lokasi pengambilan sampel termasuk kedalam zona pemanfaatan Dirjen PHKA Dephut 2007. Gambaran umum pulau-pulau tempat diambilnya dua sampel spons yang digunakan dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut CRITC COREMAP II-LIPI 2007; Rudianto Santoso 2008:

1. P. Wangi-wangi, bagian selatan bertopografi datar hingga curam. Pulau ini

memiliki luas 156,5 km 2 , berbentuk memanjang kearah barat laut dengan lebar sekitar 14,36 km dan panjang 16,09 km. pada rataan pulau ini sendiri terdiri dari beberapa pulau antara lain Pulau Kapota, Pulau Oroho, dan Pulau Sumanga. Rataan terumbu cenderung melebar ke arah timur dan selatan 18 dengan panjang sekitar 250 m – 1,5 km. Pulau Wangi-wangi mempunyai profil yang hampir sama dengan pulau-pulau di sekitarnya yaitu rataan terumbu umumnya sebagian besar landai dengan rataan terumbu lebar dengan dasar perairan karang mati dan pasir lumpuran. Kedalaman perairannya berkisar 5 – 1.884 m. Lereng terumbu mempunyai kemiringan antara 60-70 o dengan pertumbuhan karang hidup yang tidak begitu rapat sampai kedalaman 40 meter. Kecepatan arus perairan P. Wangi-Wangi 0,09 – 0,6 mdetik. Musim timur gelombang sangat kuat dipengaruhi angin Laut Banda, sedang musim barat tidak terlalu besar karena terhalang P. Buton.

2. P. Hoga, pulau ini merupakan salah satu pulau yang termasuk kedalam

gugusan pulau dalam rataan terumbu Pulau Kaledupa dan berada di sebelah timur Pulau Kaledupa. Perairan Pulau Hoga bagian selatan telah ditetapkan sebagai daerah perlindungan no fishing zone oleh masyarakat. Secara geografis, Pulau Hoga memiliki kemiripan dengan Pulau Wangi-wangi, perairan bagian timurnya dipengaruhi langsung oleh Laut Banda dan sebelah baratnya terlindungi oleh Pulau Kaledupa.