Model ‐model Pembelajaran Uraian Materi

162 Kegiatan Pembelajaran 5 Gambar . Contoh Tahapan Pembelajaran Sumber : nolah noleh.blogspot.com Merujuk pada dua pendapat di atas, dapat dimaknai bahwa model pembelajaranmerupakan suatu rencana mengajar yang memperlihatkan polapembelajaran tertentu. Dalam pola tersebut dapat terlihat pada kegiatan yang dilakukan pengajar maupun peserta didik di dalam mewujudkan kondisi belajar atau sistem lingkunganyang menyebabkan terjadinya proses belajar pada peserta didik.

2. Model ‐model Pembelajaran

Beragam model pembelajaran saat ini banyak berkembang, para ahli di bidang pendidikan memiliki pandangan yang berbeda‐beda mengenai jenis model pembelajaran. al ini dikarenakan sudut pandang dan dasar pengelompokkan yang berbeda pula. Sugiyanto mengemukakan bahwa ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar peserta diklat. Model pembelajaran tersebut antara lain terdiri dari: Model Pembelajaran Kontekstual Contextual Teaching and a LearningCTL Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta diklat. Pembelajaran ini juga mendorong peserta diklat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari‐hari. Pengetahuan dan keterampilan peserta diklat diperoleh dari usaha peserta diklat DRAFT 163 Seni Budaya SD KK C mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika peserta diklat belajar. Pembelajaran Kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata peserta diklat. Dan juga mendorong peserta diklat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari‐hari. Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan peserta diklat untuk menemukan materi, kedua, CTL mendorong agar peserta diklat dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, dan ketiga mendorong peserta diklat untuk dapat menerapkan dalam kehidupan. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Ada lima karakteristik penting dalam pembelajaran kontekstual, yaitu: Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating knowledge Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru acquiring knowledge Pemahaman pengetahuan understanding knowledge Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut applying knowledge Melakukan refleksi reflecting knowledge Langkah‐Langkah Pembelajaran Kontekstual Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik Mengembangkan sifat ingin tahu peserta diklat dengan bertanya Menciptakan masyarakat belajar Menghadirkan model sebagai contoh belajar Melakukan refleksi diakhir pertemuan. DRAFT 164 Kegiatan Pembelajaran 5 Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Ciri‐ciri model pembelajaran konstektual Pengalaman nyata Kerjasama saling menunjang Gembira belajar dengan bergairah Pembelajaran terintegrasi Menggunakan berbagai sumber Peserta diklat aktif dan kritis Menyenangkan tidak membosankan Sharing dengan teman Guru kreatif Kelebihan dari model pembelajaran kontekstual Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga sisiwa terlibat aktif dalam PBM. Peserta diklat dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu, memecahkan masalah, dan guru dapat lebih kreatif Menyadarkan peserta diklat tentang apa yang mereka pelajari. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan peserta diklat tidak ditentukan oleh guru. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok. Kelemahan dari model pembelajaran CTL Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan peserta diklat padahal,dalam kelas itu tingkat kemampuan peserta diklatnya berbeda‐beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaiannya peserta diklat tadi tidak sama Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam proses belajar mengajar DRAFT 165 Seni Budaya SD KK C Dalam proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara peserta diklat yang memiliki kemampuan tinggi dan peserta diklat yang memiliki kemampuan kurangyang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi peserta diklat yang kurang kemampuannya. Bagi peserta diklat yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalankarena dalam model pembelajaran ini kesuksesan peserta diklat tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri, jadi peserta diklat yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan. Tidak setiap peserta diklat dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini. Kemampuan setiap peserta diklat berbeda‐beda dan peserta diklat yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya. Pengetahuan yang didapat oleh setiap peserta diklat akan berbeda‐beda dan tidak merata. Peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih menuntut peserta diklat untuk aktif dan berusaha sendiri mencari informasi, mengamati fakta, dan menemukan pengetahuan‐ pengetahuan baru di lapangan Model Pembelajaran Kooperatif b Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran dimana para peserta diklat bekerja dalam kelompok‐kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. DRAFT 166 Kegiatan Pembelajaran 5 Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang dalam pelaksanaannya mengedepankan pemanfaatan kelompok‐kelompok peserta diklat. Prinsip yang harus dipegang teguh dalam kaitan dengan kelompok kooperatif adalah setiap peserta diklat yang ada dalam suatu kelompok harus mempunyai tingkat kemampuan yang heterogen tinggi, sedang, dan rendah dan bila perlu mereka harus berasal dari ras, budaya, dan sukuyang berbeda serta mempertimbangkan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif bertumpu pada kooperasi kerjasama saat menyelesaikan permasalahan belajar yaitu dengan menerapkan pengetahuan dan keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Sebuah model pembelajaran meliputi struktur tugas belajar, struktur tujuan pembelajaran, dan struktur penghargaan reward . Gambar . Suasana Peserta diklat Pada Cooperative Learning Sumber : whyintegratecuricculum.wikispaces.com Menurut Davidson dan Warsham dalam sjoni, : , Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan peserta diklat untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektifitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik . Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana peserta diklat belajar dan bekerjasama dalam kelompok‐kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari ‐ orang dengan struktur DRAFT 167 Seni Budaya SD KK C kelompok heterogen. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, peserta diklat bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu peserta diklat akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan‐pertanyaan yang diberikan pada mereka.Dalam kaitan dengan model pembelajaran kooperatif, struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran ini tidak sama dengan model pembelajaran yang lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif. Model pembelajaran kooperatif sendiri dapat dibagi lagi dalam beberapa jenis model pembelajaran sebagai berikut: Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction Tipe model pembelajaran kooperatif ini merupakan penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individual. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini, peserta diklat mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan, dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat kecepatanbelajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar unit‐unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompokakan memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan bantuan jika diperlukan. Teskemudian diberikan diakhir unit tanpa bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan dan beberapa poin tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah karena peserta diklat bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok‐kelompok kecil yang DRAFT 168 Kegiatan Pembelajaran 5 menemuai banyak hambatan dalam belajar yang merupakan kumpulan dari anggota‐anggota kelompok yang berada pada tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualizationini sangat efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. STAD Student Teams Achievement Division Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini peserta diklat dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim, kemudian diberi materi pelajaran. Peserta diklat kemudian diberikan tes. Nilai‐nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun peserta diklat dites secara individual, namun peserta diklat tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda, maka sebaiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model pembelajaran kooperatif STAD ini kepada peserta diklat. Round Table atau Rally Table Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table atau Rally Table ini guru dapat memberikan sebuah kategori tertentu kepada peserta diklat misalnya kata‐kata yang dimulai dengan huruf . Selanjutnya mintalah peserta diklat secara bergantian menuliskan satu kata. 4 Jigsaw Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman‐teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman‐teman di Universitas John opkins Arends, . Tujuan diciptakannya tipe model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini adalah untuk meningkatkan rasa tanggungjawab peserta diklat terhadap belajarnya sendiri dan juga belajar dari anggota kelompoknya. Mereka diminta mempelajari materi yang akan menjadi tanggungjawabnya, karena selain untuk dirinya, ia juga harus mengajarkan materi itu kepada DRAFT 169 Seni Budaya SD KK C anggota kelompoknya yang lain. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan antara peserta diklat sangat tinggi. Gambar . Skema Pembelajaran dengan Model Jigsaw Sumber: m melayu.blogspot.com Setiap peserta diklat dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu kelompok asal home group dan kelompok ahli expert group . Kelompok asal dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua anggota kelompok asal memperoleh tugas masing‐masing, mereka akan meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota‐anggota kelompok yang mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama berdasarkan kesepakatan mereka di kelompok asal . Setelah mempelajari topik tersebut di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing‐masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab mereka ke anggota kelompoknya secara bergantian. Guru perlu memahami bagaimana model pembelajaran Jigsaw ini dilaksanakan, begitu juga peserta diklat dalam tim Jigsaw. Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, tugaskan DRAFT 170 Kegiatan Pembelajaran 5 setiap peserta diklat pada setiap kelompok untuk mempelajari seperempat halaman dari bacaan atau teks pada mata pelajaran apa saja misalnya PS , atau seperempat bagian dari sebuah topik yang harus mereka pelajari atau ingat. Setelah setiap peserta diklat tadi menyelesaikan pembelajarannya dan kemudian saling mengajarkan menjelaskan tentang materi yang menjadi tugasnya atau saling bekerjasama untuk membentuk sebuah kesatuan materi yang utuh saat mereka menyelesaikan sebuah tugas atau teka‐teki. 5 Jigsaw II Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini adalah modifikasi dari tipe Jigsaw. Jigsaw dikembangkan oleh Robert Slavin pada tahun di mana semua anggota kelompok asal mempelajari satu topik yang sama, hanya saja masing‐masing anggota difokuskan untuk mendalami bagian‐bagian tertentu dari topik itu. Setiap anggota kelompok asal harus menjadi ahli dalam bagian topik yang mereka dalami. Seperti Jigsaw, di tipe Jigsaw II ini mereka juga harus mengajarkan keahliannya pada anggota kelompok asalnya secara bergantian. 6 Reverse Jigsaw Tipe model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Timotahuny edeen . Perbedaanya dengan tipe Jigsaw adalah, pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota kelompok ahli hanya mengajarkan keahliannya kepada anggota kelompok asal, maka pada model pembelajaran kooperatif reverse jigsaw ini, peserta diklat‐peserta diklat dari kelompok ahli mengajarkan keahlian mereka materi yang mereka pelajari atau dalami kepada seluruh kelas. NT Numbered Heads Together Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NT, peserta diklat diminta untuk menomori diri mereka masing‐masing dalam kelompoknya mulai dari hingga . Ajukan sebuah pertanyaan dan diberi batasan DRAFT 171 Seni Budaya SD KK C waktu tertentu untuk menjawabnya. Peserta diklat diminta untuk mengangkat tangan jika bisa menjawab pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka antara sampai dan meminta seluruh peserta diklat dari semua kelompok dengan nomor tersebut menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai peserta diklat‐peserta diklat yang menjawab benar dan memperkaya pemahaman peserta diklat tentang jawaban pertanyaan itu melalui diskusi. TGT Team Game Tournament Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini mirip dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, bedanya hanya pada kuis yang digantikan dengan turnamen mingguan Slavin, . Pada model pembelajaran kooperatif ini, peserta diklat‐peserta diklat saling berkompetisi dengan peserta diklat dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif meningkatkan hasil belajar peserta diklat. 9 Three ‐Step Interview Pada model pembelajaran kooperatif tipe three‐step interview disebut juga three problem‐solving dilakukan langkah untuk memecahkan masalah. Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan kepada seluruh peserta diklat di kelas. Langkah kedua, peserta diklat secara berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat membagikan atau DRAFT 172 Kegiatan Pembelajaran 5 mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada seluruh kelas secara bergiliran. Model pembelajaran kooperatif ini three‐step interview efektif untuk mengajarkan peserta diklat tentangproblem solving pemecahan masalah . 10 Three ‐Minute Review Model pembelajaran kooperatif tipe three‐step review efektif untuk digunakan saat guru berhenti pada saat‐saat tertentu selama sebuah diskusi atau presentasi berlangsung, dan mengajak peserta diklat mereview apa yang telah mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka. Peserta diklat‐peserta diklat dalam kelompokitu dapat bertanya untuk mengklarifikasi kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan‐pertanyaan dari anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses‐proses kompleks yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, peserta diklat dapat membentuk kelompok‐kelompok dan mereviu proses diskusi dan mengajukan pertanyaan‐pertanyaan untuk mengklarifikasi. Group nvestigation G Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode pembelajaran kooperatif yang paling kompleks karena metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan pandangan konstruktivistik, democratic teaching, dan kelompok belajar kooperatif. Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan model group investigation memberikan kesempatan seluas‐luasnya kepada peserta diklat untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang dilandasi oleh nilai‐nilai demokrasi,yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, dan memperhatikan keberagaman peserta didik Budimansyah, : . DRAFT 173 Seni Budaya SD KK C Group investigation adalah kelompok kecil untuk menuntun dan mendorong peserta diklat dalam keterlibatan belajar. Metode ini menuntut peserta diklat untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok group process skills . asil akhir dari kelompok adalah sumbangan ide dari tiap anggota serta pembelajaran kelompok yang notabene lebih mengasah kemampuan intelektual peserta diklat dibandingkan belajar secara individual. Eggen Kauchak dalam Maimunah, : mengemukakan Group investigation adalah strategi belajar kooperatif yeng menempatkan peserta diklat ke dalam kelompok untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa metode G mempunyai fokus utama untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik atau objek khusus. Tujuan Model Pembelajaran Grup nvestigasi Metode Gruop Investigation paling sedikit memiliki tiga tujuan yang saling terkait: a Grup nvestigasi membantu peserta diklat untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik secara sistematis dan analitik. al ini mempunyai implikasi yang positif terhadap pengembangan keterampilan penemuan dan membentu mencapai tujuan. b Pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik yang dilakukan melaui investigasi. c Grup nvestigasi melatih peserta diklat untuk bekaerja secara kooperatif dalam memecahkan suatu masalah. Dengan adanya kegiatan tersebut, peserta diklat dibekali keterampilan hidup life skill yang berharga dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi guru menerapkan model pembelajaran G dapat mencapai tiga hal, yaitu dapat belajar dengan penemuan, belajar isi dan belajar untuk bekerjas secara kooperatif. Langkah‐langkah model pembelajaran Grup nvestigasi Sharan dalam Supandi, : mengemukakaan langkah‐langkah pembelajaran pada model pemelajaran G sebagai berikut: DRAFT 174 Kegiatan Pembelajaran 5 a Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang heterogen. b Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok yang harus dikerjakan. c Guru memanggil ketua‐ketua kelompok untuk mengambilmateri tugas secara kooperatif dalam kelompoknya. d Masing‐masing kelompok membahas materi tugaas secara kooperatif dalam kelompoknya. e Setelah selesai, masing‐masing kelompok yang diwakili ketua kelompok atau salah satu anggotanya menyampaikan hasil pembahasannya. f Kelompok laindapat memberikan tanggapan terhadap hasil pembahasannya. g Guru memberikan penjelasan singkat klarifikasi bila terjadi kesalahan konsep dan memberikan kesimpulan. h Evaluasi. Tahap‐tahap pembelajaran Grup nvestigasi Pelaksanaan langkah‐langkah pembelajaran di atas tentunya harus berdasarkan prinsip pengelolaan atau reaksi dari metode pembelajaran kooperatif model Group nvestigation. Dimana di dalam kelas yang menerapakan model G, pengajar lebih berperan sebagai konselor, konsultan, dan pemberi kritik yang bersahabat. Dalam kerangka ini pengajar sebaiknya membimbing dan mengarahkan kelompok menjadi tiga tahap: a Tahap pemecahan masalah, b Tahap pengelolaan kelas, c Tahap pemaknaan secara perseorangan. Tahap pemecahan masalah berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, apa yang menjadi hakikat masalah, dan apa yang menjadi fokus masalah. Tahap pengelolaan kelas berkenaan dengan proses menjawab pertanyaan, informasi apa yang saja yang diperlukan, dan bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk memperoleh informasi DRAFT 175 Seni Budaya SD KK C itu. Sedangkan tahap pemaknaan perseorangan berkenaan dengan proses pengkajian bagaimana kelompok menghayati kesimpulan yang dibuatnya, dan apa yang membedakan seseorang sebagai hasil dari mengikuti proses tersebut Tahunelen dalam Winataputra, : . Untuk lebih praktis model G dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut: Gambar . Kerangka Grup nvestigasi Sumber : jurnalbidandian.blogspot.com Kerangka Pembelajaran Grup nvestigasi Dari kerangka operasional pembelajaran Group Investigation yang ditulis oleh Joise Weil ini dapat kita ketahui bahwa kerangka operasional model pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut: Peserta diklat dihadapkan dengan situasi bermasalah DRAFT 176 Kegiatan Pembelajaran 5 Peserta diklat melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis. Peserta diklat merumuskan tugas‐tugas belajar atau learning task dan mengorganisasikan untuk membangun suatu proses penelitian. Peserta diklat melakukan kegiatan belajar individual dan kelompok. Peserta diklat menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian kelompok. 6 Melakukan proses pengulangan kegiatan atau Recycle Activities 12 Go Around Model pembelajaran kooperatif tipe go around sebenarnya merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi. Model pembelajaran kooperatif tipe keliling Kelompok Go Around ini memberikan kesempatan lebih banyak kepada setiap peserta diklat untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain dalam pemecahan suatu permasalahan. Pembelajaran kooperatif tipe keliling kelompok merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi di dalam kelas yang akan mengaktifkan setiap anggota kelompok. Penerapannya dimulai dari peserta diklat membentuk kelompoknya masing‐masing, kemudian masing‐masing kelompok diberi waktu menit untuk mempelajari materi yang akan dibahas. Sebelumnya guru telah mempersiapkan pertanyaan yang sesuai dengan indikator satu buah karton dibuat satu pertanyaan ditempel di dinding kelas depan, samping, belakang dengan jarak tertentu. Setiap kelompok berdiri di depan kertas kartonnya masing‐masing, Guru menentukan waktu untuk memulai menulis, Peserta diklat cukup mengisi satu jawaban dengan waktu yang ditentukan guru, Seterusnya tiap kelompok bergilir mengisi jawaban menurut arah jarum jam, dan begitu seterusnya yang terakhir adalah diadakan diskusi kelas dan tanya jawab. DRAFT 177 Seni Budaya SD KK C 13 Reciprocal Teaching Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching pengajaran timbal balik dikembangkan oleh Brown Paliscar . Pengajaran timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model pembelajaran kooperatif yang meminta peserta diklat untuk membentuk pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog percakapan atau diskusi mengenai sebuah teks bahan bacaan . Setiap anggota pasangan secara bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan‐ pertanyaan, menerima dan memperoleh umpan balik feedback . Model pembelajaran tipe reciprocal teaching ini memungkinkan peserta diklat untuk melatih dan menggunakan teknik‐teknik metakognitif seperti mengklarifikasi, bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan agar peserta diklat dapat belajar secara efektif dari peserta diklat lainnya. CRC Cooperative Integrated Reading Composition Model pembelajaran kooperatif tipe CRC cooperative integrated reading composition adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan keterampilan‐keterampilan berbahasa, baik pada jenjang pendidikan tinggi maupun pada jenjang dasar. Pada tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini peserta diklat tidak hanya mendapat kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi naskah . CRC dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional pada mata pelajaran bahasa yang disebut kelompok membaca berbasis keterampilan . Pada model pembelajaran CRC ini peserta diklat berpasang‐pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah kelompok‐membaca reading group , pasangan‐pasangan saling mengajari satu sama lain bagaimana membaca‐bermakna dan keterampilan menulis melalui teknik reciprocal timbal balik . Mereka diminta untuk saling membantu untuk DRAFT 178 Kegiatan Pembelajaran 5 menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar berbahasa misalnya membaca bersuara oral reading , menebak konteks bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan, meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, dan merevisi sebuah komposisi . Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua kelompok kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis. Gambar . Cooperative Learning Sumber : faithbookjr.ning.com The Williams Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak peserta diklat melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang merupakan sebuah tujuan pembelajaran. Pada model pembelajaran ini peserta diklat dikelompok‐kelompokan secara heterogen seperti pada tipe STAD. Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda‐beda dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang memungkinkan peserta diklat dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut. TPS Think Pairs Share Model pembelajaran kooperatif tipe TPS think pairs share mulanya dikembangkan oleh Frank T. Lyman . Tipe model pembelajaran kooperatif ini memungkinkan setiap anggota pasangan peserta diklat DRAFT 179 Seni Budaya SD KK C untuk berkontemplasi terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah mereka pikirkan tadi hasil kontemplasi dengan pasangannya masing‐masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan tersebut dari seluruh peserta diklat. TPC Think Pairs Check Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs‐check adalah modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan. 18 TPW Think Pairs Write Tipe model pembelajaran kooperatif TPW Think Pairs Write juga merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS Think Pairs Share . Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban atau tanggapan terhadappertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran menulis. Tea Party Pesta Minum Teh Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, peserta diklat membentuk dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana peserta diklat saling berhadapan satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan pada bidang mata pelajaran apa saja dan kemudian peserta diklat mendiskusikan jawabannya dengan peserta diklat yang berhadapanan dengannya. Setelah satu menit, baris terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jamsehingga akan berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah‐langkah seperti ini terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan atau lebih pertanyaan untuk DRAFT 180 Kegiatan Pembelajaran 5 didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula peserta diklat diminta menuliskan pertanyaan‐pertanyaan pada kartu untuk catatan nanti bila diadakan tes. 20 Write Around Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan untuk menulis kreatif atau untuk menulis simpulan. Pertama‐tama guru memberikan sebuah kalimat pembuka. Mintalah semua peserta diklat dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat tersebut. Selanjutnya mereka menyerahkan kertas berisi tulisan tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh buah cerita atau tulisan bila di kelas dibentuk kelompok . Selanjutnya beri waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit bagian‐bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau simpulan itu kepada seluruh dalam kelas. Write around adalah modifikasi dari model pembelajaran cooperative go around. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin Brainstorming misalnya: berikan sebuah kategori misalnya nama‐nama danau di ndonesia untuk didiskusikan. Mintalah peserta diklat secara bergantian untuk menyebutkan item‐item yang termasuk ke dalam kategori tersebut. Learning Together LT Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran kooperatif tipe Learning Togetahuner Belajar Bersama ini adalah David johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun . Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Togetahuner, peserta diklat dibentuk oleh – orang peserta diklat yang heterogen untuk mengerjakan sebuah lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu DRAFT 181 Seni Budaya SD KK C lembar kerja. Mereka kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti Learning Togetahuner ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan kegiatan‐kegiatan yang dapat membangun kekompakan kelompok terlebih dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama dalam kelompok. Student Team Learning STL Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini dikembangkan di John opkins University – Amerika Serikat. Lebih dari separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu adanya ide dasar bahwa peserta diklat harus bekerjasama dan turut bertanggungjawab terhadap pembelajaran peserta diklat lainnya yang merupakan anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada konsep sentral pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: penghargaan terhadap kelompok; akuntabilitas individual; dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap peserta diklat baik dari kelompok atas, menengah, ataupun bawah dapat memberikan kontribusi yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya. DRAFT 182 Kegiatan Pembelajaran 5 24 Two Stay Two Stray Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah peserta diklat yang tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: one stay three stray satu tinggal tiga berpencar ; dan three stay one stray tiga tinggal satu berpencar . Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan . Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok‐kelompok lain.

3. Strategi Pembelajaran