194
Kegiatan Pembelajaran 5
6. Taktik Pembelajaran
Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, ada dua orang yang sama‐sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam
gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing‐masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru
yang bersangkutan.Dalam taktik ini pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni kiat .
7. Penerapan Pengalaman Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pengalaman merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh
seseorang dalam kehidupannya yang terjadi pada suatu waktu. Pengalaman belajar merupakan serangkaian proses dan peristiwa yang dialami oleh setiap
individu khususnya peserta diklat dalam ruang lingkup tertentu ruangan kelas sesuai dengan metode ataupun strategi pembelajaran yang diberikan oleh
masing‐masing pendidik.
Setiap guru memiliki strategi mengajar yang berbeda dalam setiap mata pelajaran sehingga hal ini dapat mengisi pangalaman belajar peserta diklat.
Pengalaman belajar erat kaitannya dengan pengembangan keterampilan proses. Makin aktif peserta diklat secara intelektual, manual, dan sosial akan semakin
bermakna pengalaman belajar peserta diklat. Dengan melakukan sendiri, peserta diklat akan lebih menghayati. al itu berbeda jika hanya dengan
mendengar atau sekedar membaca.Ada ungkapan yang sering dilontarkan dalam dunia pendidikan yaitu Pengalaman adalah guru yang paling baik
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan ketika kita akan mengembangkan pengalaman belajar yaitu;
DRAFT
195
Seni Budaya SD KK C
a. Berorientasi pada tujuan. Dalam system pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama.Efektivitas pengembangan pengalaman belajar
ditentukan dari keberhasilan peserta diklat dalam mencapai tujuan pembelajaran.
b. Aktivitas. Pengalaman belajar peserta diklat harus dapat mendorong agar peserta diklat aktif melakukan sesuatu. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas
pada aktifitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental.
c. ndividualitas. Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu peserta diklat.Oleh sebab itu pengalaman belajar dirancang untuk setiap
individu peserta diklat.
Guru dalam merancang pengalaman belajar peserta diklat harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta diklat secara terintegrasi.
Ada beberapa prinsip khusus untuk merancang pengalaman belajar, yaitu:
a. nteraktif b. nspiratif
c. Menyenangkan d. Menantang
e. Motivasi
Dalam pengembangan pengalaman belajar guru tidak berperan sebagai satu‐ satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
peserta diklat, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi agar peserta diklat belajar. Oleh karena itu, pengembangan belajar menuntut
guru untuk kreatif dan inovatif sehingga mampu menyesuaikan dengan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik belajar peserta diklat. Untuk itu ada
beberapa strategi pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta diklat secara terintegrasi
yang telah digulirkan pada kurikulum
adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran Berbasis Proyek PBP
Pembelajaran berbasis proyek PBP merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyekkegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk
mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada PBP,
DRAFT
196
Kegiatan Pembelajaran 5
peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan masalah yang ditugaskan oleh guru dalam bentuk suatu proyek. Peserta didik aktif
mengelola pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk nyata. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja sendiri‐ sendiri. Di samping itu PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui
bekerja mengkonstruk pembelajarannya melalui pengetahuan serta keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk nyata.
Prinsip‐prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek PBP Seperti telah diurakan di atas bahwa sarana pembelajaran untuk
mencapai kompetensi dalam PBP menggunakan tugas proyek sebagai strategi pembelajaran. Para peserta didik bekerja secara
nyata, dan memecahkan persoalan di dunia nyata yang dapat menghasilkan solusi berupa produk atau hasil karya secara nyata
atau realistis. Prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah:
a Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas‐tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.
b Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam
pembelajaran. c Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tematopik yang disusun dalam
bentuk produk laporan atau hasil karya .
Produk, laporan, atau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk
perbaikan proyek berikutnya.
Langkah‐langkah Pembelajaran Berbasis Proyek Langkah‐langkah Pembelajaran berbasis proyek PBP dapat
dijelaskan sebagai berikut:
DRAFT
197
Seni Budaya SD KK C
a Penentuan proyek b Pada langkah ini, peserta didik menentukan tematopik proyek
berdasarkan tugas yang diberikan oleh guru. c Perancangan langkah‐langkah penyelesaian proyek
d Peserta didik merancang langkah‐langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya.
e Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek f Peserta didik di bawah pendampingan guru melakukan
penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. g Penyelesaian proyek dengan fasilitasi dan monitoring guru
h Pada kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang dapat merekam aktifitas peserta didik dalam menyelesaikan tugas
proyek. i Penyusunan laporan dan presentasipublikasi hasil proyek
j asil proyek dalam bentuk produk, baik itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologiKeterampilan
dipresentasikan danatau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru atau masyarakat dalam bentuk pameran
produk pembelajaran.
b. Pembelajaran Berbasis Masalah PBM
Pembelajaran Berbasis Masalah Problem‐Based Learning, PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata autentik yang tidak
terstruktur ill‐structured dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru. PBM sejalan dengan filosofi konstruktivisme yaitu menekankan peserta didik untuk
secara aktif membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksinya dengan masalah nyata.
Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah. Masalah nyata adalah masalah yang terdapat dalam kehidupan
DRAFT
198
Kegiatan Pembelajaran 5
sehari‐hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan. Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta
didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka open‐ended problem yaitu masalah yang memiliki banyak
jawaban atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk mengidentifikasi strategi‐strategi dan solusi‐solusi tersebut.
Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik ill‐structured yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula
atau strategi tertentu melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami serta mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan
mengkreasi strategi sendiri untuk menyelesaikannya.
PBM merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik student‐ centered
, yaitu guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun
pengetahuannya. Kolaborasi antarpeserta didik sangat diperlukan karena masalah yang harus diselesaikan sangat kompleks yang memerlukan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebetulnya tidak ada teknik penilaian khusus yang diperuntukkan dalam PBM. al yang penting bagi guru adalah
dapat mengumpulkan informasi penilaian yang valid dan reliabel. Tujuan PBM bukan untuk pemerolehan sejumlah besar pengetahuan deklaratif,
maka dari itu penilaian tidak cukup hanya melalui tes tertulis. Sesuai tujuan PBM, secara spesifik penilaian dalam PBM dapat ditujukan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah atau kemampuan berpikir kritis.
c. Pembelajaran Discovery Learning
Bruner memakai metode yang disebutnya Discovery Learning, yaitumurid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir Dalyono,
: . Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih,
: . Discovery terjadi bila individu terlibat
terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalaui observasi, klasifikasi,
pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive
DRAFT
199
Seni Budaya SD KK C
process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind Robert B. Sund dalam Malik,
: .
Sebagai strategi belajar,Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri inquiry dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang
prinsipil pada ketiga istilah ini. Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang dihadapkan pada peserta diklat adalah semacam masalah yang direkayasa
oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta diklat harus mengerahkan seluruh pikiran dan
keterampilannya untuk mendapatkan temuan‐temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan
pada kemampuan menyelesaikan suatu masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan
pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta diklat sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui dan dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk konstruktif apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Dalam Konsep Belajar, metode discovery learning merupakan pembentukan kategori‐kategori atau konsep‐konsep yang dapat memungkinkan terjadinya
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, bahwa discovery adalah pembentukan kategori‐kategori,
atau lebih sering disebut sistem‐sistem coding. Pembentukan kategori‐ kategori dan sistem‐sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi‐
relasi similaritas difference yang terjadi diantara obyek‐obyek dan kejadian‐kejadian events . Bruner memandang bahwa suatu konsep atau
kategorisasi memiliki lima unsur dan peserta diklat dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, yang
meliputi: Nama; Contoh‐contoh baik yang positif maupun yang negatif;
Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; Rentangan karakteristik;
DRAFT
200
Kegiatan Pembelajaran 5
Kaidah Budiningsih, :
. Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategorikan yang berbeda yang
menuntut proses berfikir. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh‐contoh obyek‐obyek atau
peristiwa‐peristiwa ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta diklat, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan yang memfasilitasi rasa ingin tahu peserta diklat pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan
Discovery
Learning Environment yaitu lingkungan dimana peserta diklat dapat melakukan eksplorasi, penemuan‐penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar peserta diklat dalam proses belajar dapat berjalan dengan
baik dan lebih kreatif.Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode discovery
learning menurut Bruner adalah memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk menjadi seorang problem solver,scientist, historin, atau
ahli matematika. Melalui kegiatan tersebut peserta diklat akan menguasai, menerapkan, dan menemukan hal‐hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode mengajar ialah bahwa sesudah tingkat‐tingkat inisial pemulaan mengajar, bimbingan
guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode‐metode mengajar lainnya. al ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu
bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar, tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi
responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.
Langkah‐langkah Operasional mplementasi dalam Proses Pembelajaran, Menurut Syah
: dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:
DRAFT
201
Seni Budaya SD KK C
Stimulation stimulasipemberian rangsangan
Pada tahap ini peserta diklat dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu peserta diklat dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini
Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan‐pertanyaan yang dapat
menghadapkan peserta diklat pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik‐
teknik dalam memberi stimulus kepada peserta diklat agar tujuan mengaktifkan peserta diklat untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
Problem statement pernyataanidentifikasi masalah
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutya adalah dengan memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda‐agenda permasalahan yang relevan dengan bahan pelajaran, dan salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis jawaban sementara atas pertanyaan masalah Syah
: . Memberikan kesempatan peserta diklat untuk
mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta diklat agar
mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
Data collection pengumpulan data
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta diklat untuk mengumpulkan informasi sebanyak‐
banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis Syah,
: . Tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian peserta diklat diberi kesempatan untuk mengumpulkan
DRAFT
202
Kegiatan Pembelajaran 5
collection berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta
diklat belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, sehingga secara tidak disengaja
peserta diklat menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Data processing pengolahan data
Menurut Syah :
pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dari informasi yang telah diperoleh para peserta diklat
baik melalui wawancara, observasi, maupun yang lainnya, kemudian ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
dan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu Djamarah,
: . Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding kategori yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut peserta diklat akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawabanpenyelesaian yang perlu mendapat pembuktian
secara logis
Verification pembuktian
Pada tahap ini peserta diklat melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil data processing
Syah, :
. Verification menurut Bruner bertujuan agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta diklat untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh‐contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan
terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak dan apakah terbukti atau tidak.
DRAFT
203
Seni Budaya SD KK C
Generalization menarik kesimpulangeneralisasi
Tahap generalisasimenarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi Syah,
: . Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip‐prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta diklat harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip‐prinsip yang luas yang mendasari
pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman‐pengalaman itu.
d. Pembelajaran Inquiry Learning
Sintaksis model Inquiry Learning terbimbing adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membawa peserta didik dalam proses penelitian
melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat Joice Wells,
. Model ini merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta diklat untuk
mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya.
Sintak tahap model inkuiri meliputi: Orientasi masalah;
Pengumpulan data dan verifikasi; Pengumpulan data melalui eksperimen;
Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan Analisis proses inkuiri.
Prinsip‐prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik Pembelajaran berpusat pada peserta diklat
Pembelajaran membentuk students’ self concept Pembelajaran terhindar dari verbalisme
Pembelajaran memberikan kesempatan pada peserta diklat untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
DRAFT
204
Kegiatan Pembelajaran 5
Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir peserta diklat
Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar peserta diklat dan motivasi mengajar guru
Memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi peserta diklat dalam struktur kognitifnya.
8. Evaluasi Penerapan Pengalaman Belajar