182
Kegiatan Pembelajaran 5
24 Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah peserta diklat yang
tinggal di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya:
one stay three stray satu tinggal tiga berpencar ; dan three stay
one stray tiga tinggal satu berpencar . Model pembelajaran kooperatif
tipe Two Stay Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan . Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two
stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok‐kelompok lain.
3. Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis‐garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola‐ pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Sanjaya, :
. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaranadalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan peserta diklat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey
juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama‐sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada peserta diklat Sanjaya, :
. Newman dan Logan Abin Syamsuddin Makmun,
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
a Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil out put dan sasaran target yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan
aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
DRAFT
183
Seni Budaya SD KK C
b Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama basic way yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
c Mempertimbangkan dan menetapkan langkah‐langkah steps yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
d Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur criteria dan patokan ukuran standard untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan
achievement usaha. Jika diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
b Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c Mempertimbangkan dan menetapkan langkah‐langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d Menetapkan norma‐norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp Wina Senjaya, mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta diklat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan‐keputusan yang akan diambil dalam suatupelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: exposition‐discovery learning dan
group‐individual learning
Rowntree dalam Wina Senjaya, . Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
DRAFT
184
Kegiatan Pembelajaran 5
merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a
way in achieving something Wina Senjaya .
Macam‐macam strategi pembelajaran Menurut Sanjaya
: –
ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh seorang guru :
Strategi pembelajaran ekspositori
a
Strategi pembelajaran ekspositori menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta diklat
dengan maksud agar peserta diklat dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Roy Killen dalam Wina Sanjaya
menamakan strategi ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung Direct
Intruction . Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh
guru. Peserta diklat tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan‐akan sudah jadi. Oleh karena itu strategi ekspositori lebih
menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah strategi chalk and talk.
Gambar . lustrasi Strategi Pembelajaran Ekspositori
Sumber : educational.portal.com
DRAFT
185
Seni Budaya SD KK C
Strategi pembelajaran inquiry
b
Strategi pembelajaran inquiry merupakan implementasi dari teori konstruktivisme. Teori ini meyakinkan guru bahwa proses belajar
merefleksikan pengalaman peserta diklat. Dalam proses belajar, peserta diklat membangun pemahaman dirinya sendiri. Tiap peserta diklat
menghasilkan sendiri aturan dan model mental, yang digunakan untuk membangun pengalaman dan memperoleh pengetahuan.
Gambar . Model Pembelajaran nquiry
Sumber : deviastrianahts.blogspot.com Belajar merupakan proses penyesuaian model mental peserta diklat dalam
menyusun dan mengakomodasi pengalaman baru. Belajar merupakan proses interaksi sosial Pengetahuan peserta diklat dibangun dengan informasi yang
diperoleh secara alami. Proses belajar peserta diklat merupakan bagian dari pengembangan pengalaman melalui pertemuan mereka dengan guru dan
rekan‐rekan mereka, dan mengkaji apa yang telah mereka pelajari dari sumber belajar yang terpercaya. Karena itu pula, ilmu pengetahuan harus
dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit.
Berdasarkan konsep
itu, maka
dalam menerapkan
strategi pembelajaran inquiry guru harus melibatkan peserta diklat untuk
melakukan penyelidikan, penelitian, atau investigasi yang dapat membangun
DRAFT
186
Kegiatan Pembelajaran 5
pemahaman mereka sendiri. Peserta diklat melakukan langkah kegiatan belajar aktif dan menerapkan keterampilan berpikir kritis yang dipadukan
dengan metode ilmiah.
Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu peserta diklat dan metode ilmiah.
Penggunaan strategi ini untuk meningkatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan belajar seperti pada bidang sains.
Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta diklat. Dorongan itu berkembang melalui proses merumuskan
pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman mengenai suatu masalah. Rasa ingin
tahu itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi sehingga peserta diklat belajar secara aktif.
Gambar . Model Pembelajaran nquiry
Sumber :k teacherstaffdevelopment.com
Proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri peserta diklat tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas pertanyaan, memperluas dan
memperdalam pemahaman dengan menggunakan metode yang berlaku umum. Jawaban atas pertanyaan itu sering diusulkan oleh peserta didik
sendiri dalam kegiatan belajar. Oleh karena itu, keterampilan merumuskan
DRAFT
187
Seni Budaya SD KK C
pertanyaan menjadi bagian penting dalam penerapan inquiry, sepertimerumuskan pertanyaan dalam penelitian. Kemampuan bertanya dan
keberanian mengungkap pertanyaan menjadi bagaian penting dalam penerapan strategi ini.nquiry dapat dimulai dengan pertanyaan
Apa? atau Bagaimana? untuk membangkitkan rasa ingin tahu peserta diklat terhadap suatu gejala alam atau sosial.
Tahunomas Kuhn menyatakan bahwa pertanyaan‐pertanyaan, metode dan kerangka penafsiran berasal dari paradigma para ilmuwan. Mereka berusaha
untuk menegaskan sudut pandangnya. Mereka mengajukan pertanyaan‐ pertanyaan dari dalam sudut pandang mereka. Dari situ muncul sudut
pandang baru.
Langkah‐langkah pelajaran investigasi dalam penerapan inquiry Menentukan tujuan, sampaikan informasi kepada peserta diklat apa
yang akan mereka pelajari, implikasi yang menarik dari proses pelajaran yang akan berlangsung, cotoh yang menarik adalah
pelacakan perkiraan berat bumi. Untuk proses belajar ini berikan petunjuk pelaksanaannya. Untuk contoh pelacakan berat bumi, tidak
perlu ada hipotesis. Jika diperlukan sampaikan pula tujuan pedagogis dari pelajaran ini.
Menentukan ipotesis: Para peserta diklat harus selalu diharapkan untuk membuat hipotesis sendiri. al ini sebaiknya dilakukan dalam
kelompok‐kelompok kecil yang ditindaklanjuti dalam diskusi seluruh kelas. Anda harus mendorong mereka untuk merumuskna hipotesis
dengan benar.
Menentukan Prosedur: Setelah peserta diklat memiliki gagasan yang jelas tentang tujuan percobaan atau penelitian, mereka harus memiliki
ide tentang bagaimana untuk menemukan jawabannya. Menurut pengalaman dalam berbagai diskusi dalam kelas hipotesis yang
berbeda akan memberikan ide yang berbeda pula dalam menguji hipotesis mereka sendiri.
DRAFT
188
Kegiatan Pembelajaran 5
Strategi pembelajaran berbasis masalah SPBM
c
Strategi belajar berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran dengan menghadapkan peserta diklat pada permasalahan‐permasalahan praktis
sebagai pijakan dalam belajar. Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat suatu
permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara bersama‐sama, sehingga dari hal itu peserta didik diberi
kesempatan untuk menentukan topik pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas.
Ciri strategi pembelajaran berbasis masalah: SPBM merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam
implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta diklat. SPBM tidak mengharapkan peserta diklat hanya sekedar
mendengar, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siwa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah
data, dan menyimpulkan.
Aktifitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
Artinya, tanpa masalah maka tidak ada proses pembelajaran.
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah
adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah melalui
tahapan‐tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dalam penerapan strategi ini guru memberikan stimulasi kepada peserta didik dengan mengangkat suatu permasalahan yang nantinya dijadikan
sebagai topik masalah yang akan dikaji secara bersama‐sama. Sehingga dari hal ini peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik
permasalahan. Walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas.
DRAFT
189
Seni Budaya SD KK C
Dilihat dari aspek filosofinya SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Karena setiap manusia tidak akan
lepas dari masalah. Oleh karena itu dengan adanya SPBM ini diharapkan setiap peserta didik bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan
sering berlatih menyelesaikan masalah.
Dengan demikian maka harapan dari strategi SPBM ini adalah bisa meningkatkan mutu pendidikan. Khususnya dalam hal penyelesaikan
masalah yang selama ini kurang diperhatikan guru. Sehingga apabila anak menghadapi suatu masalah, anak tersebut akan terbiasa untuk
menyelesaikan masalahnya sendiri dengan baik, dan anak juga tidak akan canggung lagi ketika mereka menghadapi masalah.Berdasarkan hasil
penelitian Driscoll
, pada anak usia sekolah dasar kemampuan pemecahan masalah erat sekali hubungannya dengan kemampuan
pemecahan pemecahan masalah.
Karakteristik SPBM
SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah. Menurut Savoie dan ughes menyatakan bahwa strategi
belajar berbasis masalah memiliki beberapa karakteristik antara lain: Permasalahan yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata
peserta diklat. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan
menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri. Menggunakan kelompok kecil
Menuntut peserta diklat untuk mendemostrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.
Untuk mengimplementasikan SPBM guru perlu memilih pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa
diambil dari buku teks atau dari sumber‐sumber lain, misalnya peristiwa yang terjadi di lingkungan kita
DRAFT
190
Kegiatan Pembelajaran 5
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
d
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta diklat.
Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta diklat, akan tetapi peserta diklat dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman peserta diklat. Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir
peserta diklat melalui telaahan fakta‐fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.Dari pengertian di atas
terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini adalah
model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran bukan
sekedar peserta diklat dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, tetapi bagaimana peserta diklat dapat mengembangkan gagasan‐gagasan dan ide‐
ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaah fakta‐fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan
ide‐ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari‐ hari dan berdasarkan kemampuan anak untuk mendeskripsikan hasil
pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari‐hari. Ketiga, sasaran akhir strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah‐masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan
anak.
Strategi pembelajaran kooperatif
e
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta diklat dalam kelompok‐kelompok tertentu untuk
DRAFT
191
Seni Budaya SD KK C
mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: a adanya peserta
dalam kelompok, b adanya aturan kelompok, c adanya upaya belajar setiap kelompok, dan d adanya tujuan yang harus dicapai dalam kelompok
belajar. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model. Pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokantim kecil antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda heterogen yang sistem penilaiannya
dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan reward, jika menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Strategi pembelajaran kontekstual
f
Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan peserta diklat secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta diklat untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada tiga hal yang harus dipahami: Pembelajaran kontektual menekankan kepada proses keterlibatan
peserta diklat untuk menemukan materi. Pembelajaran kontektual mendorong agar peserta diklat dapat
menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata
Pembelajaran kontektualmendorong peserta diklat untuk dapat menerapkan dalam kehidupan.
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL.
Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada activating knowledge
Pembelajaran ntuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru acquiring
knowledge
DRAFT
192
Kegiatan Pembelajaran 5
Pemahaman pengetahuan understandingknowledge Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut applying
knowledge Melakukan refleksi reflecting knowledge
Peran Guru dalam pembelajaran kontektual Setiap peserta diklat mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar.
Perbedaan yang dimiliki peserta diklat tersebut dinamakan sebagai unsur modalitas belajar. Ada tiga tipe gaya belajar peserta diklat, yaitu tipe visual,
auditorial, dan kinestis. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat
pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan bagi setiap guru ketika menerapkan strategi pembelajaran kontekstual, yaitu:
Peserta diklat harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal‐hal yang baru dan penuh tantangan
belajar bagi peserta diklat adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal‐hal yang baru dengan hal‐hal yang sudah
diketahui
belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
Strategi pembelajaran afektif
g
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai value , yang
sulit diukur, karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri peserta diklat. Dalam batas tertentu memang afetif dapat muncul
dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan
DRAFT
193
Seni Budaya SD KK C
observasi yang terus menerus, hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan guru di sekolah tidak bisa disimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang
bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan
keluarga. Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan peserta diklat pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang
problematis. Melalui situasi ini diharapkan peserta diklat dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.
4. Metode pembelajaran