PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

(1)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN

KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI

TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR

NEGERI DABIN I KECAMATAN CILACAP TENGAH

KABUPATEN CILACAP

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat pada skripsi ini dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Hari, tanggal : Rabu, 3 Juni 2015 Tempat : Tegal


(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” oleh Luthfi Nurul Hidayathi 1401411575, telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 10 Juni 2015.

PANITIA UJIAN


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

1. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram (Qs.Ar-Ra’d ayat 28)

2. Segala hal yang berasal dari hati akan kembali ke hati. Bekerjalah, berjuanglah, berbicaralah dengan hatimu (Edvan M. Kautsar)

3. Kesulitan datang bersama kemudahan. Tidak mungkin hati dipedihkan tanpa pembahagiaan ( Mario Teguh)

Persembahan

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Ibu Siti Cholimah, Bapak Budiyono, adik-adikku, dan keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan doa. 2. Sahabat dan teman-teman yang

telah memberikan semangat dan motivasi.


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan belajar di Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan FIP Universitas Negeri Semarang yang

telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd., Koordinator PGSD UPP Tegal Universitas Negeri Semarang yang telah mempermudah administrasi dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Suhardi, M.Pd., Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun skripsi.

5. Kepala sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap Tengah yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.


(7)

vii

6. Seluruh guru sekolah dasar negeri di daerah binaan I Kecamatan Cilacap Tengah yang telah memberikan partisipasinya dalam penelitian ini.

7. Sahabat dan teman yang telah memberikan dukungan dan motivasinya.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan lindungannya kepada pihak-pihak yang terkait serta membalasnya dengan lebih baik.

Tegal, Mei 2015


(8)

viii

ABSTRAK

Hidayathi, Luthfi Nurul. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi berprestasi terhadap Kinerja Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Suhardi, M.Pd.

Kata Kunci: Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Motivasi Berprestasi; Kinerja Guru;

Guru merupakan suatu komponen penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Setiap guru pasti memiliki suatu kinerja. Kinerja guru memiliki peranan penting dalam pencapian tujuan suatu pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, antara lain adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi. Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ideal akan memberikan pengaruh terhadap kinerja guru. Selain itu, motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru juga merupakan suatu faktor internal yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja guru.

Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerj guru. Variabel yang diteliti dalam peneitian ini ada 3 yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai variabel bebas 1 (X1), motivasi berprestasi ebagai variabel bebas

2 (X2), dan kinerja guru sebagai variabel terikat (Y).

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 115 responden dengan sampel sebanyak 90 yang diambil melalaui teknik Simple Random Sampling.

Uji Prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji hipotesis meliputi uji analisis regresi berganda (R), uji analisis determinasi (R2), dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (Uji F).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru; (2) ada pengaruh antara motivasi berprestasi terhadap kinerja guru; (3) ada pengaruh antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru; (4) gaya kepemimpinan memberikan sumbangan pengaruh sebesar 13,2% terhadap kinerja guru ; (5) motivasi berprestasi memberikan sumbangan sebesar 27,7% terhadap kinerja guru; dan (6) gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi secara bersama-sama memberikan sumbangan pengaruh sebsear 28,7% terhadap kinerja guru.

Dengan demikian saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah kepala sekolah dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang ideal dan efektif dan hendaknya guru lebih menumbuhkan motivasi berprestasi untuk meningkatkan kinerja guru.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... ... i

Pernyataan ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Prakata ... vi

Abstrak ... viii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv

Bab ... 1

1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 9

1.4 Rumusan Masalah ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

2. KAJIAN PUSTAKA ... 13


(10)

x

2.1.1 Kinerja Guru... 13

2.1.2 Motivasi ... 26

2.1.3 Kepemimpinan ... 31

2.2 Hubungan Antar Variabel ... 46

2.3 Kajian Empiris ... 47

2.4 Kerangka Berpikir ... 53

2.5 Hipotesis Penelitian ... 57

3. METODE PENELITIAN ... 59

3.1 Desain Penelitian ... 59

3.2 Populasi dan Sampel ... 60

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 64

3.4 Variabel Penelitian ... 65

3.5 Definisi Operasional ... 66

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.7 Instrumen Penelitian ... 70

3.8 Teknik Analisis Data ... 76

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 84

4.2 Analisis Deskriptif ... 86

4.2.1 Kinerja Guru ... 86

4.2.2 Motivasi Berprestasi ... 92

4.2.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 97


(11)

xi

4.4 Uji Hipotesis ... 109

4.5 Pembahasan ... 124

4.5.1 Kinerja Guru ... 124

4.5.2 Motivasi Berprestasi ... 125

4.5.3 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 126

5. PENUTUP ... 129

5.1 Simpulan ... 129

5.2 Saran ... 130

Daftar Pustaka ... 132


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 61

3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 64

3.3 Skala Likert ... 71

3.4 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 73

3.5 Uji Validitas Angket Motivasi Berprestasi ... 73

3.6 Uji Validitas Angket Kinerja Guru ... 74

3.7 Uji Reliabilitas Variabel Kinerja Guru ... 75

3.8 Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Berprestasi ... 75

3.9 Uji Reliabilitas Variabel Gaya Kepemiminan Kepala Sekolah .. 76

4.1 Deskripsi Skor Variabel Kinerja Guru ... 87

4.2 Kategori Skor Variabel Kinerja Guru ... 89

4.3 Kriteria Skor Variabel Kinerja Guru Per Responden ... 89

4.4 Rekapitulasi Persentase Variabel Kinerja Guru ... 90

4.5 Deskripsi Skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 93

4.6 Kategori skor Variabel Motivasi Berprestasi ... 95

4.7 Kriteria Skor Variabel Motivasi Berprestasi Per Responden ... 95

4.8 Rekapitulasi Variabel Persentase Motivasi Berprestasi ... 96

4.9 Deskripsi Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah.. ... 98

4.10 Kategori Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah .. 100 4.11 Kriteria Skor Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah


(13)

xiii

Per Responden ... 101

4.12 Rekapitulasi Persentase Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 101

4.13 Hasil Uji Normalitas ... 104

4.14 Hasil Uji Linieritas X1 dan Y ... 105

4.15 Hasil Uji Linieritas X2 dan Y ... 105

4.16 Hasil Uji Multikolinearitas ... 106

4.17 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 107

4.18 Hasil Uji Autokorelasi ... 108

4.19 Tabel Durbin Watson ... 109

4.20 Hasil Analisis Regresi Linier X1 terhadap Y ... 110

4.21 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 111

4.22 Hasil Regresi Linier X2 terhadap Y ... 113

4.23 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 114

4.24 Hasil Analisis Regresi Linier X1 dan X2 terhadap Y ... 116

4.25 Hasil Perhitungan Nilai B Persamaan Regresi ... 117

4.26 Hasil Analisis Korelasi ... 120

4.27 Koefisien Determinasi X1 dan Y ... 121

4.28 Koefisien Determinasi X2 dan Y ... 121


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 135

2. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Uji Coba Soal ... 141

3. Daftar Nama Guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Sebagai Sampel Penelitian ... 143

4. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 148

5. Soal Uji Coba Instrumen ... 151

6. Skor Uji Coba Instrumen ... 165

7. Lembar Uji Coba Validitas Logis Instrumen Penelitian ... 175

8. Instrumen Penelitian ... 191

9. Perolehan Skor Instrumen Penelitian... 201

10. Lembar Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Bagi Guru ... 216

11. Deskriptor Pedoman Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 217

12. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X1)... 221

13. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (X2)... 222

14. Rekapitulasi Uji Validitas Angket Uji Coba (Y) ... 223

15. Hasil Output Uji Reliabilitas (X1)... 224

16. Hasil Output Uji Reliabilitas (X2)... 225

17. Hasil Output Uji Reliabilitas (Y) ... 226

18. Hasil Output Uji Normalitas ... 227

19. Hasil Output Uji Linieritas ... 228

20. Hasil Output Uji Multikolinearitas ... 229

21. Hasil Output Uji Heteroskedatisitas ... 230

22. Hasil Output Uji Autokorelasi ... 231

23. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X1 terhadap Y ... 232

24. Hasil Output Analisis Regresi Linier Sederhana X2 terhadap Y ... 233

25. Hasil Output Analisis Regresi Linier Berganda X1 dan X2 Terhadap Y ... 234


(16)

xvi

26. Hasil Output Analisis Korelasi Berganda ... 235

27. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X1 terhadap Y ... 236

28. Hasil Analisis Koefisien Determinasi X2 terhadap Y ... 237

29. Hasil Analisis Determinasi X1 dan X2 terhadap Y ... 238

30. Surat Ijin Mengadakan Penelitian dari PGSD UPP Tegal ... 239

31. Surat Keterangan Ijin Penelitian dari Kesbangpol Kabupaten Cilacap ... 240

32. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian dari SD Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah ... 241

33. Jadwal Penelitian ... 252


(17)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Menurut Sardiman (1992) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 113) Pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorag untuk menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Selanjutnya Hasibullah (2005) dalam Kurniadin dan Machali (2014:113) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha manusia yang dilakukan manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.

Pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan yang membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


(18)

Untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005) menyatakan ada delapan standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan. Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan adalah standar kopetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.

Guru sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran harus memiliki empat kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 mengenai kualifikasi dan kompetensi. Empat kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetesni profesional, dan kompetensi sosial. Dari empat kompetensi yang haru dimiliki oleh guru tersebut dapat menjadi gambaran mengenai kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.


(19)

3

Sianipar dalam Susanto (2013:28) menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis akan terlihat dari produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya.

Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 14) kinerja guru dapat diartikan sebuah tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kinerja guru yang baik memerlukan proses penilaian. Menurut Hasibuan dalam Rinawatitirin (2012) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 25) penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan untuk menilai perilaku pegawai dalam pekerjaan baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Menurut Mitchell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 26) menggambarkan bahwa kinerja seseorang dapat terbentuk oleh dua unsur yang salah satunya adalah motivasi. Motivasi yang dimiliki seseorang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan guna mencapai tujuan.

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012: 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang untuk melakukan serangkaian usaha guna memenuhi kebutuhan dan


(20)

mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sebagai suatu dorongan, motivasi akan memberikan suatu rangsangan yang baik kepada seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sehingga tujuan yang telah dicita-citakan dapat tercapai.

Salah satu dari wujud motivasi adalah keinginan untuk berprestasi. Menurut McClelland dalam Danim (2012: 32) kebutuhan berprestasi merupakan motif yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan lainnya. Seseorang yang dianggap memiliki motivasi berprestasi, ia akan melakukan serangkaian usaha agar dapat mengungguli yang lainnya.

Kaitannya dalam bidang pendidikan, motivasi berprestasi juga dapat dijadikan acuan bagi guru untuk meningkatkan kualitas kinerja. Tidak hanya sekedar mengajar saja, keinginan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan dalam diri seseorang juga perlu dimiliki oleh seorang guru. Motivasi yang dimiliki oleh seorang guru akan berpengaruh pada kinerjanya di sekolah.

Selain dari dalam diri seseorang, menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43) faktor yang mempengaruhi kinerja guru ada juga yang berasal dari luar. Diantaranya adalah kepemimpinan.

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum dengan maksud agar anggota kelompok yang menjadi bagian dari organisasi mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirancang ( Kurniadin dan Machali, 2014: 291).


(21)

5

Dalam konteks lembaga pendidikan, menurut Asmara (1985) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 292) peran kepemimpinan dilaksanakan oleh kepala sekolah. Kepemimpinan sekolah berarti mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Dalam pengembangan pendidikan, menurut Kurniadin dan Machali (2014: 292) kepemimpinan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu: (1) usaha untuk mengefektifkan organisasi pendidikan yang meliputi adanya etos kerja yang baik, manajemen yang terkelola dengan baik, mengusahakan tenaga pendidik yang memiliki ekspektasi yang tertinggi, mengembangkan tenaga pendidik sebagai model peran yang positif, memberikan perlakuan balikan positif pada anak didik, menyediakan kondisi kerja yang baik bagi tenaga pendidik dan staf usaha, memberikan tanggung jawab pada siswa, dan saling berbagi aktivitas antara pendidik dan anak didik;(2) mengusahakan lembaga pendidikan/ sekolah untuk berhasil (succeful school) yang meliputi pelaksanaan fungsi kepemimpinan dengan menempatkan implementasi kurikulum sebagai tujuan utama, menekankan pada kualitas pengajaran dan pembelajaran, memiliki tujuan yang jelas dan ekspektasi yang tinggi pada tenaga pendidik, mampu mengembangkan iklim organisasi dengan baik, melakukan monitoring dan evaluasi sebagai bagian dari budaya organisasi, mengelola pengembangan staf, dan melibatkan dukungan masyarakat dalam pengembangannya.

Dari data hasil penilaian kinerja guru yang telah dilakukan oleh penilai di beberapa sekolah dasar Dabin I, diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat


(22)

kompetensi guru sekolah dasar yang diperoleh sebesar 46,17. Hal ini menunjukkan tingkat kompetensi yang dimiliki guru tergolong cukup. Namun, ada beberapa guru yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang baik.

Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dhany Feby Nalasatria pada tahun 2013 dengan judul “Gaya Kepemimpinan kepala Sekolah dan Kinerja Guru: Bukti Empiris Dari Sekolah Menengah Atas Hang Tuah 1 Surabaya” memperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalisitis, kharismatis, dan demokratis memberikan pengaruh simultan yang signifikan terhadap kinerja guru dan yang paling berpengaruh adalah gaya kepemimpinan demokratis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wayan Murnayasa pada tahun 2014 dengan judul “Kontribusi Pelaksanaan Supervisi Pengawas Sekolah, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di SD Se Kecamatan Bangli”. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi teradap kinerja guru, dan terdapat kontribusi yang signifikan secara bersama-sama supervisi pengawas sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi beprestasi terhadap kinerja guru.

Kemudian penelitian yang lain telah dilakukan oleh Dendik Surya Wardana pada tahun 2013 dengan judul “Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru yang Sudah Disertifikasi” memperoleh hasil bahwa ada hubungan positif dan sangat


(23)

7

signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Sumbangan efektif yang diperoleh sebesar 87,7%, sisanya sebesar 12, 3% dipengaruhi variabel lain.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengawas Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah, pada tanggal 16 Januari 2015 mengatakan bahwa masih banyak guru SD Negeri di Dabin I yang memiliki kinerja yang kurang, hal ini dikarenakan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru masih rendah. Selain itu di Dabin I, gaya kepemimpinan kepala sekolah bervariasi macamnya. Dengan gaya kepemimpinan yang bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi bermacam-macam. Ada yang baik ada pula yang masih kurang.

Kemudian, wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah pada tanggal 15 April 2015 yang mengatakan bahwa kinerja guru di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang kurang maksimal diantaranya disebabkan masalah waktu. Selain itu, motivasi berprestasi yang belum digali secara mendalam oleh para guru menyebabkan kinerja guru menjadi kurang maksimal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah-masalah dalam penelitan ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.


(24)

(1) Kinerja sebagian guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang masih kurang dan perlu ditingkatkan.

(2) Gaya kepemimpinan kepala sekolah yang bervariasi membuat perbedaan pada kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.

(3) Motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang belum digali secara mendalam.

(4) Pola pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru masih beragam bentuknya.

(5) Belum diketahuinya gaya kepemimpinan yang ideal bagi kepala sekolah. (6) Perubahan dari kinerja guru sebelum dan sesudah pembinaan yang dilakukan

oleh kepala sekolah belum terlihat.

(7) Lokasi SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah yang jauh dari pusat kota membuat kinerja sebagian guru menjadi tidak maksimal.

1.3

Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi cakupan permasalahan yang diteliti yaitu mengenai pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi terhadap kinerja guru.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.


(25)

9

(1) Bagaimanakah tingkat gaya kepemimpinan sekolah yang ada di SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(2) Bagaimanakah tingkat motivasi berprestasi guru di SD Negeri Dabin I Kacamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(3) Bagaimanakah tingkat kinerja guru di SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(4) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(5) Adakah pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(6) Adakah pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(7) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(8) Seberapa besar pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?

(9) Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap?


(26)

1.5

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

(1) Untuk mendeskripsikan tingkat gaya kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(2) Untuk mendeskripsikan tingkat motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(3) Untuk mendeskripsikan tingkat kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(4) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(5) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.

(6) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(7) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.


(27)

11

(8) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

(9) Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.

1.6

Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara praktis ditujukan bagi peneliti, bagi guru, dan bagi kepala sekolah.

1.6.1Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitain ini untuk memberikan informasi pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru. Dan menjadi gambaran bagi peneliti mengenai kinerja guru yang baik ketika telah menjadi guru nantinya.

1.6.2Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi peneliti, pendidik, dan kepala sekolah.

1.6.2.1Bagi Kepala Sekolah

Diharapkan dapat menjadi masukan dalam kepemimpinan yang baik untuk meningkatkan kinerja guru.


(28)

1.6.2.2Bagi Pendidik

(1) Diharapkan dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan motivasi berprestasi.

(2) Dapat meningkatkan kinerja guru supaya lebih baik lagi. 1.6.2.3Bagi Peneliti

Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang manajemen pendidikan.


(29)

13

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Pada bagian ini akan diuraikan tentang landasan teori, hubungan antar variabel, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2.1 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kinerja guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi berprestasi.

2.1.1 Kinerja Guru

T. Aritonang (2005) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 12) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam upaya mencapai tujuan yang hendak dicapai.

Sementara itu, menurut Munir (2008:30) kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga.

Menurut Wahjosumidjo dalam Munir (2008: 30) kinerja adalah sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.


(30)

Menurut Susanto (2013: 27) kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas dengan bidang, dan hasil yang diperoleh dengan baik.

As’ad dalam Munir (2008: 31) berpendapat bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan ini berkaitan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya.

Dari definisi kinerja yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya demi mewujudkan tujuan di dalam unit kerja.

Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegitan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.

Natawijaya (1999) dalam Susanto (2013: 29) menjelaskan bahwa kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas dan termasuk bagaimana guru mempersiapkan dan mengevaluasi.

Menurut Rusman (2013: 50) Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.

Berkaitan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman (2013: 51) menjelaskan bahwa:


(31)

15 Standar Kinerja Guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) Bekerja dengan siswa secara individual; (2) Persiapan dan perancanaan pembelajaran; (3) Pendayagunaan media pembelajaran; (4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan (5) Kepemimpinan yang aktif dari guru.

Dalam dunia pendidikan, kualitas guru sangat diperlukan. Salah satunya adalah kualitas kinerja guru. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal (1) ayat (1) menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.

Suprihatiningrum (2012: 24) menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jenjang pendidikan tertentu.

Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, terutama sebagai guru profesional


(32)

yang harus menguasai benar tentang pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.

Menurut Glasser dalam Rusman (2013:51), berkenaan dengan kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasi guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar.

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang khusus yang memerlukan prinsip-prinsip professional, diantaranya:

(a)Memiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa dan idealisme; (b) Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya;(c) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya; (d) Mematuhi kode etik profesi; (e) Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (f) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (g) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan; (h) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya; (i) Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan seorang guru dikatakan professional, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu dilihat dari tingkat pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai guru. Yang kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, pengelolaan terhadap kelas, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan siswa.

Tugas dan peran guru tidaklah hanya sebatas di dalam masyarakat, namun pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.


(33)

17 2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja guru, diantaranya faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah yang bersumber dari personal/ individu yang meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru.

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang guru. Menurut Barnawi dan Arifin (2014: 43) faktor dari luar yang dapat mempengaruhi kinerja guru, yaitu: (1) gaji yang merupakan salah satu bentuk dari apresiasi atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang guru. ; (2) sarana dan prasarana merupakan semua perangkat dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. ; (3) lingkungan kerja fisik yang meliputi pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan. ; dan (4) kepemimpinan yang dapat dilihat dari gaya kepemimipinan kepala sekolah. Gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan.

2.1.1.2 Fungsi dan Peranan Guru

Pendidikan merupakan suatu sistem karena memiliki ciri-ciri sistem yang diantaranya adalah memiliki komponen yang saling mempengaruhi dan mempunyai tujuan yang sama. E. Mulyasa dalam Susanto (2013: 32) mengemukakan bahwa peran dan fungsi guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah, peran dan fungsi tersebut yaitu:


(34)

(1) Sebagai pendidik dan pengajar, yakni guru secara otomatis adalah sebagai pendidik dan pengajar yang harus memiliki kestabilan emosi, cita-cita, dan keinginan untuk memajukan muridnya.

(2) Sebagai anggota masyarakat, yaitu setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.

(3) Sebagai pemimpin, yaitu setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki kepribadian.

(4) Sebagai administrator, yaitu guru akan dihadapkan pada tugas adminstrasi yang harus dikerjakan, sehingga diperlukan pribadi yang jujur, teliti, dan rajin.

(5) Sebagai pengelola pembelajaran, yaitu guru harus mampu menguasai berbagai metode dan memahami situasi belajar mengajar.

2.1.1.3 Kriteria Kinerja Guru

Seseorang yang berorientasi pada kinerja harus memiliki kriteria-kriteria tertentu.Menurut Hradesky dalam Susanto (2013: 30) kroteria-kriteria individu yang berorientasi pada kinerja meliputi:

a) Kemampuan intelektual, yaitu suatu kemampuan yang meliputi kapasitas yang digunakan untuk berpikir secara logis, praktis, dan menganalisis sesuai konsep dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara jelas.

b) Ketegasan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis kemungkinan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti secara tepat.


(35)

19 c) Semangat, yaitu seorang guru perlu memiliki upaya untuk bekerja secara aktif

dan tidak mengenal lelah.

d) Berorientasi pada hasil, yaitu keinginan dari dalam diri guru untuk mencapai suatu hasil dan menyelesaikan tugas dengan baik.

e) Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu seorang guru perlu melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri yag tinggi serta memiliki kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab.

f) Keterampilan interpersonal, yaitu kecenderungan yang dimiliki guru untuk menunjukkan perhatian pemahaman dan kepedulian terhadap orang lain. g) Keingintahuan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk

melakukan usaha-usaha yang rumit secara obejktif dan cepat dalam menilai sesuatu secara kritis.

h) Produktif, merupakan kemampuan guru untuk melakukan inisiatif secara mandiri dengan mengantisipasi permasalahan dan menerima tanggung jawab pekerjaan.

i) Keterbukaan, adalah kemampuan guru untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara langsung dan apa adanya.

j) Pemberdayaan kemampuan, yaitu suatu sikap percaya diri untuk selalu siap melaksanakan tugas dan memberi kepercayaan atas kemampuan orang lain dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.

k) Teknis dan pengetahuan, keterampilan, keputusan, perilaku, serta tanggung jawab merupakan perilaku yang dijadikan sebagai kriteria yang perlu dimiliki guru agar kinerjanya dapat meningkat lebih baik lagi.


(36)

Dari kriteria-kriteria di atas, guru yang memiliki kinerja yang baik adalah guru yang memiliki kriteria tersebut sehingga tugas mengajar adalah sebagai tugas mulia yang diemban dengan sepenuh hati. Selanjutnya Hradesky dalam Susanto (2013: 31) mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dikategorikan sebagai unjuk kerja yang dicapai yaitu berupa kualitas individu yang diperlihatkan sebagai bagian dari tanggung jawab didalam pekerjaan.

Kriteria-kriteria tersebut akan menjadikan kualitas kinerja guru menjadi lebih baik. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam Undang-Undang tersebut, standar kompetensi guru dikembangkan menjadi empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan Kompetensi profesional.

Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, serta pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.

Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi yang berkenaan dengan tugas sebagai seorang guru yang harus didukung oleh suatu perasaan bangga dengan tugas yang dimiliki guru yang berguna untuk mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas dimasa depan. Dalam kompetensi kepribadian seorang guru perlu memiliki tingkat kedisiplinan diri yang baik. Karena, selain mengajarkan tentang


(37)

21 materi pelajaran, guru juga harus mampu membelajarkan sikap kedisiplinan kepada siswa, mengajarkan siswa agar lebih rajin membaca, dan melatih siswa untuk menghargai waktu dengan melakukan hal-hal yang positif.

Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang berkaitan dengan hubungan guru dengan masyarakat dan siswa. Di mata masyarakat dan siswa, guru merupakan seorang panutan yang perlu dicontoh dan menjadi suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang memiliki kemampuan sosial dengan baik akan lebih menjalin hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat.

Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang dimiliki oleh guru berkaitan dengan proses pembelajaran. Tugas seorang guru adalah mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu sebagai guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Dalam penyampaian pelajaran, guru juga harus dapat memberikan suasana yang mendukung agar siswa aktif dan memperhatikan dengan baik, sehingga dapat mendorong siswa untuk senang bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar.

2.1.1.4 Penilaian Kinerja Guru

Menurut Rusman (2013: 93), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, manganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secara berkesinambungan.


(38)

Menurut S.P Hasibuan dalam Rinawatiririn (2012) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 25) penilaian kinerja adalah evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja, dan potensi pengembangan yang telah dilakukan oleh seseorang.

Penilaian digunakan sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian yang dimaksud tidak hanya bergantung dari hasil akhir, tetapi pada proses juga menjadi bagian penting dalam suatu peniaian. Penilaian yang dilaksanakan secara berkelanjutan akan lebih baik daripada yang dilaksanakan hanya satu kali. Karena dengan berkelanjutan, kinerja guru dapat diketahui perkembangannya.

Secara umum, menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 26) penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu:

(1) Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan untuk proses pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah.

(2) Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukan pada saat tersebut.

T.R. Mitchcell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan (2008) dalam Barnawi dan arifin (2014: 26) menjelaskan mengenai teori dasar yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru yaitu:


(39)

23 Rumusan tersebut menunjukkan gambaran bahwa kinerja seseorang akan terwujud oleh dua unsur, yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi merupakan faktor pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu. Abilitas adalah factor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja.

Menurut Ditjen PMPTK (2010) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 28) Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil penilaian dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian yang berkaitan dengan empat kompetensi yang harus dimiliki.

2.1.1.5 Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar

Guru adalah komponen penting yang menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar memberikan materi pelajaran kepada siswa, namun guru memiliki empat tugas yang dilaksanakan yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih.

Menurut Natawidjaya dalam Susanto (2013: 34) kinerja mengajar adalah seperangkat perilaku nyata guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswa. Dalam memberikan pelajaran, guru tidak boleh hanya sekedar mentransfer ilmu kepada siswa. Lebih dari itu, guru perlu melakukan tiga kegiatan pokok yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran.


(40)

(1) Merencanakan Pembelajaran

Perencanaan perlu dilakukan oleh guru sebelum memulai pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan dapat berlangsung dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan (Susanto, 2013: 37). Untuk membuat perencanaan pembelajaran yang baik guru harus mempertimbangkan berbagai aspek yang ada pada siswa.

Indikator untuk merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut. a) merumuskan tujuan pembelajaran; b) memilih dan mengembangkan bahan pelajaran; c) merencanakan kegiatan belajar, termasuk merencanakan pendekatan dan metode mengajar, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, serta alat dan sumber belajar; dan d) merencanakan penilaian (Susanto, 2013: 40).

(2) Melaksanakan Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tugas pokok kedua guru adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan inti dari keseluruhannya. Guru berperan aktif untuk menyampaikan materi, pesan, dan informasi yang harus diterima oleh siswa. Jika proses pelaksanaan pembelajaran tidak berhasil, maka secara langsung tujuan pembelajaran akan gagal.

Pada pelaksanaan pembelajaran ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan guru, yaitu: a) membuka pelajaran; b) menyampaikan materi pelajaran; dan c) menutup pelajaran.


(41)

25 Tugas pokok guru yang ketiga adalah mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan mengevaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perolehan belajar siswa secara menyeluruh yang meliputi pengetahuan, konsep, nilai, maupun proses.

Menurut Utomo (2008) dalam Susanto (2013: 51), evaluasi pembelajaran berguna untuk mengetahui besarnya keefektifan pembelajaran dan evaluasi yang dilakukan setiap akhir kegiatan pembelajaran akan bermanfaat untuk mendeteksi siswa yang masih belum memahami dan mengalami kesulitan.

Kegiatan evaluasi dapat dilakukan setiap akhir pembelajaran, dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan akhir. Selain kegiatan tersebut guru juga data melakukan evaluasi dalam bentuk lain yaitu dengan melakukan penilaian proses.

M. Uzer Usman (1994) dalam Susanto (2013: 52) menyatakan bahwa penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses belajar mengajar berlangsung oleh guru dengan cara memberikan umpan balik kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Hal ini akan mengembangkan sikap-sikap yang dikehendaki seperti: kreativitas, kerja sama, tangggung jawab, dan sikap disiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

2.1.2 Motivasi

Motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sabagai daya penggerak dari dalam dan


(42)

di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif”itu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.

Menurut Mc. Donald dalam Sardiman (2012:73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Hadari Nawawi dalam Kurniadin dan Machali (2014:333), motivasi (motivation) berakar dari motif (motive) yang berarti dorongan sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu, biasanya motif itu diwujudkan dalam berbagai tingkah laku seseorang. Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuan, dengan pengertian tercapainya tujuan perusahaan berarti tercapai pula tujaun pribadi para anggota perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Danim (2012: 2) motivasi adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar untuk melakukan serangkaian usaha guna mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya.


(43)

27 Ada beberapa faktor pembentuk motivasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktvitas kerja yang berpengaruh pada pencapaian tujuan, antara lain; (1) kemungkinan untuk berkembang; (2) jenis pekerjaan; (3) Perasaan bangga yang dimiliki sebagai bagian dari tempat individu bekerja.

2.1.2.1 Motivasi Berprestasi

Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan baik biila diberi kesempatan dan dorongan yang tepat (Kurniadin dan Machali, 2014: 337). Ada berbagai macam teori motivasi yang diantaranya adalah teori motivasi berprestasi. Teori motivasi menurut McClelland dalam Kurniadin dan Machali (2014: 347) adalah kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan untuk berhasil, dan berkaitan dengan sejauh mana orang termotivasi untuk melaksanakan tugas.

Menurut Usman (2008: 259) Motivasi berprestasi adalah sebuah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. McClelland dalam Usman (2008: 259) membagi tiga kebutuhan dalam teori motivasinya. Salah satu dari kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan prestasi (need of achievement) yang disingkat dengan n Ach. Alat ukur n Ach tlah dikembangkan oleh Murray (1943) dengan nama Thematic Apperception Test (TAT) yang kemudian dikembangkan oleh McClleland (1953). Ciri penting dari n Ach adalah kebutuhan itu dipelajari. Suatu n Ach yang mulanya rendah akan meningkat setelah mendapatkan pelatihan atau pengalaman.


(44)

Pada teori ini, orang yang memiliki needs of achievement tinggi adalah orng yang selalu memiliki pola pikir tertentu ketika merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, yaitu dengan mempertimbangkan pekerjaan yang dilakukan cukup menantang atau tidak . Yang selanjutnya adalah seseorang yang bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai bagian dari konsekuensi usaha untuk mencapai tujuan, berani mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari informasi untuk mengukur kemajuan, dan menginginkan kepuasan dari hasil yang telah diraih.

Menurut McClelland dalam Usman (2008: 260) orang yang memilliki motif berprestasi tinggi bercirikan antara lain; (1) bertanggung jawab atas segala perbuatan, mengatikan diri pada karir dan masa depan serta tidak menyalahkan orang lain dalam kegagalan; (2) berusaha mencari umpan balik atas perbuatan dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan untuk memperbaiki diri; (3) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan melebihi orang lain dan menciptakan yang terbaik; (4) berusaha melakukan sesuatu secara inovatif dan kreatif dan mampu mewujudkan gagasan dengan baik dan kurang menyenangi system yang membatasi gerak ke arah yang lebih positif; (5) pandai mnegatur waktu dan tidak menunda pekerjaan; dan (6) bekerja keras dan bangga dengan hasil yang dicapai.

Selanjutnya seseorang yang memiliki motivasi tinggi biasanya akan berusaha untuk mengungguli yang lain, Karakteristik orang yang berprestasi tinggi menurut Danim (2012: 33) sebagai berikut.


(45)

29 (1) Berani Mengambil Risiko Moderat, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang berada diantara risiko tertinggi dan risiko terendah. Mereka akan mempunyai cara yang lebih inovatif dalam menyelesaikan permasalahan.

(2) Menghendaki umpan balik segera (immediate feedback), yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan sering mencari informasi mengenai kinerjanya selama ini. Penyampaian informasi tersebut berupa kelebihan dan kekurangan yang dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan prestasi yang lebih baik dari kondisi saat ini.

(3) Keberhasilan diperhitungkan secara teliti, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan lebih mengutamakan pencapaian tugas yang diberikan daripada memperhitungkan imbalan yang diperoleh. Seseorang akan lebih puas secara intrinsik dengan pencapaian kerjanya daripada imbalan materi atau hadiah yang istimewa.

(4) Mengintegral dengan tugas, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan menerima tugas sebagai bagian dari hidupnya. Tugas yang dhadapi kepadanya dipandang sebagai kewajaran bukan sebagai beban. Orang-orang seperti ini biasanya bersikap tidak sengaja menunda separuh pekerjaan, bersahabat, realistik, dan mengutamakan kemampuan individu.

2.1.2.2Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi

Motivasi berprestasi merupakan salah satu bagian dari teori motivasi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja, menurut Kurniadin dan Machali (2014:


(46)

351) ada beberapa model motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai pendekatan kepada guru antara lain:

(1) Model tradisional, yaitu bentuk usaha yang ditempuh oleh kepala sekolah untuk membuat guru menjalankan pekerjaan yang terasa membosankan menjadi menyenangkan.

(2) Model hubungan manusiawi, yaitu kepala sekolah lebih menekankan cara memotivasi guru dengan cara mengakui kebutuhan sosial guru untuk meningkatkan kepuasan kerja.

(3) Model sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah tidak hanya bertugas untuk memberikan guru dengan upah saja, namun kepala sekolah juga harus mengembangkan rasa bersama dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1.2.3Upaya yang Dilakukan Pemimpin untuk Memotivasi Guru

Demi mencapai tujuan dalam suatu kegiatan, pemimpin tidak hanya diam dan memerintah anggota kelompok, tetapi perlu adanya pemberian motivasi yang dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin harus mengetahui cara-cara yang tepat untuk meningkatkan kinerja anggota kelompoknya. Menurut Danim (2012: 41) ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh pemimpin untuk meningkatkan motivasi dan cara tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah, antara lain:

(1) Rasa hormat, yaitu seorang kepala sekolah dapat memberikan rasa hormat dan penghargaan secara adil kepada guru yang dilakukan atas dasar prestasi, kepangkatan, dan pengalaman.

(2) Informasi, yaitu seorang kepala sekolah senantiasa memberikan informasi yang berkaitan dengan aktivitas organisasi, terutama mengenai suatu


(47)

31 pekerjaan dan cara untuk mengerjakannya. Informasi hendaknya diberikan secara edukatif dan persuasif.

(3) Perilaku, yaitu seorang kepala sekolah yang baik akan memberikan contoh perilaku yang diharapkan oleh guru.

(4) Hukuman, yaitu kepala sekolah hendaknya memberikan hukuman kepada guru yang bersalah secara terpisah dengan anggota yang lain. Hukuman yang diberikan hendaknya dapat menjadikan guru lebih baik lagi.

(5) Perintah, yaitu kepala sekolah yang baik akan memberi perintah secara tidak langsung. Kepala sekolah memberikan perintah seperti akan mengajak dan lebih baik lagi jika diawali dengan pemberian contoh.

(6) Perasaan, yaitu interaksi yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru hendaknya dilakukan dengan kata-kata yang lembut disertai rasa bersahabat dan rasa partisipasi yang membuat rasa nyaman.

2.1.3 Kepemimpinan

Menurut Robbins (1991) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289) kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi sekelompok anggota agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang didudukinya dalam suatu organisasi.

Menurut Kotter (1997) dalam Kurniadin dan Machali (2014: 289) Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang terutama ditujukan untuk


(48)

menciptakan organisasi atau menyesuaikannya terhadap keadaan-keadaan yang jauh berubah.

Mulyasa (2003) dalam Sutomo dkk (2011: 80) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.

Terry dan Rue (1985) dalam Usman (2008: 274) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada di dalam diri pemimpin untuk memengaruhi orang lain yang bekerja secara bersama-sama secara sadar berkaitan dengan hubungan tugas yang dikehendaki.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses yang dilakukan untuk mempengaruhi sekelompok anggota yang digunakan untuk memfasilitasi individu dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2.1.3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada seorang pemimpin. Keberhasilan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut Suprihatiningrum (2012: 275) kepemimpinan pendidikan secara umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan memaksa orang lain agar dapat menerima pengaruh dari orang lain.


(49)

33 Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka mengarahkan tujuan dan menggerakan organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

U. Husna Asmara (1985) dalam Locke dalam Kurniadin dan Machali (2014: 292) berpendapat bahwa kepemimpinan pendidikan adalah segenap kegiatan dalam usaha memengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab, dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Kepala sekolah mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah; dan kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab untuk keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dengan caa melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya.

Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan yaitu memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai, bersemangat, jujur, cakap dalam memberi bimbingan, cepat serta bijaksana dalam mengambil keputusan, cerdas, dan cakap dalam hal mengajar serta menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya.


(50)

2.1.3.2 Fungsi Kepemimpinan

Secara operasional, fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu:

(1) Fungsi instruksi, yaitu pemimpin sebagai komunikator dimana perintah yang disampaikan dan dikerjakan agar keputusan dilaksanakan secara efektif. (2) Fungsi konsultasi, bersifat komunikasi dua arah yaitu antara pemimpin dan

yang dipimpinnya dalam hal untuk menetapkan keputusan.

(3) Fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan anggota yang dipimpinnya. Dalam pengambilan keputusan pemimpin juga mengikutsertakan anggotanya tetapi masih tetap dalam pengawasan pemimpin.

(4) Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang untuk menetapkan keputusan, baik melalui maupun tanpa melalui persetujuan dari pemimpin.

(5) Fungsi pengendalian, dalam hal ini kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi sehingga tujuan bersama dapat tercapai.

Selain fungsi operasional, seorang pemimpin juga memiliki fungsi yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan. Menurut Indrafachrudi (2006:4) fungsi pemimpin yang berkaitan dengan pekerjaan yang sehat dan menyenangkan yaitu:


(51)

35 (1) Pemimpin berfungsi untuk memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok. Pekerjaan akan terasa lebih mudah mencapai tujuan apabila dikerjakan secara bersama-sama.

(2) Pemimpin berfungsi untuk mengusahakan tempat kerja yang menyenangkan, sehingga ada semangat bekerja yang ditunjukkan oleh pelaksana kerja. Pemimpin memberikan rasa kepercayaan yang harus diketahui oleh anggota kelompok.

(3) Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota sehingga mereka menjadi nyaman dan merasa menjadi bagian dalam kelompok. Hal ini akan membangkitkan semangat anggota kelompok dalam bekerja.

(4) Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang ada bukan untuk berkuasa, tetapi untuk memberi motivasi kepada anggota kelompok sebagai acuan untuk menuju pencapaian tujuan bersama.

Kemudian Karwati dan Priansa (2013: 164) mengemukakan ada dua fungsi pokok dari seorang pemimpin yang dapat menciptakan sekolah efektif, antara lain:

(1) Task Related/ Problem Solving Function

Kepala sekolah harus memberikan saran dan mampu memecahkan berbagai masalah yang muncul, serta memberikan sumbagan informasi dan pendapat bagi segala permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah.

(2) Group Maintance Function/ Sosial Function

Kepala sekolah membantu sumber daya yang ada di sekolah agar mampu beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan atau menjadi kepentingan guru, staf, dan pegawai lain yang ada di sekolah.


(52)

2.1.3.3 Ciri dan Sifat Kepala Sekolah sebagai Pemimpin

Menurut George R. Terry( 1997) dalam Karwati dan Priansa (2013: 173-4), ada delapan ciri dan sifat kepala sekolah sebagai pemimpin, antara lain:

(1) Energik, yaitu kepala sekolah harus memiliki mental dan fisik yang kuat untuk memimpin pegawai.

(2) Stabilitas Emosi, yaitu kepala sekolah tidak boleh cepat marah dan berprasangka buruk kepada pegawai. Selain itu, kepala sekolah juga harus mampu mengelola emosinya.

(3) Hubungan Sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki pengetahuan tentang cara-cara bermasyarakat yang baik dan tepat.

(4) Motivasi pribadi, yaitu seorang kepala sekolah harus bisa memotivasi diri sendiri agar menjadi pemimpin yang besar dan baik.

(5) Keterampilan Komunikasi, yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik kepada pegawainya dan masyarakat.

(6) Keterampilan mengajar, yaitu kepala sekolah memiliki kemampuan untuk mengajarkan, menjelaskan, dan mengembangkan potensi pegawainya.

(7) Keterampilan sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki rasa tanggap terhadap keadaan sekitar. Senang menolong dan luwes dalam pergaulan dengan pegawai dan masyarakat.

(8) Komponen teknis, yaitu kepala sekolah mempunyai kecakapan dalam menganalisis, merencanakan, menyusun konsep, mengorganisasi, mendelegasikan, wewenang, dan mengambil keputusan.


(53)

37 2.1.3.4 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memengaruhi pengikutnya. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan yang khas dan berbeda satu dengan lainnya.

Kurniadin dan Machali (2014: 301) mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.

Sementara itu, menurut Thoha (1995) dalam Sutomo dkk (2011: 84) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat.

Menurut Sutomo dkk (2011: 84) gaya kepemimpinan adalah pola perilaku pemimpin yang khas saat mempengaruhi anak buahnya.

Dari beberapa pengertian mengenai gaya kepemimpinan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku khas yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya yang betujuan agar sasaran organisasi tercapai.

Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, dan kepribadian sendiri yang khas. Ini akan mempengaruhi gaya atau style perilaku memimpinnya.

Gaya kepemimpinan adalah pola yang menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang nampak maupun tidak merupakan bagian dari keyakian pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Secara umum, menurut Karwati dan Priansa (2013: 178-9) gaya kepemimpinan paling luas dikenal gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan Laissez faire.


(54)

(1) Gaya Kepemimpinan Otoktratis

Gaya kepemimpinan otokratis ini meletakkan seorang kepala sekolah sebagai sumber kebijakan. Kepala sekolah memandang guru, staf, dan pegawai lain sebagai hanya menerima instruksi dari kepala sekolah dan tidak diperkenankan untuk membantah. Tipe kepemimpinan otokratis memandang bahwa segala sesuatu ditentukan oleh kepala sekolah sehingga keberhasilan sekolah terletak dari kepala sekolah.

(2) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis menyajikan ruang kesetaraan dalam pendapat. Guru, staf, dan pegawai memiliki hak untuk berkontribusi dalam tanggungjawab yang diembannya dan merupakan bagian dari keseluruhan sekolah sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabat. Kepemimpinan demokratis menempatkan kepala sekolah sebagai seseorang yang mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi, serta mengkoordinasikan berbagai pekerjaan yang diemban guru, staf, dan pegawai lainnya.

(3) Gaya Kepemimpinan Laissez Fairre

Gaya kepemimpinan Laissez fairre memberikan kebebasan mutlak kepada guru, staf, dan pegawai lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah bersifat pasif dan tidak memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya.

Dalam teori kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan akan efektif jika disesuaikan dengan tingkat kematangan. Kematangan adalah kemampuan dan


(55)

39 kemauan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan.

Menurut Mulyasa dalam Kurniadin dan Machali (2014: 307) gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antar perilaku tugas dan hubungan antara lain:

(1) Gaya mendikte (telling), yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas.

(2) Gaya menjual, yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam taraf rendah sampai moderat. Pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak, diperlukan hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan kemauan.

(3) Gaya melibatkan diri (participating), yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah memiliki tingkat kematangan moderat hingga tinggi. Dalam gaya ini anak buat turut berperan dalam mengambil keputusan.

(4) Gaya mendelegasikan (delegating) yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan tinggi.

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai fungsi tertentu yang digunakan untuk suatu hal. Begitu juga dengan kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial karena diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.


(56)

2.1.3.5 Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal

Dalam kegiatan pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pemimpin yang mempunyai tugas dan fungsi yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di sekolah dasar yang dipimpinnya. Kebijakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memberdayakan guru menjadi sangat penting untuk membangun kinerja guru yang unggul dan produktif.

Larry Lashway dalam Mulyasa (2011: 48) mengetengahkan pada Facilitative Leader, yang intinya merupakan kepemimpinan yang menitikberatkan pada collaboration dan empowerment. Kemudian, David Menurut Conley and Paul Goldman (1994) dalam Mulyasa (2011: 48) facilitative leadership sebagai “the behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve problems, and impove performance.

Model kepemimpinan diatas diharapkan dapat mendorong guru dan warga sekolah dapat memberdayakan dirinya, dan membentuk tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diemban.

Kepemimpinan fasilitatif merupakan model alternative yang digunakan untuk mengahadapi tantangan masa depan era globalisasi dan teknologi informasi. Inti dari model kepemimpinan fasilititaif adalah merujuk pada upaya pemberdayaan setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggungjawab dalam pendidikan sekolah.

Menurut Tery (1972) dalam Mulyasa (2011: 49) untuk dapat memberdayakan individu dalam tingkat persekolahan, kepala sekolah sebaiknya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan (create on environment condusive


(57)

41 to empowerment), memperlihatkan idealisme pemberdayaan (demonstrates empowerment ideals), penghargaan terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages all endeavors toward empowerment), dan penghargaan terhadap keberhasilan pemberdayaan (applauds all empowerment successes).

Pola kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya sekadar untuk melaksanakan tugas rutin yang sama saja dari hari ke hari. Kepala sekolah juga memerlukan standar kinerja. Standar kinerja ini bersifat dinamis yang selalu bisa ditigkatkan, sehingga terjadi peningkatan mutu secara berkelanjutan. Agar lembaga pendidikan mempunyai bagian dari era globalisasi, menurut Mulyasa (2011: 49) perlu adanya kepala sekolah ideal yang memiliki ciri khusus sebagai berikut.

(1) Fokus pada kelompok yaitu kepemimpinan kepala sekolah lebih mengarah pada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing, tidak hanya fokus pada individu.

(2) Melimpahkan wewenang, kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan lebih baik jika kepala sekolah yang memutuskan.

(3) Merangsang kreativitas, upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja pada dasarnya diperlukan adanya perubahan cara kerja. Seorang pemimpin tidak selayaknya memaksakan ide-ide lama yang sudah terbukti tidak dapat menghasilkan mutu kinerja seperti yang diharapkan.

(4) Memberi semangat dan motivasi, yaitu seorang kepalas sekolah selalu mendambakan pembaharuan karena tahu bahwa hanya dengan pembahuruan


(58)

akan dapat dihasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Semua ini dilakukan melalui proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi.

(5) Memikirkan program penyertaan bersama, yaitu seorang kepala sekolah harus mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, dan unit-unit organisasi. Melalui sistem kerja yang didasari oleh kerjasama tim, kelompok atau unit akan menjadi pemikiran para kepala sekolah.

(6) Kreatif dan proaktif, yaitu kepala sekolah harus selalu bertindak kreatif dan proaktif yang bersifat preventif dan antisipatif. Kepala sekolah tidak hanya mengambil tindakan bila sudah terjadi masalah, namun selalu bertindak kreatif dan proaktif untuk mencegah munculnya masalah dan kesulitan di masa yang akan datang.

(7) Memperhatikan sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah perlu memperhatikan guru-guru sebagai sumber daya manusai yang berperan penting dalam pendidikan. Pemberdayaan dilakukan agar kemampuan guru meningkat dari waktu ke waktu.

(8) Membicarakan persaingan, yaitu dalam melaksanakan tugas, kepala sekolah dianjurkan untuk melakukan pembandingan dengan sekolah lain. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu sekolah lain bahkan senantiasa berusaha untuk melampaui mutu sekolah lain. Apabila kepala sekolah sedang membicarakan mutu sekolah lain dan berusaha untuk menyamai atau melebihi, berarti kepala sekolah sedang membicarakan persaingan.


(59)

43 (9) Membangun karakter, yaitu suatu karakter organisasi tercermin dari pola

sikap dan perilaku orang-orangnya. Budaya organisasi juga dijadikan cerminan dalam membangun karakter. Budaya organisasi akan menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi yang perlu dibina.

(10) Kepemimpinan yang tersebar, yaitu seorang kepala sekolah hendaknya tidak berusaha untuk memusatkan kepemimpinan pada diri sendiri, tetapi juga harus menyebarkan kepemimpinan pada orang lain dan menyisakan pada dirinya apa yang harus dipegang oleh seorang pemimpin. Pengambilan kebijakan organisasi tetap berada di tangan kepala sekolah, namum untuk hal-hal yang bersifat operasional atau teknis disebarkan kepada lain sesuai dengan kedudukan dan tugasnya. Jadi ketergantungan lembaga pada pimpinan aka sangat kecil, sehingga sebagian besar orang dalam lembaga tersebut memiliki kemandirian yang tinggi.

(11) Bekerja sama dengan masyarakat, yaitu kepala sekolah senantiasa melibatkan masyarakat dalam penemuan solusi dari suatu masalah yang muncul kaitannya baik dari dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah dan tuntas.

2.1.3.6 Tugas Kepala Sekolah

Sebagai kepala sekolah, pelaksanaan tugas yang harus dijalankan tidak sedikit. Ada beberapa hal yang harus dilakukan kepala sekolah berkaitan dengan tugasnya (Sutomo, 2011: 97), antara lain:


(60)

(1) Perannya sebagai seorang pendidik, kepala sekolah bertugas untuk membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan iptek, dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.

(2) Perannya sebagai seorang manajer, kepala sekolah bertugas menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah, dan mengendalikan kegiatan.

(3) Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas untuk mengelola adminstrasi KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, serta yang berkaitan dengan rumah tangga sekolah.

(4) Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas menyusun supervisi pendidikan dan memanfaatkan hasil supervisi.

(5) Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertugas menyusun dan mensosialisasikan

2.1.3.7 Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja

Hal yang penting dalam peningkatan kinerja guru adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah. Setiap pemimpin bertanggungjawab mengarahkan guru-guru untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan kepala sekolah senantiasa memberikan pengertian dan contoh yang dilakukan dengan sabar. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan yang berkaitan dengan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi (Sutomo dkk, 2011: 93) antara lain:


(61)

45 (1) Pembinaan Disiplin

Disiplin merupakan suatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat, baik terhadap wewanang maupun kepada orang lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu membantu pegawai untuk dapat mengembangkan pola standar perilaku yang sesuai.

(2) Pembangkitan Motivasi

Setiap pegawai memiliki ciri khas, karakteristik yang khusus, dan berbeda satu sama lain. Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan. Motivasi adalah suatu dorongn baik dari dalam maupun luar diri seseorang yang digunakan untuk berbuat sesuatu guna memenuhi kebutuhan. Motivasi digunakan untuk menggerakan faktor- faktor yang dapat meningkatkan efektifitas kinerja. Sebagai pemimpin, pemberian motivasi kepada pegawai sangat dibutuhkan untuk pembangkitan semangat. Pegawai merasa kebutuhan kasih sayang dan rasa harga dirinya diperhatikan ketika pemimpin memberikan motivasi. Sehingga hal tersebut akan mendorong pegawai untuk mengadakan hubungan yang efektif dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.

(3) Penghargaan

Dalam dunia kerja, penghargaan digunakan sebagai bagian dari usaha yang dilakukan untuk meningkatkan semangat pegawai dalam bekerja. Penghargaan yang diberikan oleh pemimpin akan menjadi bermakna apabila dikaitkan dengan


(62)

prsetasi pegawai secara terbuka, sehingga setiap pegawai mempunyai peluang yang sama untuk meraihnya.

2.2

Hubungan Antar Variabel

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kinerja guru (Y), gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1), dan motivasi berprestasi (X2). Indikator kinerja guru adalah (1) merencanakan kegiatan pembelajaran; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran; dan (3) mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Barnawi dan Arifin (2014: 43) menjelaskan bahwa kinerja guru tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi kinerja guru dapat berasal dari dalam diri guru (internal) maupun dari luar diri guru (eksternal). Salah satu faktor internal yang mempengaruhi kinerj guru adalah motivasi. Kemudian salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Menurut Mulyasa (2007) dalam Barnawi dan Arifin (2014: 72) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru guna meningkatkan produktivitas kerja. Gaya kepemimpinan merupakan perilaku dan suatu strategi dari hasil kombinasi antara falsafah, keterampilan, sifat, dan sikap yang sering diterapkan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Indikator gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ideal adalaha fokus pada kelompok, melimpahkan wewenang, merangsang kreatifitas, memberi semangat


(63)

47 dan motivasi, memikirkan program penyertaan bersama, kreatif dan proaktif, memperhatikan sumber daya manusia, membicarakan persaingan, membangun karakter, kepemimpinan yang tersebar, dan bekerja sama dengan masyarakat.

Dalam penelitian ini teori motivasi yang digunakan adalah teori motivasi berprestasi. Indikator motivasi berprestasi antara lain; (1) menyukai pekerjaan yang dijalani; (2) menghendaki umpan balik; (3) berani mengambil resiko; dan (4) memiliki perhitungan untuk mencapai keberhasilan.

Hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru adalah gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru.

2.3

Kajian Empiris

Beberapa penelitian mengenai gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan kinerja guru sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan oleh I Gusti Ngurah Yuda (2014), I Wayan Mudita (2013), Jimmy Waworuntu (2011), I Wayan Pendet (2014), Sri Rahardjo (2014), Indrayogi (2014), dan JungSoon Han dan Richard Lynch (2014). Uraian selengkapnya adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Ngurah Yuda mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha pada tahun 2014 dengan judul “Determinasi Supervisi Pengawas, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Kompetensi Guru Terhadap Kinerja Guru SMP di Kecamatan Tembuku”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinasi supervise pengawas, gaya kepemimpinan kepala


(64)

sekolah, kompetensi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Tembuku. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 167 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat determinasi yang signifikan antara supervisi pengawas terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Tembuku; (2) terdapat determinasi yang signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Tembuku; (3) terdapat determinasi yang signifikan antara kometensi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Tembuku; dan (4) terdapat determinasi yang signifikan secara bersama-sama antara supervise pengawas, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan kompetensi guru terhadap kinerja guru SMP Negeri di Kecamatan Tembuku.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaannya terdapat pada lokasi penelitian, jumlah sampel, variabel penelitian, dan jenis penelitian. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variabel gaya kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sebagai variabel yang akan diteliti.

Penelitian yang selanjutnya dilakukan oleh I Wayan Mudita, mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian dilakukan pada tahun 2013. Penelitian ini berjudul Determinasi Pelaksanaan Supervisi Akademik, Sikap Profesional, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Sekolah Dasar di Gugus III Pattimura”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya determinasi pelaksanaan supervise akademik, sikap profesional, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru sekolah dasr di gugus III Pattimura. Dalam penelitian ini menggunakan 90 guru


(65)

49 sebagai responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Terdapat determinasi yang signifikan antara pelaksanaan supervisi akademik dengan kinerja guru SD di Gugus III Pattimura sebesar 17,4%; (2) Terdapat determinasi yang signifikan antara sikap profesional dnegan kinerja guru sebesar 17,7%; (3) Terdapat determinasi yang signifikan antara motivasi kerja degan kinerja guru sebesar 46,6%; dan (4) Terdapat determinasi yang signifikan secara bersama-sama antara pelaksanaan supervisi akademik, sikap profesional, dan motivasi kerja terhadap kinerja guru sebesar 81,7%.

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan yang akan dilakukan oleh peneliti. Perbedaannya adalah lokasi penelitian, sampel yang digunakan, dan variabel penelitian. Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan variable kinerja guru sebagai salah satu variable yang diteliti.

Penelitian yang dilakukan oleh Jimmy Waworuntu, mahasiswa Universitas Negeri Manado. Penelitian yang dilakukan ada tahun 2011 berjudul “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kinerja guru Profesional Guru Teknologi SMK Negeri 2 Manado”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan manajemen dan kinerja professional guru teknologi SMK Negeri 2 Manado. Dalam penelitian ini sebanyak 55 guru diambil sebagai sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antar motivasi berprestasi dan kinerja profesioabl guru. Koefisien determinasi adalah r2 = 0,59 menunjukkan bahwa 59% variasi yang terjadi pada variable kinerja professional (Y) dapat dijelaskan oleh variable motivasi berprestasi (X).


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 33

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

No Tanggal Kegiatan

1.

2.

3.

4.

5.

9 April 2015

13 April 2015

14-16 April 2015

22 April 2015

27 April- 6 Mei 2015

Mengurus surat izin penelitian dari kampus PGSD UPP Tegal.

Mengurus surat perizinan penelitian ke Kesbangpol Kabupaten Cilacap.

Menuju SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah untuk menyampaikan surat, meletakkan instrument uji coba, dan melaksanakan wawancara dengan kepala sekolah

Meletakkan instrument penelitian di SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah.

Mengadakan observasi kinerja guru di dalam proses pembelajaran dan pengambilan angket.


(5)

Lampiran 34

DOKUMENTASI PENELITIAN Kegiatan pengisian angket penelitian

Guru sedang mengisi angket Guru sedang mengisi angket Kegiatan Wawancara

Kepala sekolah menjawab pertanyaan kepala sekolah menunjukkan buku agenda wawancara


(6)

Kegiatan Belajar Mengajar

Guru sedang menyiapkan kegiatan outdoor siswa sedang berbaris rapi

Guru sedang menulis sebuah lagu Guru menyuruh salah satu siswa untuk bernyanyi


Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KEDISIPLINAN GURU SEKOLAH DASAR KECAMATAN TLOGOWUNGU KABUPATEN PATI

1 18 301

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI SE DABIN II KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

6 57 261

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SD NEGERI DABIN IV KECAMATAN WATUKUMPUL KABUPATEN PEMALANG

7 35 176

PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN I DAN II KECAMATAN KUWARASAN KABUPATEN KEBUMEN

3 32 228

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN WONOGIRI

0 5 144

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap Kinerja Mengajar Guru Pada Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.

0 1 67

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN PAGUYANGAN KABUPATEN BREBES.

0 0 86

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN GONDOKUSUMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

1 1 139

KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN III KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI

0 0 75

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS WIRATNO KECAMATAN CILACAP TENGAH

0 2 86