1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Sardiman 1992 dalam Kurniadin dan Machali 2014: 113 Pendidikan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorag untuk menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi. Selanjutnya Hasibullah 2005 dalam Kurniadin dan Machali 2014:113 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
manusia yang dilakukan manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai- nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan yang membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
Negara
yang demokratis
serta bertanggung
jawab.
2
Untuk mewujudkan pendidikan yang baik, Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan PP No. 19 Tahun 2005
menyatakan ada delapan standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan. Kedelapan standar yang dimaksud meliputi: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prsarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Salah satu standar yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pendidikan
adalah standar kopetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Guru sebagai komponen yang penting dalam proses pembelajaran harus memiliki empat kompetensi yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 16 Tahun 2007 mengenai kualifikasi dan kompetensi. Empat kompetensi yang harus dimiliki guru tersebut adalah kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetesni profesional, dan kompetensi sosial. Dari empat kompetensi yang haru dimiliki oleh guru tersebut dapat menjadi gambaran
mengenai kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.
3
Sianipar dalam Susanto 2013:28 menyatakan bahwa kinerja sebagai hasil dari fungsi suatu pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu
tertentu atau perwujudan dari hasil perpaduan yang sinergis akan terlihat dari produktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan pekerjaanya.
Menurut Barnawi dan Arifin 2014: 14 kinerja guru dapat diartikan sebuah tingkat keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai
dengan tanggung jawab berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan kinerja guru yang baik memerlukan proses penilaian. Menurut Hasibuan dalam Rinawatitirin 2012
dalam Barnawi dan Arifin 2014: 25 penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan untuk menilai perilaku pegawai dalam pekerjaan baik secara kualitatif ataupun
kuantitatif. Menurut Mitchell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan 2008 dalam
Barnawi dan Arifin 2014: 26 menggambarkan bahwa kinerja seseorang dapat terbentuk oleh dua unsur yang salah satunya adalah motivasi. Motivasi yang
dimiliki seseorang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan kegiatan guna mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman 2012: 73, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam maupun dari luar diri
seseorang untuk melakukan serangkaian usaha guna memenuhi kebutuhan dan
4
mencapai tujuan yang dikehendakinya. Sebagai suatu dorongan, motivasi akan memberikan suatu rangsangan yang baik kepada seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga tujuan yang telah dicita-citakan dapat tercapai. Salah satu dari wujud motivasi adalah keinginan untuk berprestasi. Menurut
McClelland dalam Danim 2012: 32 kebutuhan berprestasi merupakan motif yang secara kontras dapat dibedakan dengan kebutuhan lainnya. Seseorang yang
dianggap memiliki motivasi berprestasi, ia akan melakukan serangkaian usaha agar dapat mengungguli yang lainnya.
Kaitannya dalam bidang pendidikan, motivasi berprestasi juga dapat dijadikan acuan bagi guru untuk meningkatkan kualitas kinerja. Tidak hanya
sekedar mengajar saja, keinginan mengarahkan tingkah laku pada usaha untuk mencapai prestasi tertentu berdasarkan kesempurnaan dalam diri seseorang juga
perlu dimiliki oleh seorang guru. Motivasi yang dimiliki oleh seorang guru akan berpengaruh pada kinerjanya di sekolah.
Selain dari dalam diri seseorang, menurut Barnawi dan Arifin 2014: 43 faktor yang mempengaruhi kinerja guru ada juga yang berasal dari luar.
Diantaranya adalah kepemimpinan. Kepemimpinan leadership adalah kemampuan seseorang untuk
menggerakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membina, membimbing, melatih, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan
menghukum dengan maksud agar anggota kelompok yang menjadi bagian dari organisasi mau bekerja untuk mencapai tujuan yang telah dirancang Kurniadin
dan Machali, 2014: 291.
5
Dalam konteks lembaga pendidikan, menurut Asmara 1985 dalam Kurniadin dan Machali 2014: 292 peran kepemimpinan dilaksanakan oleh
kepala sekolah. Kepemimpinan sekolah berarti mempengaruhi semua personel yang mendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan, menurut Kurniadin dan Machali 2014:
292 kepemimpinan pendidikan mempunyai dua fungsi yaitu: 1 usaha untuk mengefektifkan organisasi pendidikan yang meliputi adanya etos kerja yang baik,
manajemen yang terkelola dengan baik, mengusahakan tenaga pendidik yang memiliki ekspektasi yang tertinggi, mengembangkan tenaga pendidik sebagai
model peran yang positif, memberikan perlakuan balikan positif pada anak didik, menyediakan kondisi kerja yang baik bagi tenaga pendidik dan staf usaha,
memberikan tanggung jawab pada siswa, dan saling berbagi aktivitas antara pendidik dan anak didik;2 mengusahakan lembaga pendidikan sekolah untuk
berhasil succeful school yang meliputi pelaksanaan fungsi kepemimpinan dengan menempatkan implementasi kurikulum sebagai tujuan utama, menekankan
pada kualitas pengajaran dan pembelajaran, memiliki tujuan yang jelas dan ekspektasi yang tinggi pada tenaga pendidik, mampu mengembangkan iklim
organisasi dengan baik, melakukan monitoring dan evaluasi sebagai bagian dari budaya organisasi, mengelola pengembangan staf, dan melibatkan dukungan
masyarakat dalam pengembangannya. Dari data hasil penilaian kinerja guru yang telah dilakukan oleh penilai di
beberapa sekolah dasar Dabin I, diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat
6
kompetensi guru sekolah dasar yang diperoleh sebesar 46,17. Hal ini menunjukkan tingkat kompetensi yang dimiliki guru tergolong cukup. Namun,
ada beberapa guru yang sudah memiliki tingkat kompetensi yang baik. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Dhany Feby
Nalasatria pada tahun 2013 dengan judul “Gaya Kepemimpinan kepala Sekolah dan Kinerja Guru: Bukti Empiris Dari Sekolah Menengah Atas Hang Tuah 1
Surabaya” memperoleh hasil bahwa gaya kepemimpinan otokratik, militeristis, paternalisitis, kharismatis, dan demokratis memberikan pengaruh simultan yang
signifikan terhadap kinerja guru dan yang paling berpengaruh adalah gaya kepemimpinan demokratis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Wayan
Murnayasa pada tahun 2014 dengan judul “Kontribusi Pelaksanaan Supervisi Pengawas Sekolah, Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah, dan Motivasi
Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di SD Se K ecamatan Bangli”. Dari hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi pengawas sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang
signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, terdapat kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi teradap kinerja guru, dan terdapat
kontribusi yang signifikan secara bersama-sama supervisi pengawas sekolah, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi beprestasi terhadap kinerja guru.
Kemudian penelitian yang lain telah dilakukan oleh Dendik Surya Wardana pada tahun 2013 dengan judul “Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru yang
Sudah Disertifikasi” memperoleh hasil bahwa ada hubungan positif dan sangat
7
signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Sumbangan efektif yang diperoleh sebesar 87,7, sisanya sebesar 12, 3 dipengaruhi variabel lain.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengawas Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah, pada tanggal 16 Januari 2015 mengatakan bahwa
masih banyak guru SD Negeri di Dabin I yang memiliki kinerja yang kurang, hal ini dikarenakan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh guru masih rendah. Selain
itu di Dabin I, gaya kepemimpinan kepala sekolah bervariasi macamnya. Dengan gaya kepemimpinan yang bervariasi tersebut, kinerja guru juga menjadi
bermacam-macam. Ada yang baik ada pula yang masih kurang. Kemudian, wawancara juga dilakukan dengan kepala sekolah SD Negeri
Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah pada tanggal 15 April 2015 yang mengatakan bahwa kinerja guru di sekolah bermacam-macam variasinya. Kinerja guru yang
kurang maksimal diantaranya disebabkan masalah waktu. Selain itu, motivasi berprestasi yang belum digali secara mendalam oleh para guru menyebabkan
kinerja guru menjadi kurang maksimal. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini dilaksanakan untuk
mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru sekolah dasar di Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap.
1.2 Identifikasi Masalah