10
1.5 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru SD
Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap. Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1 Untuk mendeskripsikan tingkat gaya kepemimpinan kepala sekolah SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
2 Untuk mendeskripsikan tingkat motivasi berprestasi guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
3 Untuk mendeskripsikan tingkat kinerja guru SD Negeri Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
4 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap
Tengah Kabupaten Cilacap. 5 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap
kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah. 6 Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan kepala
sekolah dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
7 Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap.
11
8 Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap. 9 Untuk mengetahui besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah
dan motivasi berprestasi secara bersama-sama terhadap kinerja guru SD Negeri di Dabin I Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.
1.6 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua manfaat, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat secara praktis ditujukan bagi peneliti, bagi guru,
dan bagi kepala sekolah.
1.6.1 Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitain ini untuk memberikan informasi pengetahuan tentang manajemen pendidikan melalui kajian gaya kepemimpinan
kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja guru. Dan menjadi gambaran bagi peneliti mengenai kinerja guru yang baik ketika telah menjadi
guru nantinya.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini yaitu bagi peneliti, pendidik, dan kepala sekolah.
1.6.2.1 Bagi Kepala Sekolah
Diharapkan dapat menjadi masukan dalam kepemimpinan yang baik untuk meningkatkan kinerja guru.
12
1.6.2.2 Bagi Pendidik
1 Diharapkan dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan motivasi berprestasi.
2 Dapat meningkatkan kinerja guru supaya lebih baik lagi.
1.6.2.3 Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang manajemen pendidikan.
13
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan diuraikan tentang landasan teori, hubungan antar variabel, kajian empiris, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
2.1
Landasan Teori
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kinerja guru, gaya kepemimpinan kepala sekolah, dan motivasi berprestasi.
2.1.1 Kinerja Guru
T. Aritonang 2005 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 12 mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
suatu organisasi yang sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam upaya mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sementara itu, menurut Munir 2008:30 kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan untuk mewujudkan
sasaran, tujuan, misi, dan visi lembaga. Menurut Wahjosumidjo dalam Munir 2008: 30 kinerja adalah
sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.
14 Menurut Susanto 2013: 27 kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi
yang diperlihatkan atau kemampuan kerja yang diemban, melaksanakan tugas dengan bidang, dan hasil yang diperoleh dengan baik.
As’ad dalam Munir 2008: 31 berpendapat bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Pekerjaan ini
berkaitan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Dari definisi kinerja yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli, dapat
disimpulkan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya demi mewujudkan tujuan di dalam unit kerja.
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegitan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
Natawijaya 1999 dalam Susanto 2013: 29 menjelaskan bahwa kinerja guru dapat dilihat saat melaksanakan interaksi belajar mengajar di kelas dan
termasuk bagaimana guru mempersiapkan dan mengevaluasi. Menurut Rusman 2013: 50 Standar kinerja perlu dirumuskan untuk
dijadikan acuan dalam mengadakan perbandingan terhadap apa yang dicapai dengan apa yang diharapkan, atau kualitas kinerja adalah wujud perilaku atau
kegiatan yang dilaksanakan dan sesuai dengan harapan dan kebutuhan atau tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.
Berkaitan dengan standar kinerja guru, Sahertian dalam Rusman 2013: 51 menjelaskan bahwa:
15 Standar Kinerja Guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam
menjalankan tugasnya seperti: 1 Bekerja dengan siswa secara individual; 2 Persiapan dan perancanaan pembelajaran; 3
Pendayagunaan media pembelajaran; 4 Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar; dan 5 Kepemimpinan yang aktif dari
guru.
Dalam dunia pendidikan, kualitas guru sangat diperlukan. Salah satunya adalah kualitas kinerja guru. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar
Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat
Kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Suprihatiningrum 2012: 24 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jenjang pendidikan tertentu.
Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, terutama sebagai guru profesional
16 yang harus menguasai benar tentang pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Menurut Glasser dalam Rusman 2013:51, berkenaan dengan
kompetensi guru, ada empat hal yang harus dikuasi guru, yaitu menguasai bahan pelajaran, mampu mendiagnosis tingkah laku siswa, mampu melaksanakan proses
pembelajaran, dan mampu mengevaluasi hasil belajar. Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 7 ayat 1 dikatakan
bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang khusus yang memerlukan prinsip-prinsip professional, diantaranya:
aMemiliki bakat, minat, dan panggilan jiwa dan idealisme; b Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya;c Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugasnya; d Mematuhi kode etik profesi; e Memiliki
hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; f Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; g
Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan;
h Memperoleh
perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas profesionalnya; i Memiliki organisasi profesi
yang berbadan hukum.
Guru yang memiliki profesionalisme adalah guru yang dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Untuk dapat menentukan seorang guru
dikatakan professional, dapat dilihat dari dua perspektif yaitu dilihat dari tingkat pendidikan yang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai guru. Yang kedua,
penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, pengelolaan terhadap kelas, dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan siswa.
Tugas dan peran guru tidaklah hanya sebatas di dalam masyarakat, namun pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang
penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa.
17
2.1.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kinerja guru, diantaranya faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah yang bersumber dari personal
individu yang meliputi unsur pengetahuan, keterampilan, kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap guru.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang guru. Menurut Barnawi dan Arifin 2014: 43 faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
kinerja guru, yaitu: 1 gaji yang merupakan salah satu bentuk dari apresiasi atas prestasi kerja yang diberikan kepada seorang guru. ; 2 sarana dan prasarana
merupakan semua perangkat dan peralatan yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan di sekolah. ; 3 lingkungan kerja fisik yang meliputi
pencahayaan, pewarnaan, udara, kebersihan, kebisingan, dan keamanan. ; dan 4 kepemimpinan yang dapat dilihat dari gaya kepemimipinan kepala sekolah. Gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja guru untuk meningkatkan produktivitas kerja demi mencapai tujuan.
2.1.1.2 Fungsi dan Peranan Guru
Pendidikan merupakan suatu sistem karena memiliki ciri-ciri sistem yang diantaranya adalah memiliki komponen yang saling mempengaruhi dan
mempunyai tujuan yang sama. E. Mulyasa dalam Susanto 2013: 32 mengemukakan bahwa peran dan fungsi guru sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan di sekolah, peran dan fungsi tersebut yaitu:
18 1 Sebagai pendidik dan pengajar, yakni guru secara otomatis adalah sebagai
pendidik dan pengajar yang harus memiliki kestabilan emosi, cita-cita, dan keinginan untuk memajukan muridnya.
2 Sebagai anggota masyarakat, yaitu setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.
3 Sebagai pemimpin, yaitu setiap guru adalah pemimpin yang harus memiliki kepribadian.
4 Sebagai administrator, yaitu guru akan dihadapkan pada tugas adminstrasi yang harus dikerjakan, sehingga diperlukan pribadi yang jujur, teliti, dan
rajin. 5 Sebagai pengelola pembelajaran, yaitu guru harus mampu menguasai
berbagai metode dan memahami situasi belajar mengajar.
2.1.1.3 Kriteria Kinerja Guru
Seseorang yang berorientasi pada kinerja harus memiliki kriteria-kriteria tertentu.Menurut Hradesky dalam Susanto 2013: 30 kroteria-kriteria individu
yang berorientasi pada kinerja meliputi: a Kemampuan intelektual, yaitu suatu kemampuan yang meliputi kapasitas
yang digunakan untuk berpikir secara logis, praktis, dan menganalisis sesuai konsep dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara jelas.
b Ketegasan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis kemungkinan memiliki komitmen terhadap pilihan yang pasti
secara tepat.
19 c Semangat, yaitu seorang guru perlu memiliki upaya untuk bekerja secara aktif
dan tidak mengenal lelah. d Berorientasi pada hasil, yaitu keinginan dari dalam diri guru untuk mencapai
suatu hasil dan menyelesaikan tugas dengan baik. e Kedewasaan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu seorang guru perlu
melakukan pengendalian emosi dan disiplin diri yag tinggi serta memiliki kemampuan untuk mengambil alih tanggung jawab.
f Keterampilan interpersonal, yaitu kecenderungan yang dimiliki guru untuk menunjukkan perhatian pemahaman dan kepedulian terhadap orang lain.
g Keingintahuan, yaitu seorang guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan usaha-usaha yang rumit secara obejktif dan cepat dalam menilai
sesuatu secara kritis. h Produktif, merupakan kemampuan guru untuk melakukan inisiatif secara
mandiri dengan mengantisipasi permasalahan dan menerima tanggung jawab pekerjaan.
i Keterbukaan, adalah kemampuan guru untuk mengungkapkan pendapat dan perasaan secara langsung dan apa adanya.
j Pemberdayaan kemampuan, yaitu suatu sikap percaya diri untuk selalu siap melaksanakan tugas dan memberi kepercayaan atas kemampuan orang lain
dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. k Teknis dan pengetahuan, keterampilan, keputusan, perilaku, serta tanggung
jawab merupakan perilaku yang dijadikan sebagai kriteria yang perlu dimiliki guru agar kinerjanya dapat meningkat lebih baik lagi.
20 Dari kriteria-kriteria di atas, guru yang memiliki kinerja yang baik adalah
guru yang memiliki kriteria tersebut sehingga tugas mengajar adalah sebagai tugas mulia yang diemban dengan sepenuh hati. Selanjutnya Hradesky dalam Susanto
2013: 31 mengemukakan bahwa kinerja guru dapat dikategorikan sebagai unjuk kerja yang dicapai yaitu berupa kualitas individu yang diperlihatkan sebagai
bagian dari tanggung jawab didalam pekerjaan. Kriteria-kriteria tersebut akan menjadikan kualitas kinerja guru menjadi
lebih baik. Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Dalam Undang-Undang tersebut, standar kompetensi guru dikembangkan menjadi empat kompetensi yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan Kompetensi profesional.
Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman yang dimiliki oleh guru. Pemahaman tersebut meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran, evaluasi
hasil belajar,
serta pengembangan
peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki peserta didik.
Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi yang berkenaan dengan tugas sebagai seorang guru yang harus didukung oleh suatu perasaan bangga dengan
tugas yang dimiliki guru yang berguna untuk mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas dimasa depan. Dalam kompetensi kepribadian seorang guru perlu
memiliki tingkat kedisiplinan diri yang baik. Karena, selain mengajarkan tentang
21 materi pelajaran, guru juga harus mampu membelajarkan sikap kedisiplinan
kepada siswa, mengajarkan siswa agar lebih rajin membaca, dan melatih siswa untuk menghargai waktu dengan melakukan hal-hal yang positif.
Kompetensi Sosial adalah kompetensi yang berkaitan dengan hubungan guru dengan masyarakat dan siswa. Di mata masyarakat dan siswa, guru
merupakan seorang panutan yang perlu dicontoh dan menjadi suri teladan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru yang memiliki kemampuan sosial dengan
baik akan lebih menjalin hubungan baik antara sekolah dengan masyarakat. Kompetensi Profesional adalah kompetensi yang dimiliki oleh guru
berkaitan dengan proses pembelajaran. Tugas seorang guru adalah mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Oleh karena itu sebagai
guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Dalam penyampaian pelajaran, guru juga harus dapat memberikan suasana yang
mendukung agar siswa aktif dan memperhatikan dengan baik, sehingga dapat mendorong siswa untuk senang bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen,
serta menemukan fakta dan konsep yang benar.
2.1.1.4 Penilaian Kinerja Guru
Menurut Rusman 2013: 93, penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, manganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil
yang dilakukan secara berkesinambungan.
22 Menurut S.P Hasibuan dalam Rinawatiririn 2012 dalam Barnawi dan
Arifin 2014: 25 penilaian kinerja adalah evaluasi terhadap perilaku, prestasi kerja, dan potensi pengembangan yang telah dilakukan oleh seseorang.
Penilaian digunakan sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian yang dimaksud tidak hanya bergantung dari hasil akhir,
tetapi pada proses juga menjadi bagian penting dalam suatu peniaian. Penilaian yang dilaksanakan secara berkelanjutan akan lebih baik daripada yang
dilaksanakan hanya satu kali. Karena dengan berkelanjutan, kinerja guru dapat diketahui perkembangannya.
Secara umum, menurut Ditjen PMPTK 2010 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 26 penilaian kinerja guru memiliki dua fungsi utama, yaitu:
1 Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan kompetensi dan keterampilan yang diperlukan untuk proses pembelajaran, pembimbingan,
atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah. 2 Untuk menghitung angka kredit yang diperoleh guru atas kinerja
pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah yang dilakukan pada saat tersebut.
T.R. Mitchcell dalam Direktorat Tenaga Kependidikan 2008 dalam Barnawi dan arifin 2014: 26 menjelaskan mengenai teori dasar yang digunakan
sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru yaitu: Performance = Motivation x Ability
23 Rumusan tersebut menunjukkan gambaran bahwa kinerja seseorang akan
terwujud oleh dua unsur, yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi merupakan faktor pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
Abilitas berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu. Abilitas adalah factor penting dalam meningkatkan produktivitas kerja.
Menurut Ditjen PMPTK 2010 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 28 Penilaian kinerja yang terkait dengan pelaksanaan proses pembelajaran bagi guru
mata pelajaran atau guru kelas, meliputi kegiatan merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan menilai, menganalisis hasil
penilaian dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian, dan melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian yang berkaitan dengan empat kompetensi yang harus
dimiliki.
2.1.1.5 Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Dasar
Guru adalah komponen penting yang menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar memberikan materi
pelajaran kepada siswa, namun guru memiliki empat tugas yang dilaksanakan yaitu: mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih.
Menurut Natawidjaya dalam Susanto 2013: 34 kinerja mengajar adalah seperangkat perilaku nyata guru pada saat memberikan pelajaran kepada siswa.
Dalam memberikan pelajaran, guru tidak boleh hanya sekedar mentransfer ilmu kepada siswa. Lebih dari itu, guru perlu melakukan tiga kegiatan pokok yaitu:
merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran.
24 1 Merencanakan Pembelajaran
Perencanaan perlu dilakukan oleh guru sebelum memulai pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pada saat pelaksanaan dapat berlangsung
dengan baik dan mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan Susanto, 2013: 37. Untuk
membuat perencanaan
pembelajaran yang
baik guru
harus mempertimbangkan berbagai aspek yang ada pada siswa.
Indikator untuk merencanakan pembelajaran adalah sebagai berikut. a merumuskan tujuan pembelajaran; b memilih dan mengembangkan bahan
pelajaran; c merencanakan kegiatan belajar, termasuk merencanakan pendekatan dan metode mengajar, langkah-langkah kegiatan belajar mengajar, serta alat dan
sumber belajar; dan d merencanakan penilaian Susanto, 2013: 40. 2 Melaksanakan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran tugas pokok kedua guru adalah melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran adalah kegiatan
inti dari keseluruhannya. Guru berperan aktif untuk menyampaikan materi, pesan, dan informasi yang harus diterima oleh siswa. Jika proses pelaksanaan
pembelajaran tidak berhasil, maka secara langsung tujuan pembelajaran akan gagal.
Pada pelaksanaan pembelajaran ada beberapa tahapan kegiatan yang perlu dilakukan guru, yaitu: a membuka pelajaran; b menyampaikan materi
pelajaran; dan c menutup pelajaran. 3 Mengevaluasi Pembelajaran
25 Tugas pokok guru yang ketiga adalah mengevaluasi pembelajaran.
Kegiatan mengevaluasi ini bertujuan untuk mengetahui perolehan belajar siswa secara menyeluruh yang meliputi pengetahuan, konsep, nilai, maupun proses.
Menurut Utomo 2008 dalam Susanto 2013: 51, evaluasi pembelajaran berguna untuk mengetahui besarnya keefektifan pembelajaran dan evaluasi yang
dilakukan setiap akhir kegiatan pembelajaran akan bermanfaat untuk mendeteksi siswa yang masih belum memahami dan mengalami kesulitan.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan setiap akhir pembelajaran, dapat dilakukan dengan ulangan harian, ulangan umum, dan ulangan akhir. Selain
kegiatan tersebut guru juga data melakukan evaluasi dalam bentuk lain yaitu dengan melakukan penilaian proses.
M. Uzer Usman 1994 dalam Susanto 2013: 52 menyatakan bahwa penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan saat proses belajar mengajar
berlangsung oleh guru dengan cara memberikan umpan balik kepada seorang siswa atau kelompok siswa. Hal ini akan mengembangkan sikap-sikap yang
dikehendaki seperti: kreativitas, kerja sama, tangggung jawab, dan sikap disiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.
2.1.2 Motivasi
Motif, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat diartikan sabagai daya penggerak dari dalam dan
26 di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu
tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern kesiapsiagaan. Berawal dari kata “motif”itu, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak.
Menurut Mc. Donald dalam Sardiman 2012:73, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Hadari Nawawi dalam Kurniadin dan Machali 2014:333,
motivasi motivation berakar dari motif motive yang berarti dorongan sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu, biasanya motif itu diwujudkan dalam
berbagai tingkah laku seseorang. Motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi
mencapai tujuan, dengan pengertian tercapainya tujuan perusahaan berarti tercapai pula tujaun pribadi para anggota perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Danim 2012: 2 motivasi adalah kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau
kelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya.
Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dari luar untuk
melakukan serangkaian usaha guna mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhannya.
27 Ada beberapa faktor pembentuk motivasi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produktvitas kerja yang berpengaruh pada pencapaian tujuan, antara lain; 1 kemungkinan untuk berkembang; 2 jenis pekerjaan; 3 Perasaan
bangga yang dimiliki sebagai bagian dari tempat individu bekerja.
2.1.2.1 Motivasi Berprestasi
Teori motivasi didasarkan pada asumsi bahwa seseorang akan bekerja dengan baik biila diberi kesempatan dan dorongan yang tepat Kurniadin dan Machali,
2014: 337. Ada berbagai macam teori motivasi yang diantaranya adalah teori motivasi berprestasi. Teori motivasi menurut McClelland dalam Kurniadin dan
Machali 2014: 347 adalah kebutuhan yang kuat untuk berprestasi, dorongan untuk berhasil, dan berkaitan dengan sejauh mana orang termotivasi untuk
melaksanakan tugas. Menurut Usman 2008: 259 Motivasi berprestasi adalah sebuah dorongan
dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. McClelland dalam Usman 2008: 259
membagi tiga kebutuhan dalam teori motivasinya. Salah satu dari kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan prestasi need of achievement yang disingkat
dengan n Ach. Alat ukur n Ach tlah dikembangkan oleh Murray 1943 dengan nama Thematic Apperception Test TAT yang kemudian dikembangkan oleh
McClleland 1953. Ciri penting dari n Ach adalah kebutuhan itu dipelajari. Suatu n Ach yang mulanya rendah akan meningkat setelah mendapatkan pelatihan atau
pengalaman.
28 Pada teori ini, orang yang memiliki needs of achievement tinggi adalah orng
yang selalu memiliki pola pikir tertentu ketika merencanakan untuk melaksanakan sesuatu, yaitu dengan mempertimbangkan pekerjaan yang dilakukan cukup
menantang atau tidak . Yang selanjutnya adalah seseorang yang bersedia untuk memikul tanggung jawab sebagai bagian dari konsekuensi usaha untuk mencapai
tujuan, berani mengambil risiko yang sudah diperhitungkan, bersedia mencari informasi untuk mengukur kemajuan, dan menginginkan kepuasan dari hasil yang
telah diraih. Menurut McClelland dalam Usman 2008: 260 orang yang memilliki motif
berprestasi tinggi bercirikan antara lain; 1 bertanggung jawab atas segala perbuatan, mengatikan diri pada karir dan masa depan serta tidak menyalahkan
orang lain dalam kegagalan; 2 berusaha mencari umpan balik atas perbuatan dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan untuk memperbaiki
diri; 3 berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan melebihi orang lain dan menciptakan yang terbaik; 4 berusaha melakukan sesuatu secara inovatif
dan kreatif dan mampu mewujudkan gagasan dengan baik dan kurang menyenangi system yang membatasi gerak ke arah yang lebih positif; 5 pandai
mnegatur waktu dan tidak menunda pekerjaan; dan 6 bekerja keras dan bangga dengan hasil yang dicapai.
Selanjutnya seseorang yang memiliki motivasi tinggi biasanya akan berusaha untuk mengungguli yang lain, Karakteristik orang yang berprestasi
tinggi menurut Danim 2012: 33 sebagai berikut.
29 1 Berani Mengambil Risiko Moderat, yaitu orang yang memiliki motivasi
berprestasi akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang berada diantara risiko tertinggi dan risiko terendah. Mereka akan mempunyai cara
yang lebih inovatif dalam menyelesaikan permasalahan. 2 Menghendaki umpan balik segera immediate feedback, yaitu orang yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi akan sering mencari informasi mengenai kinerjanya selama ini. Penyampaian informasi tersebut berupa kelebihan dan
kekurangan yang dimanfaatkan untuk keperluan meningkatkan prestasi yang lebih baik dari kondisi saat ini.
3 Keberhasilan diperhitungkan secara teliti, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan lebih mengutamakan pencapaian tugas yang diberikan
daripada memperhitungkan imbalan yang diperoleh. Seseorang akan lebih puas secara intrinsik dengan pencapaian kerjanya daripada imbalan materi
atau hadiah yang istimewa. 4 Mengintegral dengan tugas, yaitu orang yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi akan menerima tugas sebagai bagian dari hidupnya. Tugas yang dhadapi kepadanya dipandang sebagai kewajaran bukan sebagai beban.
Orang-orang seperti ini biasanya bersikap tidak sengaja menunda separuh pekerjaan, bersahabat, realistik, dan mengutamakan kemampuan individu.
2.1.2.2 Model Pendekatan Motivasi dalam Organisasi
Motivasi berprestasi merupakan salah satu bagian dari teori motivasi. Dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja, menurut Kurniadin dan Machali 2014:
30 351 ada beberapa model motivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah
sebagai pendekatan kepada guru antara lain: 1 Model tradisional, yaitu bentuk usaha yang ditempuh oleh kepala sekolah
untuk membuat guru menjalankan pekerjaan yang terasa membosankan menjadi menyenangkan.
2 Model hubungan manusiawi, yaitu kepala sekolah lebih menekankan cara memotivasi guru dengan cara mengakui kebutuhan sosial guru untuk
meningkatkan kepuasan kerja. 3 Model sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah tidak hanya bertugas
untuk memberikan guru dengan upah saja, namun kepala sekolah juga harus mengembangkan rasa bersama dalam mencapai tujuan organisasi.
2.1.2.3 Upaya yang Dilakukan Pemimpin untuk Memotivasi Guru
Demi mencapai tujuan dalam suatu kegiatan, pemimpin tidak hanya diam dan memerintah anggota kelompok, tetapi perlu adanya pemberian motivasi yang
dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin harus mengetahui cara-cara yang tepat untuk meningkatkan kinerja anggota kelompoknya. Menurut Danim 2012: 41 ada
beberapa cara yang dapat digunakan oleh pemimpin untuk meningkatkan motivasi dan cara tersebut dapat dilakukan oleh kepala sekolah, antara lain:
1 Rasa hormat, yaitu seorang kepala sekolah dapat memberikan rasa hormat dan penghargaan secara adil kepada guru yang dilakukan atas dasar
prestasi, kepangkatan, dan pengalaman. 2 Informasi, yaitu seorang kepala sekolah senantiasa memberikan informasi
yang berkaitan dengan aktivitas organisasi, terutama mengenai suatu
31 pekerjaan dan cara untuk mengerjakannya. Informasi hendaknya diberikan
secara edukatif dan persuasif. 3 Perilaku, yaitu seorang kepala sekolah yang baik akan memberikan contoh
perilaku yang diharapkan oleh guru. 4 Hukuman, yaitu kepala sekolah hendaknya memberikan hukuman kepada
guru yang bersalah secara terpisah dengan anggota yang lain. Hukuman yang diberikan hendaknya dapat menjadikan guru lebih baik lagi.
5 Perintah, yaitu kepala sekolah yang baik akan memberi perintah secara tidak langsung. Kepala sekolah memberikan perintah seperti akan
mengajak dan lebih baik lagi jika diawali dengan pemberian contoh. 6 Perasaan, yaitu interaksi yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru
hendaknya dilakukan dengan kata-kata yang lembut disertai rasa bersahabat dan rasa partisipasi yang membuat rasa nyaman.
2.1.3 Kepemimpinan
Menurut Robbins 1991 dalam Kurniadin dan Machali 2014: 289 kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi sekelompok anggota agar
bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Sumber dari pengaruh tersebut dapat diperoleh secara formal, yaitu dengan menduduki suatu jabatan manajerial yang
didudukinya dalam suatu organisasi. Menurut Kotter 1997 dalam Kurniadin dan Machali 2014: 289
Kepemimpinan adalah seperangkat proses yang terutama ditujukan untuk
32 menciptakan organisasi atau menyesuaikannya terhadap keadaan-keadaan yang
jauh berubah. Mulyasa 2003 dalam Sutomo dkk 2011: 80 mengartikan
kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Terry dan Rue 1985 dalam Usman 2008: 274 mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah hubungan yang ada di dalam diri pemimpin untuk
memengaruhi orang lain yang bekerja secara bersama-sama secara sadar berkaitan dengan hubungan tugas yang dikehendaki.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses yang dilakukan untuk mempengaruhi sekelompok
anggota yang digunakan untuk memfasilitasi individu dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.1.3.1 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada seorang pemimpin. Keberhasilan suatu sekolah dapat dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan kepala sekolah sebagai penggerak aktivitas untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Suprihatiningrum 2012: 275 kepemimpinan pendidikan secara umum adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk
memengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakan, dan memaksa orang lain agar dapat menerima pengaruh dari orang lain.
33 Kepemimpinan pendidikan berperan sangat penting dalam rangka
mengarahkan tujuan dan menggerakan organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
U. Husna Asmara 1985 dalam Locke dalam Kurniadin dan Machali 2014: 292 berpendapat bahwa kepemimpinan pendidikan adalah segenap
kegiatan dalam usaha memengaruhi personal di lingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerja sama, mau bekerja dengan penuh
tanggung jawab, dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Kepala sekolah dalam satuan pendidikan merupakan pemimpin. Kepala sekolah mempunyai dua jabatan dan peran penting dalam melaksanakan proses
pendidikan. Pertama, kepala sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah; dan kedua, kepala sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya. Sebagai
pengelola pendidikan, kepala sekolah bertanggung jawab untuk keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dengan caa melaksanakan administrasi sekolah
dengan seluruh substansinya. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pendidikan yaitu
memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik, berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai, bersemangat, jujur, cakap dalam memberi bimbingan, cepat
serta bijaksana dalam mengambil keputusan, cerdas, dan cakap dalam hal mengajar serta menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha
mencapainya.
34
2.1.3.2 Fungsi Kepemimpinan
Secara operasional, fungsi kepemimpinan dibedakan menjadi lima fungsi pokok yaitu:
1 Fungsi instruksi, yaitu pemimpin sebagai komunikator dimana perintah yang disampaikan dan dikerjakan agar keputusan dilaksanakan secara efektif.
2 Fungsi konsultasi, bersifat komunikasi dua arah yaitu antara pemimpin dan yang dipimpinnya dalam hal untuk menetapkan keputusan.
3 Fungsi partisipasi, pemimpin berusaha mengaktifkan anggota yang dipimpinnya.
Dalam pengambilan
keputusan pemimpin
juga mengikutsertakan anggotanya tetapi masih tetap dalam pengawasan
pemimpin. 4 Fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang untuk
menetapkan keputusan, baik melalui maupun tanpa melalui persetujuan dari pemimpin.
5 Fungsi pengendalian, dalam hal ini kepemimpinan yang efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan terkoordinasi sehingga
tujuan bersama dapat tercapai. Selain fungsi operasional, seorang pemimpin juga memiliki fungsi yang
bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan. Menurut Indrafachrudi 2006:4 fungsi pemimpin yang berkaitan dengan
pekerjaan yang sehat dan menyenangkan yaitu:
35 1 Pemimpin berfungsi untuk memupuk dan memelihara kebersamaan di dalam
kelompok. Pekerjaan akan terasa lebih mudah mencapai tujuan apabila dikerjakan secara bersama-sama.
2 Pemimpin berfungsi untuk mengusahakan tempat kerja yang menyenangkan, sehingga ada semangat bekerja yang ditunjukkan oleh pelaksana kerja.
Pemimpin memberikan rasa kepercayaan yang harus diketahui oleh anggota kelompok.
3 Pemimpin dapat menanamkan dan memupuk perasaan para anggota sehingga mereka menjadi nyaman dan merasa menjadi bagian dalam kelompok. Hal ini
akan membangkitkan semangat anggota kelompok dalam bekerja. 4 Pemimpin dapat mempergunakan kelebihan yang ada bukan untuk berkuasa,
tetapi untuk memberi motivasi kepada anggota kelompok sebagai acuan untuk menuju pencapaian tujuan bersama.
Kemudian Karwati dan Priansa 2013: 164 mengemukakan ada dua fungsi pokok dari seorang pemimpin yang dapat menciptakan sekolah efektif, antara lain:
1 Task Related Problem Solving Function Kepala sekolah harus memberikan saran dan mampu memecahkan berbagai
masalah yang muncul, serta memberikan sumbagan informasi dan pendapat bagi segala permasalahan yang muncul di lingkungan sekolah.
2 Group Maintance Function Sosial Function Kepala sekolah membantu sumber daya yang ada di sekolah agar mampu
beroperasi dengan lebih optimal. Kepala sekolah memberikan persetujuan atau menjadi kepentingan guru, staf, dan pegawai lain yang ada di sekolah.
36
2.1.3.3 Ciri dan Sifat Kepala Sekolah sebagai Pemimpin
Menurut George R. Terry 1997 dalam Karwati dan Priansa 2013: 173-4, ada delapan ciri dan sifat kepala sekolah sebagai pemimpin, antara lain:
1 Energik, yaitu kepala sekolah harus memiliki mental dan fisik yang kuat untuk memimpin pegawai.
2 Stabilitas Emosi, yaitu kepala sekolah tidak boleh cepat marah dan berprasangka buruk kepada pegawai. Selain itu, kepala sekolah juga harus
mampu mengelola emosinya. 3 Hubungan Sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki pengetahuan tentang
cara-cara bermasyarakat yang baik dan tepat. 4 Motivasi pribadi, yaitu seorang kepala sekolah harus bisa memotivasi diri
sendiri agar menjadi pemimpin yang besar dan baik. 5 Keterampilan Komunikasi, yaitu kepala sekolah harus memiliki kemampuan
untuk berkomunikasi dengan baik kepada pegawainya dan masyarakat. 6 Keterampilan mengajar, yaitu kepala sekolah memiliki kemampuan untuk
mengajarkan, menjelaskan, dan mengembangkan potensi pegawainya. 7 Keterampilan sosial, yaitu kepala sekolah harus memiliki rasa tanggap
terhadap keadaan sekitar. Senang menolong dan luwes dalam pergaulan dengan pegawai dan masyarakat.
8 Komponen teknis, yaitu kepala sekolah mempunyai kecakapan dalam menganalisis,
merencanakan, menyusun
konsep, mengorganisasi,
mendelegasikan, wewenang, dan mengambil keputusan.
37
2.1.3.4 Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pemimpin untuk memengaruhi pengikutnya. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan
yang khas dan berbeda satu dengan lainnya. Kurniadin dan Machali 2014: 301 mengungkapkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya.
Sementara itu, menurut Thoha 1995 dalam Sutomo dkk 2011: 84 gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Menurut Sutomo dkk 2011: 84 gaya kepemimpinan adalah pola perilaku
pemimpin yang khas saat mempengaruhi anak buahnya. Dari beberapa pengertian mengenai gaya kepemimpinan diatas dapat
disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku khas yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi anak buahnya yang betujuan agar sasaran
organisasi tercapai. Setiap pemimpin mempunyai sifat, kebiasaan, dan kepribadian sendiri yang
khas. Ini akan mempengaruhi gaya atau style perilaku memimpinnya. Gaya kepemimpinan adalah pola yang menyeluruh dari tindakan seorang
pemimpin, baik yang nampak maupun tidak merupakan bagian dari keyakian pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. Secara umum, menurut Karwati
dan Priansa 2013: 178-9 gaya kepemimpinan paling luas dikenal gaya kepemimpinan otokratis, demokratis, dan Laissez faire.
38 1 Gaya Kepemimpinan Otoktratis
Gaya kepemimpinan otokratis ini meletakkan seorang kepala sekolah sebagai sumber kebijakan. Kepala sekolah memandang guru, staf, dan pegawai
lain sebagai hanya menerima instruksi dari kepala sekolah dan tidak diperkenankan untuk membantah. Tipe kepemimpinan otokratis memandang
bahwa segala sesuatu ditentukan oleh kepala sekolah sehingga keberhasilan sekolah terletak dari kepala sekolah.
2 Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan demokratis menyajikan ruang kesetaraan dalam
pendapat. Guru, staf, dan pegawai memiliki hak untuk berkontribusi dalam tanggungjawab yang diembannya dan merupakan bagian dari keseluruhan sekolah
sehingga mendapat tempat sesuai dengan harkat dan martabat. Kepemimpinan demokratis menempatkan kepala sekolah sebagai seseorang yang mempunyai
tanggung jawab untuk mengarahkan, mengontrol, dan mengevaluasi, serta mengkoordinasikan berbagai pekerjaan yang diemban guru, staf, dan pegawai
lainnya. 3 Gaya Kepemimpinan Laissez Fairre
Gaya kepemimpinan Laissez fairre memberikan kebebasan mutlak kepada guru, staf, dan pegawai lainnya. Dalam hal ini kepala sekolah bersifat pasif dan
tidak memberikan keteladanan dalam kepemimpinannya. Dalam teori kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan akan efektif jika
disesuaikan dengan tingkat kematangan. Kematangan adalah kemampuan dan
39 kemauan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang
dibebankan. Menurut Mulyasa dalam Kurniadin dan Machali 2014: 307 gaya
kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antar perilaku tugas dan hubungan antara lain:
1 Gaya mendikte telling, yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang
jelas. 2 Gaya menjual, yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam taraf rendah
sampai moderat. Pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banyak, diperlukan hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningkatkan
kemauan. 3 Gaya melibatkan diri participating, yaitu gaya yang diterapkan jika anak
buah memiliki tingkat kematangan moderat hingga tinggi. Dalam gaya ini anak buat turut berperan dalam mengambil keputusan.
4 Gaya mendelegasikan delegating yaitu gaya yang diterapkan jika anak buah dalam tingkat kematangan tinggi.
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai fungsi tertentu yang digunakan untuk suatu hal. Begitu juga dengan kepemimpinan. Fungsi
kepemimpinan merupakan gejala sosial karena diwujudkan dalam interaksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi.
40
2.1.3.5 Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal
Dalam kegiatan pendidikan, kepala sekolah berperan sebagai pemimpin yang mempunyai tugas dan fungsi yang berkaitan dengan kemajuan pendidikan di
sekolah dasar yang dipimpinnya. Kebijakan kepemimpinan pendidikan yang dapat memberdayakan guru menjadi sangat penting untuk membangun kinerja guru
yang unggul dan produktif. Larry Lashway dalam Mulyasa 2011: 48 mengetengahkan pada Facilitative
Leader, yang intinya merupakan kepemimpinan yang menitikberatkan pada collaboration dan empowerment. Kemudian, David Menurut Conley and Paul
Goldman 1994 dalam Mulyasa 2011: 48 facilitative leadership sebagai “the
behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve problems, and impove performance.
” Model kepemimpinan diatas diharapkan dapat mendorong guru dan warga
sekolah dapat memberdayakan dirinya, dan membentuk tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diemban.
Kepemimpinan fasilitatif merupakan model alternative yang digunakan untuk mengahadapi tantangan masa depan era globalisasi dan teknologi informasi. Inti
dari model kepemimpinan fasilititaif adalah merujuk pada upaya pemberdayaan setiap komponen manusia yang terlibat dan bertanggungjawab dalam pendidikan
sekolah. Menurut Tery 1972 dalam Mulyasa 2011: 49 untuk dapat memberdayakan
individu dalam tingkat persekolahan, kepala sekolah sebaiknya dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan create on environment condusive
41 to empowerment, memperlihatkan idealisme pemberdayaan demonstrates
empowerment ideals, penghargaan terhadap segala usaha pemberdayaan encourages all endeavors toward empowerment, dan penghargaan terhadap
keberhasilan pemberdayaan applauds all empowerment successes. Pola kepemimpinan kepala sekolah tidak hanya sekadar untuk melaksanakan
tugas rutin yang sama saja dari hari ke hari. Kepala sekolah juga memerlukan standar kinerja. Standar kinerja ini bersifat dinamis yang selalu bisa ditigkatkan,
sehingga terjadi peningkatan mutu secara berkelanjutan. Agar lembaga pendidikan mempunyai bagian dari era globalisasi, menurut Mulyasa 2011: 49 perlu adanya
kepala sekolah ideal yang memiliki ciri khusus sebagai berikut. 1 Fokus pada kelompok yaitu kepemimpinan kepala sekolah lebih mengarah
pada kelompok-kelompok kerja yang memiliki tugas dan fungsi masing- masing, tidak hanya fokus pada individu.
2 Melimpahkan wewenang, kepala sekolah tidak selalu membuat keputusan sendiri dalam segala hal, tapi hanya melakukannya dalam hal-hal yang akan
lebih baik jika kepala sekolah yang memutuskan. 3 Merangsang kreativitas, upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk
meningkatkan kinerja pada dasarnya diperlukan adanya perubahan cara kerja. Seorang pemimpin tidak selayaknya memaksakan ide-ide lama yang sudah
terbukti tidak dapat menghasilkan mutu kinerja seperti yang diharapkan. 4 Memberi semangat dan motivasi, yaitu seorang kepalas sekolah selalu
mendambakan pembaharuan karena tahu bahwa hanya dengan pembahuruan
42 akan dapat dihasilkan mutu pendidikan yang lebih baik. Semua ini dilakukan
melalui proses uji coba dan evaluasi secara ketat sebelum diadopsi secara luas dalam organisasi.
5 Memikirkan program penyertaan bersama, yaitu seorang kepala sekolah harus mengupayakan adanya kerjasama dalam tim, kelompok, dan unit-unit
organisasi. Melalui sistem kerja yang didasari oleh kerjasama tim, kelompok atau unit akan menjadi pemikiran para kepala sekolah.
6 Kreatif dan proaktif, yaitu kepala sekolah harus selalu bertindak kreatif dan proaktif yang bersifat preventif dan antisipatif. Kepala sekolah tidak hanya
mengambil tindakan bila sudah terjadi masalah, namun selalu bertindak kreatif dan proaktif untuk mencegah munculnya masalah dan kesulitan di
masa yang akan datang. 7 Memperhatikan sumber daya manusia, yaitu kepala sekolah perlu
memperhatikan guru-guru sebagai sumber daya manusai yang berperan penting dalam pendidikan. Pemberdayaan dilakukan agar kemampuan guru
meningkat dari waktu ke waktu. 8 Membicarakan persaingan, yaitu dalam melaksanakan tugas, kepala sekolah
dianjurkan untuk melakukan pembandingan dengan sekolah lain. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu sekolah lain bahkan senantiasa
berusaha untuk melampaui mutu sekolah lain. Apabila kepala sekolah sedang membicarakan mutu sekolah lain dan berusaha untuk menyamai atau
melebihi, berarti kepala sekolah sedang membicarakan persaingan.
43 9 Membangun karakter, yaitu suatu karakter organisasi tercermin dari pola
sikap dan perilaku orang-orangnya. Budaya organisasi juga dijadikan cerminan dalam membangun karakter. Budaya organisasi akan menjunjung
tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi yang perlu dibina.
10 Kepemimpinan yang tersebar, yaitu seorang kepala sekolah hendaknya tidak berusaha untuk memusatkan kepemimpinan pada diri sendiri, tetapi
juga harus menyebarkan kepemimpinan pada orang lain dan menyisakan pada dirinya apa yang harus dipegang oleh seorang pemimpin. Pengambilan
kebijakan organisasi tetap berada di tangan kepala sekolah, namum untuk hal-hal yang bersifat operasional atau teknis disebarkan kepada lain sesuai
dengan kedudukan dan tugasnya. Jadi ketergantungan lembaga pada pimpinan aka sangat kecil, sehingga sebagian besar orang dalam lembaga
tersebut memiliki kemandirian yang tinggi. 11 Bekerja sama dengan masyarakat, yaitu kepala sekolah senantiasa
melibatkan masyarakat dalam penemuan solusi dari suatu masalah yang muncul kaitannya baik dari dalam lembaga itu sendiri maupun di masyarakat
supaya dapat diselesaikan secara lebih mudah dan tuntas.
2.1.3.6 Tugas Kepala Sekolah
Sebagai kepala sekolah, pelaksanaan tugas yang harus dijalankan tidak sedikit. Ada beberapa hal yang harus dilakukan kepala sekolah berkaitan dengan
tugasnya Sutomo, 2011: 97, antara lain:
44 1 Perannya sebagai seorang pendidik, kepala sekolah bertugas untuk
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan iptek, dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.
2 Perannya sebagai seorang manajer, kepala sekolah bertugas menyusun program,
menyusun pengorganisasian
sekolah, menggerakan
staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah, dan mengendalikan kegiatan.
3 Sebagai administrator, kepala sekolah bertugas untuk mengelola adminstrasi KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, serta
yang berkaitan dengan rumah tangga sekolah. 4 Sebagai supervisor, kepala sekolah bertugas menyusun supervisi pendidikan
dan memanfaatkan hasil supervisi.
5 Sebagai pemimpin, kepala sekolah bertugas menyusun dan mensosialisasikan
2.1.3.7 Kepemimpinan dalam Peningkatan Kinerja
Hal yang penting dalam peningkatan kinerja guru adalah peranan kepemimpinan kepala sekolah. Setiap pemimpin bertanggungjawab mengarahkan
guru-guru untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan kepala sekolah senantiasa memberikan pengertian dan contoh yang dilakukan dengan sabar. Kepala sekolah
sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan yang berkaitan dengan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi Sutomo dkk, 2011: 93 antara lain:
45 1 Pembinaan Disiplin
Disiplin merupakan suatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat, baik terhadap wewanang maupun kepada orang lain. Dalam hal ini, pemimpin
harus mampu membantu pegawai untuk dapat mengembangkan pola standar perilaku yang sesuai.
2 Pembangkitan Motivasi Setiap pegawai memiliki ciri khas, karakteristik yang khusus, dan berbeda
satu sama lain. Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap kegiatan. Motivasi adalah suatu dorongn baik dari dalam maupun luar diri seseorang yang
digunakan untuk berbuat sesuatu guna memenuhi kebutuhan. Motivasi digunakan untuk menggerakan faktor- faktor yang dapat meningkatkan efektifitas kinerja.
Sebagai pemimpin, pemberian motivasi kepada pegawai sangat dibutuhkan untuk pembangkitan semangat. Pegawai merasa kebutuhan kasih sayang dan rasa harga
dirinya diperhatikan ketika pemimpin memberikan motivasi. Sehingga hal tersebut akan mendorong pegawai untuk mengadakan hubungan yang efektif dan
mempunyai ikatan emosional yang kuat. 3 Penghargaan
Dalam dunia kerja, penghargaan digunakan sebagai bagian dari usaha yang dilakukan untuk meningkatkan semangat pegawai dalam bekerja. Penghargaan
yang diberikan oleh pemimpin akan menjadi bermakna apabila dikaitkan dengan
46 prsetasi pegawai secara terbuka, sehingga setiap pegawai mempunyai peluang
yang sama untuk meraihnya.
2.2 Hubungan Antar Variabel
Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kinerja guru Y, gaya kepemimpinan kepala sekolah X1, dan motivasi berprestasi X2. Indikator
kinerja guru adalah 1 merencanakan kegiatan pembelajaran; 2 melaksanakan kegiatan pembelajaran; dan 3 mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Barnawi dan Arifin 2014: 43 menjelaskan bahwa kinerja guru tidak akan mencapai hasil maksimal tanpa adanya faktor yang mempengaruhi. Faktor yang
mempengaruhi kinerja guru dapat berasal dari dalam diri guru internal maupun dari luar diri guru eksternal. Salah satu faktor internal yang mempengaruhi
kinerj guru adalah motivasi. Kemudian salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah.
Menurut Mulyasa 2007 dalam Barnawi dan Arifin 2014: 72 menyatakan bahwa gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru
guna meningkatkan produktivitas kerja. Gaya kepemimpinan merupakan perilaku dan suatu strategi dari hasil kombinasi antara falsafah, keterampilan, sifat, dan
sikap yang sering diterapkan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Indikator gaya kepemimpinan kepala sekolah yang ideal adalaha fokus pada
kelompok, melimpahkan wewenang, merangsang kreatifitas, memberi semangat
47 dan motivasi, memikirkan program penyertaan bersama, kreatif dan proaktif,
memperhatikan sumber daya manusia, membicarakan persaingan, membangun karakter, kepemimpinan yang tersebar, dan bekerja sama dengan masyarakat.
Dalam penelitian ini teori motivasi yang digunakan adalah teori motivasi berprestasi. Indikator motivasi berprestasi antara lain; 1 menyukai pekerjaan
yang dijalani; 2 menghendaki umpan balik; 3 berani mengambil resiko; dan 4 memiliki perhitungan untuk mencapai keberhasilan.
Hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru adalah gaya kepemimpinan dan motivasi
berprestasi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru.
2.3 Kajian Empiris