Pengaruh Pariwisata Terhadap Kebudayaan Hubungan Rumah Adat Tradisional Karo dengan Wisata Budaya

2.5 Pengaruh Pariwisata Terhadap Kebudayaan

Kebudayaan manusia antara lain terdiri dari kepercayaan, nilai, sikap dan kelakuan yang keseluruhannya merupakan bagian dari masyarakat yang dilewati dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan diwujudkan dengan cara yang berbeda seperti dalam pekerjaan, pakaian, arsitektur, kerajinan, sejarah, budaya, bahasa, pendidikan, tradisi, kegiatan mengisi waktu luang, kesenian, musik dan kesukaan lainnya. Proses pengembangan kebudayaan dan terpengaruhnya kebudayaan asli akan membuat kebudayaan beradaptasi dengan perubahan zaman. Proses ini dalam kepariwisataan diakibatkan karena terjadi kontrak antara dua pendukung kebudayaan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda pula. Dalam prosesnya, kedua masyarakat mengalami perubahan. Misalnya Pengunjung yang datang ke sebuah daerah dapat menikmati makanan tradisional dari daerah tersebut dan ketika kembali ke tempat asal mereka kadang-kadang membuat makanan yang sama seperti yang telah mereka makan selama liburan. Masyarakat setempat juga sering mempunyai keinginan untuk meniru turis yang datang, yang pernah mereka lihat. Proses kebudayaan saling meminjam atau saling mempengaruhi tersebut melahirkan suatu produk budaya baru. Biasanya penerimaan ini terjadi ketika kebudayaan yang dibawa para turis mempengaruhi lebih kuat mempengaruhi kebudayaan lokal yang dipengaruhi. Namun, ada kalanya ketika kebudayaan lokal yang lebih kuat mempengaruhi budaya impor. Contoh saling pengaruh antara turis dan masyarakat lokal dapat terjadi hampir di seluruh daerah objek wisata, misalnya di Bali. Universitas Sumatera Utara

2.6 Hubungan Rumah Adat Tradisional Karo dengan Wisata Budaya

Rumah tradisional Karo merupakan jenis rumah panggung dengan ketinggian bangunan mencapai 12m. Maksud dari pembuatan rumah panggung adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas. Selain itu,bagian kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat ternak dan penyimpanan kayu bakar. Orientasi bangunan selalu mengarah ke Utara dan Selatan, selain itu pembangunan rumah Adat Tradisional Karo juga harus selalu mengikuti arah aliran-aliran sungai yang terdapat di sekitarnya. Alasan pembangunan rumah tradisional Batak Karo menghadap Utara-Selatan dan juga mengikuti arah aliran sungai adalah karena masih adanya kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang dapat mengganggu mereka apabila pembangunan rumah tidak seperti yang telah ditetapkan. Rumah adat Tradisional Karo mempunyai keunikan tersendiri yaitu usia bangunan yang sudah lebih dari 250 tahun, mempunyai dua lapisan atap, mempunyai ukuran rumah yang paling besar diantara rumah-rumah tradisional suku Batak lainnya yaitu 10 x 30 m dan mempunyai daya tampung sampai 12 kepala keluarga atau sekitar enam puluh jiwa Frans Pelamonia, 2004 . Hal ini merupakan perbedaan yang dapat kita lihat dari sudut pandang perkembangan arsitektur yang telah mengalir selama berabad-abad dari manusia pada zaman batu sampai manusia pada zaman modern sekarang ini. Tanah Karo merupakan daerah yang sangat kaya dengan budaya leluhurnya. Kekayaan budaya ini patut disyukuri karena merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai kekayaannya. Universitas Sumatera Utara Potensi wisata yang terdapat di Tanah Karo dapat kita lihat mulai dari potensi alam lingkungan, adat-istiadat, upacara ritual, peninggalan purbakala, sistem pengetahuan tradisional, senjata tradisional, tempat-tempat bersejarah, peninggalan sejarah, serta seni dan budaya yang semuanya itu merupakan sumberdaya dan modal yang besar artinya bagi usaha pengembangan, peningkatan dan pemanfaatan secara optimal untuk berbagai kepentingan, salah satunya adalah kepariwisataan. Pemanfaatan potensi budaya sebagai modal harus diberdayakan secara optimal melalui penyelenggaraan kepariwisataan yang baik, cerdas dan tepat, yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan ekonomi atau pendapatan masyarakat Karo khususnya. Bila budaya dikaitkan dengan kepariwisataan mau tidak mau kita berbicara masalah pemanfaatan sumber daya budaya itu sendiri, tetapi pemanfaatan tersebut terkait dengan unsur lain sebagai bagian dari upaya pelestarian, yaitu upaya pengembangan dan perlindungan. Pemanfaatan budaya dalam kepariwisataan akan mendukung upaya memelihara, menumbuhkan dan mengembangkan apresiasi dan kreatifitas masyarakat, sebagai upaya pelestarian budaya bangsa. Secara khusus bila dilihat dari kepentingan kepariwisataan, pelestarian kebudayaan tradisional Karo sangat berpotensi dalam mendukung pengembangan wisata budaya di Tanah Karo. Ini dimungkinkan karena Karo memiliki potensi budaya yang sangat kaya. Wisata budaya tersebut mempunyai nilai-nilai yang terkait dengan eksibisi, daya tarik dan nilai jual yang dapat memberikan nilai ekonomi devisa bagi pendapatan asli daerah. Namun nilai eksibisi dan pengemasan yang hanya bertujuan mengejar nilai ekonomi sementara akan mengenyampingkan nilai-nilai budaya itu sendiri, dan akan merupakan tindakan perusakan budaya. Universitas Sumatera Utara Oleh sebab itu sangat dibutuhkan suatu strategi yang tepat dalam mengelola kedua unsur tersebut sehingga dapat saling menunjang dalam konteks pelestarian kebudayaan atau pengembangan wisata budaya. Hal ini harus dilakukan secara komprehensif dan hati-hati, dengan mempertimbangkan faktor-faktor penyebab terjadinya kerusakan budaya. Dalam perkembangan dunia kepariwisataan, budaya merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik sehingga orang mau melakukan kegiatan wisata. Disamping itu daya tarik lainnya seperti alam, marina, bahkan dewasa ini muncul wisata belanja dan kuliner makanan juga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Namun semua daya tarik yang menjadi tujuan orang untuk melakukan kegiatan perjalanan wisata tersebut haruslah saling mendukung satu dengan yang lainnya. Pengembangan dunia kepariwisataan terkait dengan wisata budaya tidak semata-mata bertujuan untuk penerimaan devisa dan memperluas lapangan kerja, tetapi pengembangan kepariwisataan dan warisan budaya itu juga terkait dengan upaya memperkenalkan kekayaan kebudayaan dan jati diri orang Karo. Artinya unsur perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan sebagai dasar pengertian pelestarian budaya saling kait mengait. Dengan melestarikan kekayaan warisan budaya kita dapat menunjang dunia kepariwisataan. Namun dalam prakteknya, hubungan pelestarian budaya dengan kepariwisataan sering sekali menimbulkan ambiguitas, antara melestarikan dan kemungkinan perusakan budaya itu sendiri. Hal ini karena tiga konsep yang seharusnya berjalan secara bersamaan, yaitu melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan, pada kenyataannya sering tidak dipahami atau disadari sehingga dalam pelaksanaannya pun tidak sering berjalan. Universitas Sumatera Utara Di satu sisi ada anggapan bahwa pariwisata cenderung merusak warisan budaya lokal yang dikunjunginya, dan di sisi lain ada juga yang berargumen pariwisata dapat membantu kelangsungan hidup suatu warisan budaya dan dapat dilaksanakan secara professional dan berhati-hati. Dalam hal ini dibutuhkan upaya konstruksi dan rekonstruksi warisan budaya itu secara tepat dalam rangka pengembangan kepariwisataan untuk peningkatan ekonomi. Dalam upaya mengkonstruksi warisan budaya untuk kepentingan kepariwisataan, dapat dilakukan lewat pengemasan kebudayaan, modifikasi kebudayaan, obyektifikasi kebudayaan, konservasi budaya, atau revitalisasi budaya untuk public audience atau kepariwisataan. Dalam hal inilah dibutuhkan pemahaman dan kebijaksanaan dalam melakukannya. Jika dilakukan dengan cermat dan dengan kehati-hatian, maka apa yang ditakutkan yaitu rusaknya suatu budaya akibat pariwisata tidak akan terjadi. Oleh sebab itu, kompetensi sumber daya manusia untuk mengelola persoalan-persoalan yang terkait dengan pelestarian kebudayaan dan pemanfaatan kebudayaan tersebut untuk kegiatan pariwisata tentulah sangat dibutuhkan Julianus P Limbeng, 2009. Universitas Sumatera Utara

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN KARO