Partisipasi Politik Masyarakat Kerangka Teori

Dengan pemilihan kepala daerah secara langsung, maka sensitifitas pemerintah akan meningkat dan berusaha memahami kebutuhan masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri.

I.5.3 Partisipasi Politik Masyarakat

Partisipasi politik masyarakat adalah aktivitas warganegara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik yang dilakukan orang dalam posisinya sebagai warganegara. Partisipasi politik masyarakat bersifat sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa. Peran serta warganegara tersebut didasarkan pada harapan-harapan yang tinggi tentang kualitas warganegara dan keinginan mereka untuk terlibat dalam kehidupan publik. Dalam hal ini warganegara dituntut untuk lebih memiliki nilai- nilai demokrasi dan rasa kebebasan untuk berperan serta dalam masalah- masalah publik. Partisipasi politik menurut Herbert McClosky adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan umum. 17 17 Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Ikrar Mandiriabadi 2008:368 Hal yang diteropong terutama adalah mengenai tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan pemerintah, sekalipun fokus utamanya lebih luas yaitu usaha-usaha untuk memengaruhi alokasi nilai secara otoritatif untuk masyarakat. Partisipasi politik dapat juga di defenisikan sebagai suatu sikap politik yang mencakup segala Universitas Sumatera Utara kegiatan atau aktivitas yang mempunyai relevansi politik ataupun hanya mempengaruhi pejabat pemerintah dalam pengambilan keputusan. Huntington dan Nelson membagi partisipasi politik atas dua jenis yaitu: partisipasi Otonom dan partisipasi mobilisasi. 18 Berbicara tentang partisipasi masyarakat berhubungan dengan Teori kebijakan publik, yang menjelaskan tentang pendekatan dalam analisis sebuah kebijakan publik. Partisipasi masyarakat merupakan salah satu pendekatan dalam Partisipasi Otonom adalah suatu jenis partisipasi yang diharapkan dari setiap individu dalam agrerat masyarakat yaitu keterlibatan masyarakat, baik dalam hal memberikan masukan mengenai ide dan konsep tentang sesuatu hal pada pemerintah, mendirikan organisasi massa, menjadi kelompok-kelompok penekan bagi pemerintah, memberikan haknya pada saat pemilihan kepala daerah, merupakan serangkaian partisipasi yang diinginkan oleh masyarakat dan pemerintah dalam menciptakan keberadaban politik. Sedangkan Partisipasi mobilisasi adalah partisipasi yang lebih mengedepankan dukungan masyarakat terhadap pelaksanaan program- program yang telah dibuat oleh pemerintah. Dalam penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah, partisipasi politik masyarakat saat pemilihan berorientasi terhadap peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat. Karena dengan pemilihan kepala daerah tersebut, warga masyarakat diminta untuk memilih calon-calon yang ada dengan merujuk pada program- program kegiatan yang ditawarkan oleh para calon pada saat mereka berkampanye. 18 Leo Agustino, Pilkada dan Dinamika Politik Lokal, Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2009:190 Universitas Sumatera Utara analisis kebijakan publik saat ini, yaitu Pendekatan peran serta warganegara. Hal ini didasarkan dari pemikiran demokrasi klasik dari Jhon locke dan Jhon Stuart Mill, yang menekankan pengaruh yang baik dari peran warganegara dalam perkembangan kebijakan publik. 19 Bentuk-bentuk partisipasi politik itu adalah: Keikutsertaan warga negara dalam masalah-masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat, akan mendorong masyarakat sehingga memiliki pengetahuan dan pemahaman, mengembangkan rasa tanggungjawab sosial yang penuh dan menjangkau perspektif mereka di luar batas- batas kehidupan pribadi. Oleh karena itu warga negara perlu memberikan perhatian untuk ikut serta atau berperan dalam pembangunan suatu daerah, khususnya melalui penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah. 20 1. Kegiatan Pemilihan yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu; 2. Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu; 19 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta, Media Pressindo 2004: 45 20 Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang, Jakarta, Rineka Cipta, 1990 : 9-10 Universitas Sumatera Utara 3. Kegiatan Organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah; 4. Mencari koneksi Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan 5. Tindakan Kekerasan violence, yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, revolusi dan pemberontakan. Kelima hal diatas merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat. Jadi dalam hal pemilihan kepala daerah secara langsung, kegiatan masyarakat untuk ikut dalam pemilihan atau mmberikan suara merupakan merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat. Di negara- negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya adalah dengan pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong dari keyakinan, bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang- kurangnya diperhatikan, dan sedikit banyaknya tindakan tersebut dapat mempengaruhi tindakan orang-orang yang berwenang untuk membuat keputusan. Universitas Sumatera Utara Partisipasi Politik masyarakat erat kaitannya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian akan menuntut hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. Perasaan kesadaran seperti itu biasanya timbul dari orang- orang yang berpendidikan, meskipun pendidikan sebenarnya tidak menjamin tingkat partisipasi masyarakat. Di negara Demokrasi juga dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat lebih baik. Tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu. 21 Dari beberapa kasus pemilihan kepala daerah di Indonesia, diantara masyarakat ada yang ikut dalam satu atau lebih bentuk partisipasi, namun ada Hal itu juga menunjukkan bahwa rezim yang bersangkutan memiliki kadar keabsahan atau legitimasi yang kuat. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang kurang atau rendah dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena dapat ditafsirkan bahwa banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap masalah kenegaraan. selain itu, jika berbagai aspirasi rakyat tidak diungkapkan, pimpinan negara akan kurang tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan cenderung melayani kebutuhan kelompok tertentu saja Dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Indonesia, masyarakat perlu ikut berpartisipasi. Bentuk partisipasi dari masyarakat dapat terwujud dari satu atau beberapa kegiatan yang melibatkan partisipasi masyarakat, misalnya ikut dalam acara sosialisasi, penyuluhan, kampanye dan bahkan ikut memberikan suaranya pada saat pemilihan kepala daerah. 21 Miriam Budiardjo, Dasar- Dasar Ilmu Politik, Jakarta, PT Ikrar Mandiriabadi 2008:368 Universitas Sumatera Utara juga yang sama sekali tidak melibatkan diri dalam kegitan politik. Hal ini dinamakan dengan apatis dan sikap tersebut banyak dipilih oleh masyarakat dengan tidak ikut dalam pemilihan dikarenakan oleh sikap tidak tertarik mengenai masalah politik, tidak yakin bahwa usaha untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah akan berhasil, dan ada juga yang sengaja tidak memilih karena kebetulan berada di lingkungan dimana ketidaksertaan merupakan hal yang dianggap biasa.

1.5.4 Komisi Pemilihan Umum I.5.4.1 Pengertian Komisi Pemilihan Umum

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Implementasi Peraturan Komisi Pemilihan Umum Tentang Pembatasan Alat Peraga Kampanye (Studi: Komisi Pemilihan Umum Daerah Kota Medan Pada Pemilihan Legislatif Kota Medan 2014 di Kecamatan Medan Sunggal)

4 77 149

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

1 37 82

Peranan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Lingkungan Wilayah Propinsi Aceh (Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Periode 2007-2012)

2 58 135

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 3 11

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 4 11

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 7 11