63
Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, termasuk politeknik, balai penelitian dan balai pelatihan
kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan yang terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan daerah.
4.1.2 Perkembangan Ekonomi Sumatera Utara
Setiap tahun perekonomian Sumatera Utara diwarnai dengan berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi. Perkembangan ini dapat
dilihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 19971998, perekonomian Sumatera
Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun 1989 sebesar 9,59. Pada saat itu kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang, selanjutnya pada
tahun berikutnya mengalami sedikit penurunan walaupun tidak terlalu signifikan sehingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9,01, jauh melebihi target sebesar
8,50. Hal ini diakibatkan meningkatnya peranan dari beberapa sektor ekonomi seperti pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan
komunikasi. Namun sejak krisis ekonomi melanda Indonesia, terjadi perubahan yang
signifikan dibanding tahun yang sebelumnya. Perekonomian mengalami perlambatan. Dampak krisis moneter yang berlangsung sejak semester II 1997 sampai dengan
semester I 1998 tersebut berpengaruh terhadap perekonomian misalnya terlihat dari
Universitas Sumatera Utara
64
terdepresiasinya nilai Dollar, inflasi yang melonjak hingga posisi 40,79 pada semester I tahun 1998 meningkat dari tahun 1997 yang berada pada level 9,96.
Disamping itu pengaruh dari sektor non-ekonomi juga turut mempengaruhi perekonomian Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap perekonomian
Sumatera Utara seperti terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan dan kondisi politik yang tidak stabil.
Dalam perkembangan selanjutnya, aktivitas perekonomian Sumatera Utara berusaha bangkit dari perbaikan berbagai indikator ekonomi yang nantinya akan
mempengaruhi ekonomi Sumatera Utara ke arah yang lebih baik. Seperti yang terjadi pada tahun 2003 sampai 2004, pertumbuhan ekonomi tahun 2004 tumbuh 5,74
lebih tinggi dari tahun 2003 yang sebesar 4,31. Disamping itu, indikator ekonomi Sumatera Utara relatif mengalami perbaikan sehingga turut mempengaruhi roda
perekonomian Sumatera Utara secara keseluruhan. Begitu juga memasuki tahun 2005, tidak terlalu banyak mengalami perubahan dari tahun 2003, walaupun sedikit
diwarnai perkembangan yang cukup ketat akibat kebijakan non-populer dari pemerintah dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM. Pada tahun 2005
terjadi penurunan perekonomian dari tahun sebelumnya, dimana pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menjadi 5,48.
Beberapa indikator ekonomi tersebut misalnya dapat dilihat dari: a. Laju Inflasi
Sebelum terjadi krisis moneter, laju inflasi di Sumatera Utara masih berada pada posisi yang tidak terlalu parah, namun pada tahun 1998 sejak krisis melanda
Universitas Sumatera Utara
65
perekonomian, inflasi melonjak tajam mencapai 83,56. Ini menjadi tingkat inflasi yang paling parah yang pernah melanda perekonomian Sumatera Utara. Kondisi ini
turut mempengaruhi kurs rupiah yang mancapai angka Rp 18.000 per Dollar AS. Terjadi lonjakan harga yang sangat tinggi mengakibatkan biaya produksi meningkat
tajam. Namun seiring perkembangannya, laju inflasi dapat menurun perlahan-lahan
pada posisi 11,37 pada tahun 1999 ketika secara lambat laun perekonomian bangkit kembali. Pada tahun 2005, inflasi Sumatera Utara mencapai 22,41 jauh lebih tinggi
dari tahun sebelumnya tahun 2004 yang hanya 6,81. Tabel 4.1
Inflasi di Sumatera Utara 1991-2005
Tahun Inflasi 1991 8,99
1992 8,56 1993 9,75
1994 8,28 1995 7,24
1996 8,70 1997 13,10
1998 83,56 1999 11,37
2000 15,73 2001 15,50
2002 10,49 2003 9,66
2004 6,81 2005 22,41
Sumber: BPS Prop. SU
Universitas Sumatera Utara
66
Dari kondisi ini tergambar bahwa laju inflasi di Sumatera Utara masih belum stabil, tergantung pada kondisi yang terjadi baik karena faktor ekonomi maupun non-
ekonomi. Misalnya secara fundamental tingginya inflasi 2005 terjadi karena kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sehingga memberi dampak makro yang
cukup besar. Kondisi ini telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap harga terpuruk.
Tingginya tingkat inflasi di Propinsi Sumatera Utara terkhusus beberapa tahun belakangan ini terlihat dari beberapa faktor seperti tingginya permintaan akan
kelompok bahan makanan akibat pelaksanaan hari besar keagamaan, sementara untuk kelompok di luar bahan makanan terlihat pada kenaikan harga barang seperti
perumahan, listrik, gas, air minum,dan lain-lain. b. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Ditinjau dari kontribusi PDRB terhadap perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Sebelum krisis ekonomi, kontribusi PDRB terhadap perekonomian
sebagai salah satu indikator tidak terlalu menurun. Hal ini disebabkan pada masa ini kontribusi dari semua sektor perekonomian mengalami perbaikan. Namun, dampak
krisis yang terjadi ternyata juga berpengaruh pada peningkatan PDRB seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Universitas Sumatera Utara
67
Tabel 4.2 PDRB Propinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku
1991-2005 Milyar Rupiah Tahun PDRB
1991 12.111,55 1992 14.316,66
1993 18.215,46 1994 21.678,60
1995 24.686,43 1996 28.173,10
1997 34.006,27 1998 48.331,73
1999 59.228,08 2000 67.659,90
2001 77.803,07 2002 86.741,28
2003 103.401,37 2004 118.100,51
2005 136.903,27
Sumber: BPS Prop. SU Dari tabel tersebut dapat kita lihat perkembangan perekonomian Sumatera
Utara melalui PDRB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 1991 PDRB Sumatera Utara hanya sebesar Rp 12.111,55 Milyar, sedangkan pada tahun
2000 PDRB Sumatera Utara telah mencapai angka Rp 67.659,90 Milyar angka tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2005 PDRB Sumatera Utara telah
mencapai angka Rp 136.903,27 Milyar. Hal tersebut menandakan bahwa perekonomian di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Perkembangan PDRB Propinsi Sumatera Utara tersebut tidak terlepas dari kontribusi PDRB dari sektor pertanian yang di dalamnya termasuk kontribusi dari
Universitas Sumatera Utara
68
sub-sektor perkebunan. Berikut dapat kita lihat kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Sumatera Utara:
Tabel 4.3 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Sumatera Utara
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 1991-2005 Milyar Rupiah,
Tahun Pertanian PDRB Sumatera
Utara Persentase Kontribusi
Pertanian 1991 4.141,87
12.111,55 34,2
1992 4.995,02 14.316,66
34,9 1993 4.895,74
18.215,46 26,9
1994 5.494,84 21.678,60
25,3 1995 6.165,52
24.686,43 24,9
1996 7.042,13 28.173,10
24,9 1997 8.743,19
34.006,27 25,7
1998 12.766,07 48.331,73
26,4 1999 16.270,59
59.228,08 27,4
2000 20.084,21 67.659,90
29,6 2001 23.377,42
77.803,07 30,0
2002 25.243,94 86.741,28
29,1 2003 25.789,49
103.401,37 24,9
2004 28.893,55 118.100,51
24,4 2005 32.093,41
136.903,27 23,4
Sumber: BPS Prop.SU Melalui tabel tersebut dapat kita lihat kontribusi dari sektor pertanian yang
cukup besar terhadap PDRB Sumatera Utara. Dengan kontribusi terbesar pada tahun 1992 sebesar 34,9, sedangkan kontribusi terkecil adalah pada tahun 2005 walaupun
dengan kontribusi yang cukup besar yakni 23,4.
Universitas Sumatera Utara
69
4.1.3 Perkembangan Ekspor Sumatera Utara