21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peranan Pertanian Dalam Pembangunan Ekonomi
Pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri, maningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, memperluas
kesempatan kerja, dan mendorong pemerataan kesempatan berusaha. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai keunggulan komparatif, hal itu
disebabkan oleh karena: a. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa sehingga perbedaan musim menjadi jelas
dan periodenya agak lama. b. Karena lokasinya di khatulistiwa maka tanaman cukup memperoleh sinar matahari
untuk keperluan fotosintesisnya. c. Curah hujan umumnya cukup memadai.
d. Adanya politik pemerintah yang sedemikian rupa sehingga mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian Soekartawi dkk,1993.
Dengan memandang pentingnya dan besarnya peranan yang dapat diambil maka pemerintah berusaha untuk mengoptimalkan sektor pertanian tersebut dengan
cara:
Universitas Sumatera Utara
22
a. Mengembangkan hasil pertanian.
b. Mengembangkan pangsa pasar dan hasil pertanian.
c. Mengembangkan faktor produksi pertanian.
Menurut M.L. Jhingan 1994 peranan sektor pertanian pada pembangunan ekonomi terletak pada:
a. Menyediakan surplus pangan yang semakin besar pada penduduk yang
semakin meningkat. b.
Meningkatkan permintaan akan produk industri, dan dengan demikian mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan sektor tersier.
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang modal
bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus-menerus. d.
Meningkatkan penghasilan masyarakat untuk dimobilisasi pemerintah. e.
Memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
2.2 Kebijakan Pembangunan Pertanian
2.2.1 Pengertian Pembangunan
Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau
terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Soekartawi, 1995
Universitas Sumatera Utara
23
Untuk mencapai hal tersebut maka haruslah ada langkah-langkah kebijaksanaan yang harus diambil dalam pembangunan pertanian. Langkah-langkah
kebijaksanaan yang harus diambil tersebut meliputi intensifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, yang intinya tercakup dalam pengertian Trimarta
Pembangunan Pertanian yaitu kebijaksanaan usaha tani terpadu, komoditi terpadu, dan wilayah terpadu. Disamping itu juga harus diperhatikan tiga komponen dasar
yang harus dibina yaitu petani, komoditi hasil pertanian dan wilayah pembangunan dimana kegiatan pertanian berlangsung. Pembinaan terhadap petani diarahkan
sehingga menghasilkan peningkatan pendapatan petani. Pengembangan komoditi hasil pertanian diarahkan agar benar-benar berfungsi sebagai sektor yang
menghsilkan bahan pangan, bahan ekspor, dan bahan baku bagi industri. Pembinaan terhadap wilayah pertanian ditujukan agar dapat menunjang pembangunan wilayah
seutuhnya dan tidak terjadi ketimpangan antar wilayah. Tricahyono, 1983
2.2.2 Kaitan Antara Pembangunan Pertanian dan Pembangunan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno pembangunan ekonomi adalah ” suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu negara meningkat secara terus-
menerus dalam jangka panjang”. Sukirno, 1982 Dari defenisi diatas dapat dilihat bahwa pada umumnya pembangunan
ekonomi mempunyai tiga sifat penting yaitu: a.
Suatu proses yang berarti perubahan secara terus-menerus. b.
Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.
Universitas Sumatera Utara
24
c. Kenaikan pendapatan perkapita itu harus berlangsung dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi tersebut perlu dipandang sebagai suatu proses agar saling berkaitan dan mempunyai hubungan antar faktor-faktor yang menghasilkan.
Pembangunan ekonomi dapat dilihat dan pada akhirnya diketahui peningkatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat dari satu tahap pembangunan ketahap
berikutnya. Kesejahteraan yang meningkat dapat dilihat dari kenaikan pendapatan perkapita masyarakat. Agar proses pembangunan ini dapat menjadi wujud yang
nyata, haruslah berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus sehingga akhirnya dapat dilihat suatu pembangunan ekonomi ke arah yang positif. Akan tetapi
pada prakteknya ada negara yang melihat laju pembangunan ekonominya dengan menggunakan tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto. Jika cara ini digunakan,
maka ada beberapa hal yang tidak diperhatikan, misalnya pertambahan kegiatan ekonomi masyarakat, pertambahan penduduk, sehingga oleh para ahli ekonomi
pengertian ini dibedakan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yaitu kenaikan dalam Produk Domestik Bruto tanpa
memperhatikan apakah kenaikan itu lebih besar dari tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak. Pembangunan
dapat berarti kenaikan Produk Domestik Bruto melebihi tingkat pertambahan penduduk. Menurut Todaro tujuan pembangunan ada 3, yaitu:
1. Menciptakan keadaan yang dapat membantu pertumbuhan rasa harga diri
melebihi pembangunan sistem dan lembaga sosial, politik dan ekonomi yang dapat mengembangkan rasa harga diri dan rasa hormat terhadap kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
25
2. Mempertinggi tingkat penghidupan bangsa, yaitu tingkat pendapatan dan
konsumsi pangan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya nelalui proses pembangunan ekonomi.
3. Mengembangkan kebebasan penduduk untuk memilih dengan jalan
memperluas rangkaian kesempatan untuk memilih, misalnya dengan menambah keanekaragaman jenis barang dan jasa yang tersedia.
Jadi melalui proses pembangunan ekonomi harus dapat mengangkat tingkat penghidupan bangsa dari segala aspek, bukan saja dalam peningkatan pendapatan,
dan juga rasa harga diri sebagai manusia. Walaupun tingkat pendapatan tinggi tetapi tidak ada rasa aman, selalu dihantui perasaan takut, maka tidak dapat dikatakan
terjadi pembangunan ekonomi. Untuk itu diperlukan intervensi pemerintah dalam menetapkan formulasi kebijaksanaan yang sesuai dengan tujuan transformasi
ekonomi yang penting, baik dalam institusional maupun masyarakat dalam waktu yang sesingkat mungkin.
2.3 Perdagangan Internasional
2.3.1 Latar Belakang Perdagangan Internasional
Setiap negara memiliki karakteristik masing-masing yang membedakannya dengan negara lain baik ditinjau dari segi sumber daya alamnya, iklimnya, letak
geografisnya, penduduknya, sumber daya manusianya, struktur ekonominya serta
Universitas Sumatera Utara
26
situasi politiknya. Perbedaan-perbedaan itu mengakibatkan terjadinya perbedaan barang yang dihasilkan oleh masing-masing negara.
Karena itu timbul negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam memproduksi hasil tertentu. Hal ini dimungkinkan karena ada barang yang hanya
dapat diproduksi di daerah dan iklim tertentu atau karena negara tersebut memiliki kombinasi faktor-faktor produksi yang lebih baik dari negara lainnya, sehingga
negara tersebut dapat menghasilkan barang yang lebih bersaing. Namun adakalanya produksi dari suatu negara belum dapat dikonsumsi
seluruhnya di dalam negeri, maka hal ini sejak berabad-abad yang lalu telah mendorong orang untuk memperdagangkan hasil produksi tersebut ke negara lain di
luar batas negaranya. Perdagangan barang-barang dari suatu negeri, ke lain negeri di luar batas negaranya itulah yang dimaksud dengan perdagangan luar negeri
M.S.,2004:2 Perdagangan internasional terjadi karena setiap negara dengan partner
dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim, penduduk, sumber daya manusia, spesifikasi tenaga kerja,
konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut maka atas dasar kebutuhan yang saling
menguntungkan, terjadilah proses pertukaran yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional Halwani, 2002:17.
International busines perdagangan internasional dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan perniagaan dari suatu negara asal country of origin yang melintasi
Universitas Sumatera Utara
27
perbatasan menuju suatu negara tujuan country of destination yang dilakukan oleh perusahaan multinasional multinational corporation untuk melakukan perpindahan
barang dan jasa, perpindahan modal, perpindahan tenaga kerja, perpindahan teknologi dan perpindahan merk dagang Waluya, 1995:3.
Pada proses awalnya perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya
diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang saat terjadinya transaksi dengan kompetensi barang dan jasa dikemudian hari. Akhirnya berkembang hingga
pertukaran antarnegarainternasional dengan aset-aset yang mengandung resiko seperti saham, valuta asing dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah
pihak, bahkan semua negara yang terkait didalamnya sehingga memungkinkan setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan perdagangan yang
dapat meningkatkan pendapatan mereka. Dari keadaan tersebut, menunjukkan setiap negara mempunyai tingkat
kapasitas produksi yang berbeda baik secara kuantitas, kualitas, dan jenis produksinya. Perbedaan-perbedaan inilah yang menyebabkan timbulnya transaksi
perdagangan internasional. Adapun sebab-sebab umum yang mendorong terjadinya perdagangan internasional Halwani, 2002:18 adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya alam natural resources
2. Sumber daya modal capital resources
3. Tenaga kerja human resources
4. Teknologi
Universitas Sumatera Utara
28
2.3.2Teori Perdagangan Internasional
Teori perdagangan internasional adalah teori-teori yang mencoba memahami mengapa sebuah negara mau melakukan kerja sama perdagangan dengan negara-
negara lain. Teori-teori mengenai perdagangan internasional dapat digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu teori-teori klasik dan teori-teori modern. Teori-teori
klasik yang dikenal diantaranya teori keunggulan absolut absolute advantages yang dikembangkan oleh Adam Smith dan keunggulan komparatif comparative
advantages yang dikembangkan oleh David Ricardo. Sedangkan teori faktor proporsi atau dekenal dengan sebutan H-O termasuk diantara teori-teori modern.
a. Teori Keunggulan Absolut absolute advantages
Teori keunggulan absolut dikembangkan oleh Adam Smith sebagai perbaikan atas merkantilis. Menurut Smith, surplus perdagangan yang
dipaksakan lewat merkantilis peroteksi dan pemberian monopoli akan mengorbankan efisiensi dan produktivitas. Sebab lewat perlindungan dan hak
monopoli, pengusaha tidak terdorong untuk melakukan efisiensi dan inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih
sedikit, tetapi harga jualnya yang semakin mahal, kualitasnyapun belum tentu baik. Dengan kata lain, harga yang harus dibayar dari kebijakan perlindungan
seperti yang diusulkan merkantilis adalah kesejahteraan rakyat. Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan
kemakmuran bila dilaksanakan melalui mekanisme perdagangan bebas, para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
29
pertimbangan keunggulan absolut, yaitu keunggulan yang dilihat dari kemampuan produksi dengan biaya lebih rendah. Sebab bila biayanya lebih
rendah, dengan input yang sama dapat dihasilkan output yang lebih banyak. Bilamana keunggulan suatu negara dari negara lainnya dalam
memproduksi suatu jenis barang disebabkan karena faktor alam, maka negara tersebut dikatakan mempunyai ”keunggulan mutlak” absolute advantage.
Misalnya karet hanya bisa tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia dan Malasyia, maka dalam memproduksi karet alam, Indonesia dan Malasyia
mempunyai ”keunggulan mutlak” terhadap negara-negara lainya. b.
Teori Keunggulan Komparatif comparative advantages Bilamana suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang lebih
baik dan lebih murah disebabkan karena lebih baiknya kombinasi dari faktor- faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan pengurusannya maka negara
tersebut dapat pula memperoleh ”keunggulan”. Ini disebabkan karena produktivitasnya yang tinggi, yang memungkinkan untuk memproduksi suatu
jenis barang dengan biaya yang lebih rendah dari negara lainnya. Hal ini disebut sebagai ”keunggulan dalam perbandingan biaya”. comparative
advantage cost. Oleh karena produksi dari suatu negara belum tentu dapat dionsumsi
seluruhnya di dalam negeri, atau mugkin juga suatu hasil produksi dari suatu negara sama sekali dapat dipergunakan untuk konsumsi di dalam negeri, maka
hal ini semenjak berabad-abad yang lalu telah mendorong orang untuk
Universitas Sumatera Utara
30
memperdagangkan hasil produksi dalam negeri ke lain negeri di luar batas negara itulah yang kita maksudkan dengan perdagangan luar negeri.
Dari sudut lain dapat pula dilihat, apakah kebutuhan di dalam negeri akan lebih baik diproduksi di dalam negeri, atau akan lebih menguntungkan
kalau didatangkan dari luar negeri, dan sebaliknya menjual hasil produksi dalam negeri yang akan mendapat pasaran dan harga yang lebih baik di luar
negeri. Dalam perdagangan luar negeri, faktor perbandingan biaya produksi
ini adalah penting sekali yang dalam bahasa asingnya disebut dengan istilah comparative cost. Karena keunggulan-keunggulan yang ada pada suatu negara
dalam memproduksi suatu jenis barang, ataupun karena pertimbangan yang berhubungan dengan perbandingan biaya produksi.
c. Teori Hecksher-Ohlin
Di dalam kelompok teori-teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal antara lain teori Hecksher dan Ohlin. Teori H-O ini
disebut juga factor proportion theory atau teori ketersediaan factor. Dasar pemikiran dari teori ini adalah perdagangan internasional, misalnya antara
Indonesia dan Jepang, terjadi karena biaya alternatif opportunity cost berbeda antara kedua negara tersebut, yang disebabkan oleh adanya perbedaan
dalam jumlah faktor produksi tenaga kerja, modal dan tanah yang dimiliki oleh kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan
Universitas Sumatera Utara
31
tenaga kerja dalam jumlah yang jauh lebih banyak dibanding Jepang. Sebaliknya, Jepang memiliki modal yang lebih banyak dari pada Indonesia.
Maka, sesuai dengan hukum pasar permintaan dan penawaran, harga dari faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara di Indonesia dan
Jepang. Upah tenaga kerja dan harga tanah di Indonesia lebih murah dari pada di Jepang, sebaliknya harga modal di Indonesia lebih mahal
dibandingkan di Jepang. Perbedaan harga faktor produksi tersebut belum tentu dapat mengatakan bahwa Indonesia lebih unggul atas Jepang dalam membuat
suatu jenis barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas pemakaian tenaga kerja, tanah dan modal dalam memproduksi barang tersebut. Intensitas
pemakaian faktor produksi dapat diukur dengan rasio antara nilai faktor produksi dan nilai output. Jelas bahwa pertanian adalah jenis sektor yang
proses produksinya lebih padat tenaga kerja dan tanah dibandingkan sektor industri manufaktur. Oleh karena itu, secara teori Indonesia memiliki
keunggulan atas Jepang dalam menghasilkan komoditi-komoditi pertanian. Jadi, menurut teori H-O ini, struktur perdagangan luar negeri dari
suatu negara tergantung pada ketersediaan dan intensitas pemakaian faktor- faktor produksi dan yang terakhir ditentukan oleh teknologi. Suatu negara
akan berspesialisasi dalam produksi dan mengekspor barang-barang yang input faktor produksi utamanya relatif banyak di negara tersebut dan
mengimpor barang yang input utamanya tidak dimiliki oleh negara tersebut atau jumlahnya yang sangat terbatas.
Universitas Sumatera Utara
32
2.3.3 Kebijakan Ekonomi Internasional
Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional. Hal ini terkait dengan kebijakan fiskal dan moneter. Sedangkan dalam
arti sempit, adalah tindakan atau kebijakan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional Rosyidi, 2002:59.
Menurut Rosyidi 2002, instrumen kebijakan ekonomi internasional terdiri dari: a.
Kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan ini mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan current account dari
neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor, kuota impor, subsidi, bilateral trade agreement, dan lain-lain.
b. Kebijakan pembayaran internasional. Menyangkut tindakan pemerintah
terhadap rekening modal capital account dalam neraca pembayaran internasional, dalam bentuk pengawasan terhadap pembayaran internasional,
seperti: exchange control, pengawasan lalu lintas jangka panjang, dan lain- lain.
c. Kebijakan bantuan luar negeri. Kebijakan ini terkait dengan bantuan luar
negeri grants dan hutang loans.
Universitas Sumatera Utara
33
2.3.4 Beberapa Faktor Khusus Perdagangan Internasional
Sama halnya dengan perdagangan dalam negeri yakni melakukan transaksi “jual beli” maka dalam perdagangan luar negeri pun juga dilakukan aktivitas “jual”
yang disebut dengan ekspor dan aktivitas ‘beli” yang lazim disebut impor. Faktor pertama yang harus diperhatikan adalah faktor hasil proceeds dan
biaya cost. Barang-barang yang akan dijual ke luar negeri adalah barang yang biaya pembuatannya relatif murah bila dibandingkan dengan ongkos pembuatannya di luar
negeri, dalam arti kata kalau diekspor akan dapat dijual dengan mendapatkan hasil penjualan yang menguntungkan.
Kedua faktor ini sudah tentu hanya dapat dilakukan dalam batas tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Dari sudut pandang ini mudah dapat
dipahami adakalanya suatu jenis barang ekspor harus diekspor sekalipun akan menderita rugi kalau dihitung dalam mata uang sendiri misalnya dalam mata uang
Rupiah, tetapi apabila pemerintah memerlukan dan mengutamakan penghasilan dalam bentuk valuta asing, maka ekspor harus dijalankan. Sebaliknya apabila
pemerintah memandang sesuatu jenis barang tidak begitu diperlukan demi kesejahteraan rakyat banyak, maka pemerintah dapat pula membatasi jenis-jenis
barang yang diimpor. Setiap transaksi perdagangan luar negeri dapat dilihat baik sebagai transaksi
impor maupun sebagai transaksi ekspor, yang dicatat dalam neraca pembayaran yang didalamnya terdapat neraca perdagangan yang memuat besarnya nilai ekspor dan
Universitas Sumatera Utara
34
impor barang-barang dan jasa-jasa. Dalam neraca perdagangan dimuat hal-hal sebagai berikut:
a. Neraca perdagangan, yang memuat ekspor dan impor barang migas
dan non-migas. b.
Neraca jasa, memuat transaksi jasa migas dan non-migas. c.
Transaksi berjalan, memuat jumlah antara neraca perdagangan dan neraca jasa. Jika bertanda - berarti terjadi defisit, sebaliknya jika
bertanda + berarti surplus.
2.4 Ekspor 2.4.1 Pengertian Ekspor
Menurut pasal 1 ayat 9 Bab I UU No.321964, ekspor adalah pengiriman barang ke luar Indonesia dari peredaran. Ke luar Indonesia berarti ke luar dari daerah
Pabean Indonesia atau keluar dari wilayah Yuridiksi Indonesia, keluar dari peredaran berarti keluar peredaran di luar daerah Pabean Indonesia dan di luar wilayah
Yuridiksi Indonesia. Purba, 1972:20 Menurut Michael P. Todaro, ekspor adalah kegiatan perdagangan
internasional yang memberikan rangsangan guna menumbuhkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan tumbuhnya industri-industri pabrik besar, bersama dengan
struktur politik yang tidak stabil dan lembaga sosial yang fleksibel. Dengan kata lain, ekspor mencerminkan aktivitas perdagangan antar bangsa yang dapat memberikan
Universitas Sumatera Utara
35
dorongan dalam dinamika pertumbuhan perdagangan internasional, sehingga suatu negara yang sedang berkembang memilki kemungkinan untuk mencapai kemajuan
perekonomian setara dengan negara-negara yang lebih maju. Menurut G.M. Meier dan Baldwin, ekspor adalah salah satu sektor
perekonomian yang memegang peranan penting melalui perluasan pasar antara beberapa negara dimana dapat mengadakan perluasan dalam sektor industri, sehingga
mendorong sektor industri lainnya dari perekonomian. Baldwin, 1965:313. Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh
berbagai kondisi, antara lain:
a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan produksi