memperbagus halaman. Dalam judul berita tidak diijinkan mencantumkan sesuatu yang bersifat pendapat atau opini. Sobur,2001:76-77.
b. Lead
lead yang baik pada umumnya memberikan sudut pandang dari berita, menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang diberikan Eriyanto,
2004:258. Lead adalah intisari berita yang mempunyai tiga fungsi, yakni : 1 menjawab rumus 5W+1H what,who,when,where,why,how, 2 menekankan
news feature of story dengan menempatkan pada posisi awal, dan 3 memberikan identifikasi cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi
pemahaman cepat berita itu Sobur,2001:77.
c. latar informasi
ketika menulis biasanya dikemukakan latar belakang atau peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak hendak
dibawa. Ini merupakan cerminan ideologis, dimana komunikator dapat menyajikan latar belakang dapat juga tidak, bergantung pada kepentingan mereka
Sobur,2001:79. Latar umumnya ditampilkan diawal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan memberi kesan
bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Karena itu latar membantu menyelidiki bagaimana seseorang memberi pemaknaan atas suatu peristiwa
Eriyanto,2004:258. d.
kutipan sumber
pengutipan sumber berita dalam penulisan berita dimaksudkan untuk membangun obyektifitas-prinsip keseimbangan dan tidak memihak Eriyanto,
2004:259. Ini juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan pendapat dari
orang yang mempunyai otoritas tertentu.
2. Skrip
Struktur skrip berhubungan dengan bagaimana media mengisahkan atau menceritakan peristiwa dalam bentuk berita. Pola pengorganisasian peristiwa dapat
dilihat dari hadirnya komponen-komponen atau unsur kelengkapan berita yang sejalan dengan kaidah-kaidah jurnalistik yaitu bentuk 5W+1H. penerapan penulisan berita yang
disusun sebagai suatu cerita dengan strategi cara bercerita tertentu, dilakukan institusi media, dalam hal ini oleh wartawan tidak lain untuk menarik perhatian pembaca. Segi
cara bercerita dan unsure kelengkapan berita dapat menjadi penanda framing yang penting dan ingin ditampilkan. Skrip merupakan salah satu strategi wartawan dalam
mengkontruksi berita dan skrip memberi tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang kemudian menjadi strategi untuk menyembunyikan informasi penting.
Bentuk umum dari struktur skirp adalah pola 5W+1H yaitu what, who, when, where, why, and how.
1. What : peristiwa apa yang sedang terjadi?
2. Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
3. When : kapan peristiwa itu terjadi?
4. Where : dimana peristiwa itu terjadi?
5. Why : mengapa peristiwa itu terjadi?
6. How : bagaimana terjadinya peristiwa itu?
3. Tematik
Struktur tematik berhubugan dengan cara wartawan mengungkapkan pandangan atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk
secara keseluruhan. Struktur ini akan melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan ke dalam bentuk yang lebih kecil. Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat
tematik ini, antara lain : a. Detail
elemen detail berhubungan dengan control informasi yang ditampilkan seseorang komunikator. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang
menguntungkan dirinya atau cetra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit bahkan kalau tidka perlu disampaikan kalau hal ini merugikan
kedudukannya. Detail berhubungan dengan apakah sisi informasi tertentu diuraikan secara panjang atau tidak. Sobur,2001:79.
b. Maksud kalimat, hubungan elemen maksud kalimat melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau
tidak, apakah fakta disajikan secara telanjang ataukan tidak. Umumnya, informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas, sebaliknya
informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit dan tersembunyi. Tujuan akhirnya adalah kepada public hanya disajikan informasi yang menguntungkan
komunikator Sobur,2001:79. c. Nominalisasi antar kalimat
dengan melakukan nominalisasi dapat memberikan sugesti kepada khalayak adanya generalisasi. Hal ini berhubungan dengan pernyataan apakah komunikator
memandang obyek sebagai sesuatu yang tunggal berdiri sendiri ataukan sebagai suatu kelompok Sobur,2001:81.
d. Koherensi koherensi adalah pertalian antar kata, proposisi atau kalimat, dua buah kalimat
atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat
menjadi berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Pertama, koherensi sebab- akibat. Proposisi atau kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain.
Proposisi disebabkan akibat umurnya ditandai dengan kata hubung “sebab” atau “karena”. Kedua, koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat sati dilihat sebagai penjelas
proposisi atau kalimat lain. Koherensi ditandai dengan pemakaian kata hubung “dan” atau “lalu”. Ketiga, koherensi pembeda. Proposisi atau kalimat satu dipandang kebalikan
atau lawan dari proposisi atau kalimat lain. Koherensi pembeda ditandai dengan kata hubung “dibandingkan” atau “sedangkan” Eriyanto,2004:263.
e. Bentuk Kalimat
berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas kalau diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subyek yang
menerangkan dan predikat yang diterangkan. Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh
susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang yang menjadi subyek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif, seseorang menjadi obyek dari
pernyataannya Sobur,2001:81. f. Kata Ganti
elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imakinatif. Pengulangan kata yang sama tanpa suatu tujuan yang jelas akan menimbulkan
rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya diperkenankan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan Sobur,2001:82.
4. Retoris
Struktur retoris berhubungan dengan cara wartawan menekankan arti tertentu. Dengan kata lain, struktur retoris melihat pemakaian pilihan kata,idiom, grafik, gambar,
yang juga dipakai guna memberi penekanan pada arti tertentu. Ada beberapa elemen struktur retoris, antara lain :
a. Leksikon
pemilihan dan pemakaian kata-kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pilihan kata-kata yang dipakai tidak semata-mata hanya karena kebetulan.
Tetapi secara ideologis menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta
atau realitas. Pemakaian kata-lata tersebut seringkali diiringi dengan penggunaan label- label tertentu Eriyanto, 2004:264.
b. Grafis
dalam teks berita, grafis biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain dibandingkan tulisan lain. Pemakaian huruf cetak tebal, huruf miring, huruf besar,
pemakaian garis bawah, pemberian warna, foto, pemakaian caption, rester, grafik, gambar, table atau efek lain untuk mendukung arti penting suatu pesan
Eriyanto,2004:266 c.
Metafora Di dalam suatu teks berita, seorang komunikator tidak hanya menyampaikan
pesan pokok. Tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora, yang dimaksud sebagai ornament atau bumbu dati suatu teks. Tetapi, pemakaian metafora tertentu boleh jadi menjadi
petunjuk utama untuk mengerti suatu teks. Metafora tertentu dipakai oleh komunikator secara strategis sebagai landasan berpikir, alas an pembenar atas pendapat atau gagasan
tertentu kepada public Sobur,2001:84. d.
Pengandaian pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima
khalayak. Elemen pengandaian merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Pengandaian hadir dengan memberi pernyataan yang dipandang
terpercaya dan karenanya tidak perlu dipertanyakan Sobur,2001:79.
2.8 Kerangka Berpikir
Pembentukan realitas adalah suatu kerja perusahaan media lewat seorang wartawan yang dalam kenyataannya realitas tersebut tidak langsung tersedia dengan
sebuah kemasan sesuai. Hal ini terjadi karena wartawan dengan ideology dari perusahaan media tempat mereka bekerja itulah yang telah membentuk suatu berita itu dengan cara
mengurutkan, membuat teratur, menjadi mudah untuk dipahami dengan memilih actor- aktor dan sumber-sumber yang diwawancarainya, sehingga dapat dikonsumsi oleh
khalayak. Setiap media mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam melihat suatu
peristiwa. Itu akan membuat realitas bentukan media dalam rupa berita yang dihasilkan juga akan berbeda. Demikian halnya pemberitaan Jawa pos dan Republika mengenai
pembebasan Anggodo dalam kasus kpk vs polri itu selama bulan November 2009. Pemberitaan pada dua media tersebut cenderung berbeda, kecenderungan atau
perbedaan setiap media dalam memproduksi berita pada khalayak dapat diketahui dari pelapisan yang melingkupi institusi media. Shoemaker dan Stephen D. Reese yang
dikutip dalam Sobur 2002:138 memuat model “hierarchy of influence” sebagai model yang mempengaruhi produk berita atas pelapisan institusi media.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah analisis framing dengan menggunakan model Pan dan Kosicki, dimana model ini terbagi menjadi empat
struktur penting yaitu : sintaksis, skrip, tematik. Dan retoris. Yang mana dipakai untuk mengetahui realitas yang dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas dapat
dipahami, dimaknai dan dikontruksi dirangka bangun dengan suatu bentukan dan
pemaknaan tertentu, sehingga elemen tersebut menandakan sebuah peristiwa berlangsung.
Adapun kerangka berpikir dari pemaparan di atas, dapat digambarkan pada skema berikut ini:
Gambar 3
Skema Kerangka Berpikir Pan and Kosicki
Konstruksi berita oleh wartawan
berita tentang pelepasan Anggodo dalam kasus KPK vs POLRI
media massa, Jawa pos dan republika
Analisis framing model Pan dan Kosicki
BAB III Metode penelitian
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik analisis framing. Analisis ini mencoba melihat bagaimana media
mengkontruksi realitas, bagaimana realitas atau peristiwa itu dikontruksi oleh media, dan bagaimana media membingkai peristiwa tersebut.
Analisis framing sendiri adalah analisis yang memusat perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita. Proses itu umumya dilakukan
dengan memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek tertentu dari peristiwa lewat bantuan kata, aksentuasi, kalimat, gambar, dan perangkat lainnya
Eriyanto : 2002 : pengantar penulis. Dengan analisis framing, dapat digunakan untuk melihat siapa mengendalikan
siapa dalam struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, siapa penindas dan si tertindas, tindakan politik mana yang harus didukung dan tidak boleh
didukung dan sebagainya Eriyanto, 2002 : XV Pada penelitian ini akan dijelaskan bagaimana cara media membingkai atau
mengkontruksi berita-berita mengenai kasus Anggodo pada media Jawa pos dan Republika. Penulisan berita terdiri dari bagaimana cara wartawan dalam menyusun dan
menekankan fakta dengan menggunakan pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang tidak menggunakan statistik atau angka tertentu hasil dari penelitian kualitatif ini tidak