19
perkembangan anak yang dapat menghubungkan satu dimensi dengan dimensi lain menjadi satu kemampuan yang tinggi.
Peneliti melihat bahwa anak usia 10-11 tahun memiliki kemampuan cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan belajar dan bermain. Anak-anak
merasa senang apabila pembelajaran berkaitan dengan kehidupan yang nyata. Bahkan anak-anak akan lebih mudah memahami apabila suatu pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peneliti menyusun media pembelajaran berupa modul sesuai dengan pemahaman anak usia 10-
11 tahun. Penyusunan modul sendiri akan peneliti tempuh melalui langkah- langkah penelitian dan pengembangan Research and Development.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibagi menjadi 2 yaitu penelitian yang berhubungan dengan modul dan pendidikan konservasi.
2.2.1 Penelitian yang berhubungan dengan modul
Berikut ini adalah penelitian yang relevan yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya.
Agustinus Krisdiantoro 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan modul bimbingan belajar IPS berbasis inteligensi matematis-
logis pada siswa berprestasi rendah kelas III di SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta
”. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 siswa kelas III SD Kristen Kalam Kudus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan
pengembangan RD. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan tes. Validasi dilakukan oleh 4 pakar yaitu guru kelas III
SD Kristen Kalam Kudus Yogyakarta, pakar pembelajaran berbasis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
inteligensi ganda, pakar pembelajaran IPS, dan pakar bahasa. Produk yang
dikembangkan memiliki kualitas baik dan layak digunakan.
Agusta Mistiyah 2014 dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan modul internalisasi nilai-nilai ”berjiwa besar” St. Fransiskus
Asisi di SD Fransiskus 2 Bandar Lampung ”. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian dan pengembangan RD. Subyek dalam penelitian ini adalah guru SD Fransiskus 2 SD Bandar Lampung. Sampel berjumlah 30
orang. Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini berupa wawancara dan kuesioner. Produk yang dihasilkan dalam penelitian mendapat kriteria baik
dengan skor 4. Skor tersebut diperoleh dari hasil validasi empat orang yang memahami spiritualitas Fransiskan dan dua orang guru SD yang berkarya di
SD Fransiskus Bandar Lampung.
Vinsensia Septy Restiningsih 2014 dalam penelitiannya berjudul “Pengembangan modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan musikal pada
siswa berprestasi rendah kelas V di SD Kanisius Gayam ”. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 siswa. Pengambilan sampel berdasarkan hasil
trianggulasi data peneliti yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi nilai. Validitas kualitas desain modul meliputi aspek tujuan dan pendekatan, desain
dan pengorganisasian, isi modul, topik dalam modul, dan metodologi
mendapatkan nilai rata-rata 2,96 termasuk dalam kategori tinggi. 2.2.2
Penelitian yang berhubungan dengan pendidikan konservasi
T ri Sayektiningsih, dkk 2007 dengan judul “Strategi pengembangan
pendidikan konservasi pada masyarakat suku Tengger di desa Enclave Taman PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Nasional Bromo Tengger Semeru”. Tujuan penelitian ini adalah menentukan strategi pembangunan pendidikan konservasi bagi masyarakat suku Tengger.
Pengambilan data diperoleh dari hasil wawancara, kuesioner dan observasi dengan masyarakat suku Tengger. Masyarakat suku Tengger di desa Enclave
umumnya memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah, yaitu SD, sehingga tidak semua informasi atau pesan konservasi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik. Masyarakat desa Enclave memiliki anggapan bahwa pendidikan cukup sebatas membaca, menulis dan menghitung. Strategi
pendidikan konservasi yang berfokus pada peningkatan keterampilan masyarakat dalam mengelola sumberdaya lokal merupakan strategi yang
berupaya untuk menghindari ancaman adanya persepsi masyarakat yang menganggap pendidikan hanya sebatas membaca, menulis, dan menghitung.
Peningkatan keterampilan dimaksudkan agar masyarakat mau dan mampu mengelola sumberdaya lokal sehingga dapat dijadikan produk unggulan lokal
yang bernilai ekonomi tinggi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi utama ini dapat tercapai dengan melaksanakan berbagai
strategi kunci dan strategi pendukung secara beriringan. Ervrizal A.M. Zuhud 2006 yang
berjudul “Tri Stimulus AMAR Alamiah Manfaat Religius Sebagai Pendorong Sikap Konservasi Kasus
Konservasi Kedawung Parkia timoriana DC Merr di Taman Nasional Meru Betiri”. Penelitian ini mengambil lokasi di TNMB sebagai habitat
kedawung dan masyarakat desa sekitar yang difokuskan di desa Andongrejo dan Curahnongko. Objek penelitan ini difokuskan kepada masyarakat
pendaring kedawung. Tujuan penelitian ini untuk mengungkapkan stimulus kedawung apa saja yang terkait kuat dan tidak terkait dengan sikap pendarung
22
maupun sikap pengelola untuk aksi konservasi. Penelitian ini dilakukan secara bertahap, yaitu terdiri dari penelitian pendahuluan untuk merumuskan
pernyataan-pernyataan stimulus dan selanjutnya dilakukan penelitian untuk menguji stimulus yang menjadi pendorong sikap dan perilaku masyarakat
bagi aksi konservasi kedawung. Penelitian tahap pendahuluan dilakukan melalui wawancara mendalam indepth study terhadap 5 tokoh pendarung
kedawung dan 5 tokoh pengelola taman nasional yang dianggap banyak berpengalaman mengenai kendawung. Penelitian tahap selanjutnya
melakukan wawancara dengan masyarakat secara sensus kepada 80 orang pendarung kedawung dan 40 orang pengelola taman nasional dengan
mengunakan kuesioner pernyataan artikulasi stimulus kedawung yang telah disusun. Pernyataan direspon baik oleh masyarakat pendarung maupun
pengelola yang memiliki rata-rata skor di atas 4.
Johan Iskandar 2006 yang berjudul “Konservasi Daerah Mandala dan Keanekaragaman Hayati Oleh Orang Baduy”. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan yaitu, pengamatan langsung, pengamatan terlibat, wawancara semi struktur,
serta pencatatan flora dan fauna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Baduy telah mampu melakukan pelestarian keanekaragaman hayati di
daerahnya berdasarkan sistem zonasi yang selaras dengan pengelolaan
modern yaitu sistem zonasi cagar biosfer.
23
2.3 Desain Diagram