Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini, setiap usaha dituntut untuk lebih memperhatikan keberadaan pihak-pihak yang berada di lingkungan eksternal perusahaan yang akan sangat mempengaruhi jalannya kegiatan suatu usaha. Salah satu pihak yang berada di lingkungan eksternal perusahaan tersebut adalah pesaing competitor. Pesaing competitor merupakan pihak yang berpengaruh sangat besar bagi kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi bila pesaing tersebut memiliki lahan kerja dan usaha yang sama. Apabila perusahaan tidak memperhatikan hal tersebut maka perusahaan tersebut akan kalah dalam persaingan global. Hal ini dikarenakan secara dengan sendirinya usahanya tidak mampu menunjukkan kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Seiring dengan adanya globalisasi maka persaingan semakin ketat. Para pesaing tidak hanya perusahaan lokal yang sifatnya sejenis saja tetapi perusahaan asing juga merupakan saingan. Persaingan semakin kuat lagi karena para kompetitor asing tersebut sudah memiliki teknologi yang serba majumodern. Seiring dengan adanya globalisasi, persaingan tidak hanya terjadi antara restoran lokal dengan restoran lokal yang sifatnya sejenis saja tetapi sudah meluas dengan 1 adanya persaingan dengan restoran asing yang sifatnya juga sejenis. Persaingan antara restoran lokal dengan kompetitornya restoran asing ini tidak dapat dihindari. Apabila restoran lokal ini ingin tetap dapat bertahan hidup maka mereka restoran lokal harus dapat beradaptasi. Seperti di ketahui restoran-restoran asing dengan sistem waralaba franchise maupun non franchise- nya mendominasi. Sementara restoran- restoran yang bernuansa lokal mengalami pasang surut. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, usaha waralaba asing dibidang restoran terus mengalami pertumbuhan. Usaha waralaba asing di bidang restoran tersebut mengalami pertumbuhan mencapai 15 persen, sedangkan usaha waralaba yang berbentuk restoran lokal hanya mencatat pertumbuhan kurang dari setengahnya atau sekitar 7 persen per tahun di Indonesia Agustaman, 2007: 9. Usaha restoran asing yang berbentuk waralaba ini juga lebih mendapat tempat di pasar nasional. Berdasarkan data riset yang pernah dilakukan Asosiasi Franchise Indonesia AFI, pengusaha restoran lokal lebih cenderung memilih franchise asing. Hal ini di karenakan akuntabilitas dan memberi image citra atau gengsi bagi penerimapembeli waralaba franchisee. Untuk kota Yogyakarta sendiri pertumbuhan restoran asing baik dalam bentuk franchise maupun non franchise cukup mengalami perkembangan yang pesat. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Yogyakarta, jumlah restoran asing yang ada di kota Yogyakarta sebanyak 35 buah. Sebagai contoh untuk restoran asing seperti KFC sudah mempunyai 4 cabang di kota Yogyakarta www.kompas.co.idkompas-cetak070302jateng49352.htm di akses 22 september 2007. Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini akan membahas “ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir di atas, maka permasalahan akan lebih di fokuskan pada bagaimana usaha restoran ayam goreng lokal dapat menghadapi dan bertahan dengan banyaknya dan maraknya serta makin diminatinya restoran asing. Permasalahan secara umum dirumuskan, sejauh mana usaha restoran lokal memiliki daya tahan dalam menghadapi kompetitornya usaha restoran asing? Adapun masalah khususnya adalah: 1. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandir ian usaha? 2. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha? 3. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja? 4. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi omzet?

C. Tujuan Penelitian