ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Permodalan Berdasarkan hasil penelitian dengan cara wawancara di lapangan, maka berikut ini disajikan tabel hasil perolehan penelitian tentang sumber modal responden. Tabel V. 1. Sumber Modal Responden Responden Sumber Modal Responden Su Yc Mb Kc Jf Pl Modal Sendiri √ √ √ √ √ 83.3 Modal Sendiri + Modal Luar √ 16.7 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Keterangan: Su = Suharti Kc = Kentuku Fried Chicken Yc = Yogya Chicken Jf = Jakarta-Jakarta Fried Chicken Mb = Mbok Berek Pl = House Pollo Loco Mencermati hasil temuan lapangan tentang dari mana sumber modal diperoleh, sebesar 83.3 persen responden menggunakan modal sendiri untuk mendirikan dan mengembangkan usahanya, dan hanya 16.7 persen responden menggunakan modal sendiri dan modal dari luar. Meskipun menggunakan modal dari luar dalam mendirikan dan menjalankan usahanya namun tidak ada 50 perjanjian antara kedua belah pihak untuk membayar atau mengembalikan modal tersebut lihat tabel V.1. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari sisi sumber modal responden, angka modal sendiri sebesar 83.3 persen ini menunjukkan bahwa adanya kemandirian para pengusaha rumah makan atau restoran ini. Penggunaan modal sendiri ini akan membuat para pengusaha restoranrumah makan tidak akan terbebani oleh adanya kewajiban-kewajiban seperti membayar bunga atas pinjaman dengan demikian mereka dapat dikatakan mempunyai daya tahan dalam usahanya. Tabel V. 2. Tingkat Rentabilitas Usaha Responden Kategori Tingkat Rentabilitas Su Yc Mb Kc Jf Pl Sehat Sekali 〉 12 √ √ √ √ √ √ 100 Sehat 8 - 12 Kurang Sehat 5 - 8 Tidah Sehat 5 Sumber: Hasil observasi, 2008. Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan labakeuntungan. Rentabilitas dapat dicari berdasarkan perhitungan laba di bagi penjualan dikalikan seratus persen. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Laba Rentabilitas= --------------- x 100 Penjualan Keterangan: L = Jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode M = Jumlah penjualan dalam suatu periode tertentu Berikut ini adalah tabel rekapitulasi tentang hasil tingkat rentabilitas masing- masing dari restoran-restoran ayam goreng yang ada di Kabupaten Sleman. Tabel V. 3. Rekapitulasi Rentabilitas Usaha Responden Tingkat Rentabilitas Suharti 55.10 Yogya Chicken 30.14 Mbok Berek 39.45 Kentuku Fried Chicken 33.51 Jakarta-Jakarta Fried Chicken 38.92 Pollo Loco Fried Chicken 28.11 Sumber: Hasil observasi, 2008 Berdasarkan perhitungan data terlampir di peroleh temuan bahwa semua usaha responden masih mampu menghasilkan keuntungan. Berdasarkan tabel perhitungan diatas tabel V.2, sebanyak 100 persen responden masih mamp u menghasilkan keuntungan yaitu Suharti 55.10 persen, Yogya Chicken 30.14 persen, Mbok Berek 39,45 persen, Kentuku Fried Chicken 33.51 persen, Jakarta-Jakarta Fried Chicken 38.92 persen dan Pollo Loco Fried Chicken 28.11 persen lihat tabel V.3. Apabila tingkat rentabilitas masing- masing usaha tersebut dibandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa tingkat rentabilitas usaha tersebut diatas tingkat bunga. Tingkat rentabilitas usaha ayam goreng diatas berada diatas 20 persen per bulannya, sedangkan tingkat suku bunga jauh berada di bawah 20 persen per tahunnya. Tingginya tingkat rentabilitas ini menandakan bahwa mereka masih mampu menghasilkan keuntungan yang besar pula. Besarnya tingkat rentabilitas ini menandakan bahwa mereka masih untung apabila mengelola sendiri usahanya dibandingkan harus menjual tempat usahanya dan uangnya ditabung di bank. Sebagai perbandingan, berikut ini tabel tingkat suku bunga tabungan dalam bentuk rupiah pada bank Mandiri: Tabel V.4. Tingkat Suku Bunga Tabungan Rupiah Bank Mandiri Tanggal berlaku : 25 February 2008 sd 31 August 2008 Kategori Suku Bunga 5 Juta = 5 Juta - 50 Juta 0.75 = 50 Juta - 500 Juta 1.5 = 500 Juta - 1 M 2 = 1 M 2.5 Sumber: www. bankmandiri.co.id Jadi kesimpulan secara umumnya diperoleh jawaban bahwa berdasarkan hasil temuan lapangan tentang daya tahan usaha restoran- restoran ayam goreng lokal di Kabupaten Sleman yang disajikan dalam tabel , di lihat dari tingkat daya tahan usaha dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha, usaha- usaha restoran ayam goreng ini dapat dikatakan mempunyai daya tahan dalam usahanya. Hal ini dapat terlihat dari kemandirian modal dalam usaha yaitu sebesar 83, 3 persen lihat tabel V.1. Selain besarnya angka peran modal sendiri dalam mendukung usaha, usaha restoran ayam goreng lokal ini juga dapat dikatakan mempunyai daya tahan dalam usaha nya karena mereka masih mampu menghasilkan keuntunganlaba setiap bulannya yaitu rata-rata diatas 20 persen per bulannya, dimana tingkat rentabilitas mereka jauh di atas tingkat suku bunga tabungan di bank lihat tabel V.3. B. Bahan Baku Dalam suatu bisnis, kelancaran usaha sangat ditentukan oleh mekanisme “input – proses – output”. Dapat di katakan jika mekanisme tersebut tidak mengalami gangguan yang berarti, maka kelancaran usaha akan terjamin. Khusus untuk usaha bisnis seperti restoranrumah makan, sejauh pasokan bahan baku tidak mengalami kesulitan, maka tidak ada masalah bagi kelangsungan usaha para pengusaha restoranrumah makan. Di bawah ini disajikan tabel bahan baku utama: Tabel V. 5. Tabel bahan baku utama responden Responden Bahan Baku Suharti Ayam Kampung, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu, cabe. Yogya Chicken Ayam potong, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu. Mbok Berek Ayam Kampung, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu, Ikan lele, nila, gurame, cabe. Kentuku Fried .C. Ayam potong, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu. Jakarta-Jakarta. F.C. Ayam potong, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu. Pollo Loco. F.C. Ayam potong, Minyak Goreng, Tepung Tapioka, Bumbu. Sumber: Hasil wawancara, 2008 Tabel V. 6. Kesulitan Perolehan Bahan Baku Responden Kesulitan Perolehan Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl Tak Pernah √ √ √ √ √ √ 100 Kadang-kadang Seringkali Sumber: Hasil wawancara, 2008 Berdasarkan hasil wawancara terhadap para pemilik restoranrumah makan yang kemudian hasilnya ditabelkan seperti tabel di atas tabel V.6, semua responden 100 persen menjawab tidak ada kesulitantidak pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Jadi dapat disimpulkan dengan tidak adanya kesulitan di dalam memperoleh bahan baku maka dapat dikatakan bahwa kontinyuitaskelangsungan hid up dari usaha tersebut terjamin. Tabel V. 7. Perolehan Pasokan Bahan Baku Responden Perolehan Pasokan Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl Diantar Pemasok √ √ √ √ √ √ 100 Membeli di PasarPemasok Sumber: Hasil wawancara, 2008 Dilihat dari perolehan pasokan bahan baku, semua responden 100 persen mengaku mereka memperoleh pasokan bahan baku dengan cara diantar oleh pemasok. Keadaan pasokan bahan baku yang diantar oleh pemasok ini tidak membuat pihak restoran atau rumah makan menjadi lemah. Hal ini di karenakan harga yang di tawarkan oleh pemasok ini melalui proses tawar menawar dan mengikuti harga yang berlaku secara umum di pasar. Selain itu, pembelian bahan baku oleh para pengusaha restoranrumah makan ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Dengan pembelian dalam jumlah besar ini maka pihak pembelirestoranrumah makan akan mendapatkan potongan harga sehingga membuat harga menjadi lebih murah. Selain mendapatkan potongan harga, keuntungan lain yang diperoleh oleh pihak pembeli adalah adanya perjanjian antara pihak penjual pemasok dengan pihak pembeli untuk tidak menaikkan harga bahan baku dalam jangka waktu tertentu. Dengan adanya perjanjian ini meskipun harga bahan baku ayam mengalami kenaikan di pasaran tetapi harga yang dibeli oleh pembeli tidak mengalami kenaikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari sisi perolehan pasokan bahan baku, usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya taha n dalam usahanya. Tabel V. 8. Penentuan Harga Bahan Baku Responden Dominasi Penentuan Harga Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl Pihak Pembeli Pihak Penjual Tawar Menawar Mengikuti Harga Pasar √ √ √ √ √ √ 100 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Berdasarkan hasil wawancara terhadap para responden, para responden mengaku bahwa penentuan harga bahan baku berdasarkan atau mengikuti ketentuan harga pasar. Hal ini dapat terlihat pada tabel V.8, pada tabel tersebut terlihat bahwa 100 persen penentuan harga bahan baku adalah berdasarkanmengikuti harga pasar. Proses mengikuti harga pasar inipun tidak terjadi begitu saja, artinya masih ada hal yang menentukan naik atau tidak naiknya harga bahan baku ini. Bagi pihak yang telah mengadakan perjanjian pihak pemasok dan pembeli, meskipun terjadi kenaikan harga-harga bahan baku di pasar, tetapi harga bahan baku yang di antar tersebut tidak langsung naik tetapi masih mengikuti harga yang dulu. Hal ini di karenakan adanya perjanjian antara kedua belah pihak tersebut untuk tidak menaikkan harga meskipun terjadi kenaikan harga di pasar sebelum perjanjian berakhir. Sebaliknya apabila perjanjian itu telah habis dan akan di lanjutkan maka harga- harga akan disesuaikan dengan harga pasar yang sedang terjadi. Dengan demikian maka ketentuan-ketentuan ini tidak saling merugikan antara kedua belah pihak. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa dilihat dari sisi penentuan harga bahan baku, usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan. Tabel V. 9. Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku Responden Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl Mengganti Bahan Baku Mengurangi Porsi Bahan Baku Menaikkan Harga Jual √ √ √ √ √ 83.3 Lainnya √ 16.7 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Di tengah-tengah keadaan yang serba tidak menentu seperti sekarang ini, kekhawatiran-kekhawatiran selalu muncul, salah satu kekhawatiran tersebut adalah naiknya harga-harga seperti harga bahan baku. Kenaikan harga- harga ini tidak dapat dihindari, untuk tetap dapat hidup maka di perlukan suatu strategikiat khusus untuk mengatasi kenaikan dari harga yang tidak dapat dihindari ini. Berdasarkan hasil penelusuran dengan cara wawancara yang dilakukan kepada para pengusaha restoranrumah makan ini, di peroleh temuan bahwa sebanyak 83.3 persen responden menaikkan harga jual untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku tersebut . Hanya satu responden 16.7 persen mengatakan lainnya lihat tabel V.9. Lainnya disini maksudnya adalah bahwa responden ini tidak melakukan apapun dalam usahanya untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku. Pengusaha dari restoranrumah makan ini hanya menunggu dan melihat saja tentang apa yang terjadi. Adapun alasannya tidak melakukan apapun adalah karena kenaikan harga- harga ini biasanya tidak akan berlangsung lama dan setelah itu harga-harga akan kembali seperti semula. Selain itu alasannya lainnya tidak melakukan apapun seperti menaikkan harga jual adalah di karenakan kekhawatirannya di tinggalkan oleh konsumennya apabila menaikkan harga jual. Strategi menaikkan harga jual ini banyak ditempuh oleh para pengusaha, karena sifat permintaan terhadap makanan jadi adalah inelastis, maka menaikkan harga jual tidak akan diikuti oleh penurunan jumlah yang diminta secara berarti. Jadi kesimpulan secara umumnya diperoleh jawaban bahwa dari perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha, restoran-restoran ayam goreng lokal mempunyai daya tahan. Hal ini terlihat dari fakta pada tabel kesulitan perolehan bahan baku tabel V.6 dimana 100 persen responden menjawab tidak pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku. Dari sisi perolehan pasokan bahan baku semua responden 100 persen, menjawab diantar pemasok tabel V.7. Dengan diantar oleh pemasok sendiri maka ketersediaan pasokan bahan baku akan terjamin. Hal ini karena adanya prioritas oleh pemasok terhadap para langganannya pengusaha restoran ayam goreng lokal. Sehingga tidak ada ketakutan bagi para pengusaha restoran ayam goreng lokal ini untuk kehabisan bahan baku yang berakibat pada terganggunya proses produksi usaha. Dari sisi penentuan harga bahan baku, sebesar 100 persen responden mengaku bahwa penentuan harga bahan baku mengik uti harga pasar lihat tabel V.8. Penentuan harga baha n baku berdasarkan harga pasar ini tidak akan merugikan antara pihak penjual maupun pembeli. Fakta lainnya adalah dapat terlihat pada upaya mengatasi kena ikan harga bahan baku tabel V.9 dimana 83.3 persen responden menjawab menaikkan harga jual untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku. Dengan menaikkan harga jual maka usaha akan dapat terus bertahan tanpa harus ditinggalkan oleh konsumennya. C. Tenaga Kerja Dalam sebuah perusahaan, pembagian kerja departmentation adalah keharusan mutlak, tanpa itu kemungkinan terjadinya tumpang tindih menjadi amat besar. Pembagian kerja pada akhirnya akan menghasilkan departemen- departemen dan job description masing- masing departemen sampai unit-unit terkecil dalam organisasi. Berikut ini disajikan tabel komposisi dan jenis tugas masing- masing karyawan pada usaha restoran ayam goreng lokal di Kabupaten Sleman. Tabel V. 10. Komposisi dan Jenis tugas karyawan Jabatan Respon- den M a n a j e r K e u a n g a n A d m i n i s t r a s i A c c o u n t i n g L o g i s t i k S u p e r v i s o r K a s i r s n a c k P r a m u s a j i B a r c u c i g e l a s P e r s i a p a n T e h n i s i D r i v e r B e l a n j a S a t p a m C u c i p i r i n g P e n g g o r e n g a n P o t o n g S a m b e l U n g k e p M a s a k U s u s Jumlah Suharti 1 2 1 1 1 3 6 16 5 6 2 3 2 6 5 4 6 3 5 2 84 Yogya Chicken 1 5 5 4 110 15 2 2 6 50 Mbok Berek 1 1 1 2 10 2 2 1 1 2 2 2 6 33 Kentuku Fried Chicken 1 1 1 1 4 8 4 1 16 Jakarta- Jakarta Fried Chicken 3 1 1 1 1 1 3 9 1 2 2 6 1 32 Pollo Loco Fried Chicken 1 1 2 3 3 8 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Tabel V. 11. Komposisi Tenaga Kerja Responden Komposisi Tenaga Kerja yang Di Gunakan Su Yc Mb Kc Jf Pl Anggota Keluarga Famili Bukan Anggota Keluarga √ √ 33.3 Bukan Anggota Keluarga + Anggota Keluarga √ √ √ √ 66.7 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Dari hasil penelusuran dengan cara wawancara tentang komposisi tenaga kerja yang digunakan, sebagian besar responden mengaku tenaga kerja yang digunakan merupakan bukan anggota keluarga dibantu anggota keluarga sebesar 66.7 persen, sedangkan pengusaha lainnya mengaku komposisi tenaga kerjanya merupakan bukan anggota keluarga sebesar 33.3 persen lihat tabel V.11. Meskipun usaha ini masih bersifat usaha keluargaperorangan, namun bila dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya di mana sebanyak 33.3 persen tenaga kerjanya adalah bukan anggota keluarga, hal ini menandakan bahwa usaha ini juga memberikan kontribusi terhadap masyarakat di sekitar berupa pemberian peluang kerja. Semakin besar persentase tenaga kerja bukan anggota keluarga maupun anggota keluarga menandakan bahwa usaha ini semakin berkembang dan mempunyai daya tahan untuk melanjutkanmengembangkan usahanya. Jadi dari sisi komposisi tenaga kerja dapat disimpulkan bahwa usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya. Tabel V. 12. Jumlah Tenaga Kerja Responden Jumalah Tenaga Kerja yang di Gunakan Dalam Usaha Su Yc Mb Kc Jf Pl 5 - 19 √ √ 33.3 20-99 √ √ √ √ 66.7 100 - 150 √ 16.7 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Dari sisi jumlah tenaga kerja, rata-rata restoranrumah makan ini memiliki karyawan di atas 5 lima orang. Dari hasil penelusuran dengan cara wawancara ditemukan restoranrumah makan ayam goreng Suharti memiliki karyawan sebanyak 85 orang, jumlah ini hanya untuk usaha yang ada di kota Yogyakarta saja. Restoranayam goreng Yogya Chicken mempunyai karyawan sebanyak 50 orang, hal ini sudah termasuk karyawan-karyawan yang ada di cabang-cabang, yaitu sebanyak 4 cabang di kota Yogyakarta. Restoranrumah makan ayam goreng Mbok Berek mempunyai 30 orang karyawan, Restoranrumah makan ayam goreng Kentuku Fried Chicken memiliki 16 orang karyawan, termasuk dengan cabangnya yaitu 2 dua cabang dan Restoranrumah makan ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken memiliki 32 orang karyawan termasuk dengan cabangnya, serta Restoranrumah makan ayam goreng Pollo Loco memiliki 8 orang karyawan. Jadi dilihat dari sisi jumlah tenaga kerja dimana jumlah tenaga kerja yang diserap cukup banyak, maka dapat dikatakan usaha ini rata- rata memiliki daya tahan dan mampu mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Tabel V. 13. Tingkat PHK Responden Ada Tidaknya PHK Su Yc Mb Kc Jf Pl Ada √ 16.7 Tidak Ada √ √ √ √ √ 83.3 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Salah satu indikasi tidak tahannya suatu usaha dapat dilihat dari tingginya tingkat pemutusah hubungan kerja PHK. Pemutusan hubungan kerja dilakukan karena suatu usaha tidak mampu lagi memberikan hak-hak karyawan seperti gaji di karenakan usaha tersebut mengalami kemunduran atau kebangkrutan. Berdasarkah hasil penelitian, 83.3 persen responden menjawab tidak ada pemutusan hubungan kerja PHK, dan hanya 16.7 persen saja menjawab ada pemutusan hubungan kerja lihat tabel V.13. Adanya pemutusan hubungan kerja ini dikarenakan karyawan tersebut tidak disiplin seperti sering terlambat masuk kerja, pemutusan hubungan kerja inipun tidak di lakukan dengan semena-mena tetapi melewati tahapan- tahapan seperti surat peringatan SP 1, 2, 3 baru kemudian di tindak. Jadi dilihat dari sisi tingkat pemutusan hubungan kerja PHK dengan melihat besarnya persentase tidak adanya pemutusan hubungan kerja PHK, dapat diambil kesimpulan bahwa usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan tahan dalam usahanya. Tabel V. 14. Usulan Kenaikan Upah Responden Usulan Kenaikan Upah dari Tenaga Kerja Su Yc Mb Kc Jf Pl Tidak Pernah √ √ √ √ √ 83.3 Pernah √ 16.7 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, 83.3 persen responden menjawab tidak pernah karyawannya memintamengusulkan kenaikan upah, dan hanya 16.7 persen yang menjawab pernah mengusulkan kenaikan upah lihat tabel V.14. Usulan kenaikan upah tidak pernah diusulkan bukan karena usaha tempatnya bekerja tidak mampu membayar usulan kenaikan upah tersebut melainkan para karyawan merasa relatif sudah cukup dengan apa yang didapatnya. Adanya usulan kenaikan upah sebesar 16.7 persen di atas dikarenakan adanya tambahan jam kerja atau ramainya pelanggan yang datang sehingga pihak manajemen berinisiatif untuk memberikan tambahan upah atau menaikkan upah kepada karyawannya. Tabel V. 15. Pergantian Tenaga Kerja Responden Pergantian Tenaga Kerja Su Yc Mb Kc Jf Pl Tidak Pernah √ √ √ √ 66.7 Pernah √ √ 33.3 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Dilihat dari sisi tingkat pergantian tenaga kerja turn over, berdasarkan hasil wawancara dengan responden, hanya 33,3 persen responden mengaku pernah mengadakan pergantian tenaga kerja selama 5 tahun terakhir Februari 2003 – Februari 2008, dan sebagian besar dari responden 66 persen mengaku tidak pernah mengadakan pergantian tenaga kerja. Menurut para nara sumber pergantian tenaga kerja ini di lakukan karena karyawan-karyawan tersebut ada yang meminta sendiri untuk berhenti, ada juga yang usianya sudah tua. Jadi dari sisi tingkat pergantian tenaga kerja dapat diambil kesimpulan bahwa usaha ini memiliki daya tahan. Dikatakan memiliki daya tahan karena tidak sering mengadakan pergantian tenaga kerja yaitu sebesar 66.7 lihat tabel V.15. Jadi kesimpulan secara umumnya diperoleh jawaban bahwa dari sisi penggunaan tenaga kerja, usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan usaha. Hal ini dapat terlihat dari fakta besarnya angka komposisi tenaga kerja yang dimiliki dimana komposisi tenaga kerja bukan anggota keluarga dan anggota keluarga sebesar 66.7 persen serta bukan anggota keluarga sebesar 33.3 persen tabel V.11. Dari sisi besarnya jumlah tenaga kerja menunjukkan bahwa usaha yang jumlah karyawannya antara 1-20 orang sebesar 33, 3 persen, antara 20-50 orang sebesar 66.7 persen, dan lebih dari 50 orang sebesar 16.7 persen. Semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dimiliki menunujukkan bahwa usaha ini semakin memiliki daya tahan dalam usahanya. Indikator ketahanan lainnya juga dapat dilihat dari rendahnya tingkat pemutusan hubungan kerja yaitu sebesar 16.7 persen atau yang menjawab tidak pernahtidak ada pemutusan hubungan kerja sebesar 83.3 persen. Semakin besar angka yang menunjukkan usaha ini tidak pernahtidak ada pemutusan hubungan kerja mengindikasikan bahwa usaha ini memiliki daya tahan dalam usahanya. Bukti lainnya bahwa usaha ini memiliki daya tahan dalam usahanya dapat terlihat juga dari sisi pergantian tenaga kerja. Semakin besar tingkat pergantian tenaga kerja mengindikasikan bahwa usaha ini memiliki masalah dalam usahanya. Dalam hal ini tingkat pergantian tenaga kerja hanya sebesar 33.3 persen tabel V.14. D. Pemasaran Tabel V. 16. Trend Penjualan Omzet Responden Trend Penjualan April 2007-Maret 2008 Su Yc Mb Kc Jf Pl Cenderung Naik √ √ 33.3 Cenderung Turun √ √ 33.3 Cenderung Stabil √ √ 33.3 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, sebanyak 33,3 persen responden menjawab bahwa trend penjualannya omzetnya menigkatnaik dan sebanyak 33.3 persen responden menjawab trend penjualanomzetnya cenderung turun, serta 33.3 persen responden menjawab trend penjualannya stabil lihat tabel V.16. Meskipun responden yang pendapatannya cenderung stabil dan turun sebesar 66.6 persen, tetapi mereka masih mampu mendapatkan keuntungan dan mempertahankan usahanya serta mengembangkan usahanya. Stabilnya dan turunnya trend penj ualan ini tidak terlalu berpengaruh bagi usaha restoranrumah makan ini. Hal ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya pertama, sifat dari usaha dibidang makanan mudah menyesuaikan terhadap tekananbersifat fleksibel dan lentur. Kedua, sektor usaha ini juga tidak membutuhkan banyak biaya tetap, sebagian besar pengeluaran untuk biaya variabel, sehingga bila penjualan menurun masih mempu menutup biaya variabel tersebut, atau bahkan masih bisa menghasilkan labakeuntungan. Jenis usaha restoranrumah makan memiliki titik pulang pokok BEP yang relatif tidak terlalu lama. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari para narasumber, mereka mengatakan bahwa dalam kurun waktu 1 – 2 tahun beroperasi mereka sudah bisa mencapai titik pulang pokok BEP. Hal ini berarti menandakan bahwa target untuk menghasilkan titik pulang pokok BEP rendah dan waktu untuk mencapai keuntungan relatif lebih cepat. Tabel V. 17. Strategi Usaha Penjualan Responden Strategi Usaha Penjualan yang Akan Dilakukan Su Yc Mb Kc Jf Pl Penetrasi Pasar √ 16.7 Pengembangan Produk √ √ 33.3 Pengembangan Pasar Diversifikasi Pasar Menaikkan Harga Produk √ √ √ 50 Sumber: Hasil wawancara, 2008 Gejolak perekonomian yang kadang-kadang tidak menentu menuntut para pengusaha termasuk pengusaha restoranrumah makan untuk pandai-pandai menyiasatinya agar usaha tetap mampu bertahan hidup. Siasat apa saja yang di jalankan oleh para pengusaha restoranrumah makan ini?. Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dari lapangan ada tiga cara di pilih responden, pertama, melakukan penetrasi pasar sebesar 16.7 persen, kedua, pengembangan produk sebanyak 33.3 persen, dan ketiga, menaikkan harga produk sebesar 50 persen lihat tabel V.17. Cara-cara diatas relatif mudah dilaksanakan karena tidak terlalu membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang sulit dari pihak manajemen untuk melaksanakannya. Jadi kesimpulan secara umumnya diperoleh jawaban bahwa dari sisi pemasaran, usaha restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya. Hal ini dapat di lihat dari trend penjualannya yang cenderung naik sebesar 33.3 persen dan pendapatan yang cenderung stabil dan turun sebesar 66.6 persen. Meskipun ada pendapatan responden yang cenderung stabil dan turun sebesar 66.6 persen, namun mereka masih mampu menghasilkan keuntungan dan mempertahankan usahanya. Salah satu hal yang mendukung daya tahan usaha mereka juga dapat di lihat dari adanya strategi usaha penjualan mereka. Strategi usaha penjualan ini akan membuat usaha mereka akan tetap bertahan dalam usahanya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan sebesar 16.7 persen responden menggunakan strategi penetrasi pasar, 33.3 persen responden menggunakan strategi pengembangan produk, serta 50 persen responden menggunakan strategi menaikkan harga produk.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN