Analisis daya tahan usaha restoran lokal : studi kasus pada usaha restoran ayam goreng lokal di Kabupaten Sleman.

(1)

vii

ABSTRAK

ANALISA DAYA TAHA USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI KABUPATEN

SLEMAN

Erisius Erimayanto

041324001

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha; 2) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha; 3) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja: dan 4) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi omzet.

Penelitian ini dilaksanakan di Restoran-restoran ayam goreng lokal yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Maret 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha restoran ayam lokal yang ada di Kabupaten Sleman. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 6 restoran ayam goreng lokal. Penelitian ini bersifat studi eksplorasi dengan teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di lihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya. Persentase modal sendiri sebesar 83.3 persen, tingkat rentabilitas rata-rata di atas 20 persen per bulannya; 2) Di lihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya, dengan persentase 100 persen responden tidak pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku, 100 persen responden pasokan bahan bakunya di antar oleh pemasok, serta 100 persen responden mempunyai strategi dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku; 3) Di lihat dari sisi penggunaan tenaga kerja, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya, dengan persentase pemutusan hubungan kerja sebesar 16.7 persen, serta tingkat pergantian tenaga kerja sebesar 33.3 persen; 4) Di lihat dari sisi omzet, mempunyai daya tahan, dengan trend penjualan naik 33.3 persen, stabil 33.3 persen, dan turun 33.3 persen, serta 100 persen responden mempunyai strategi dalam menjalankan usahanya.


(2)

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF BUSINESS ENDURANCE OF LOCAL RESTAURANT. A Case Study at Local Fried Chicken Restaurant

in Sleman Regency

Erisius Erimayanto 041324001

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to know the level of business endurance of local fried chicken restaurant perceived from: (1) the capital role point of view in supporting business self-reliance; (2) the gaining ingredients point of view to accelerate its business; (3) employing workers; and (4) turnover point of view.

This research was conducted in a local fried chicken restaurant in Sleman Regency in March 2008. The population of this research were the businessmen of local fried chicken restaurants in Sleman Regency. The samples in this research were 6 local fried chicken restaurants. This research is an exploring research. The techniques of data collection were interview and documentation. The technique of analysing the data was a percentage description technique.

The result of this research shows that (1) the role of the capital supports the business self reliance. The percentage of the capital is 83.3%, the average level of rentability is over than 20% per month; (2) the gaining of raw ingredient of the business to accelerate this business ha s high endurance in its business. The percentage is 100%. The respondents had never face any difficulties in gaining raw materials. 100% of respondents said that their raw ingredient delivered by the suppliers, and 100% of respondents have strategy in overcoming the increase of raw ingredients; (3) these local friend chicken restaurants never have difficulties in getting employers, because the decision makers come from the relatives. The percentage of firing is 16.7%, and the level of turnover is 33.3%; (4) the turnover, by trend of sale of workers increases 33.3%, stable is 33.3%, and decrease is 33.3%, and 100% of respondents have strategies in operating their business.


(3)

ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL:

STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG

LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Erisius Erimayanto

NIM: 041324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 April 2008 Penulis


(7)

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Erisius Erimayanto

Nomor Mahasiswa : 041324001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

“ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL:

STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG

LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya: Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 24 April 2008 Yang menyatakan


(8)

vi

Motto dan Persembahan

Motto

Dalam tangan-Mu, ya Tuhan, kuserahkan hidupku

Orang yang mencari Tuhan tak-kan kekurangan suatupun

Kegagalan adalah bagian hidup. Jangan biarkan kegagalan menjatuhkan

dirimu (Vincent P. Collins)

Jika mereka dapat melakukannya, saya pun bisa (Vincent P. Collins)

Skripsi ini kupersembahkan:

My Jesus Christ

My Parent (Petrus Salim &

Natalia Sumarni)

My Uncle (Aladin & Bunsu

Rapat)

My Grand Father (T. Hadir)

My Brothers/sisters (Kacip,

Kuap, Nanong)

My Honey


(9)

vii

ABSTRAK

ANALISA DAYA TAHA USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI KABUPATEN

SLEMAN

Erisius Erimayanto

041324001

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha; 2) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha; 3) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja: dan 4) tingkat daya tahan usaha restoran ayam goreng lokal dilihat dari sisi omzet.

Penelitian ini dilaksanakan di Restoran-restoran ayam goreng lokal yang ada di Kabupaten Sleman pada bulan Maret 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah para pengusaha restoran ayam lokal yang ada di Kabupaten Sleman. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 6 restoran ayam goreng lokal. Penelitian ini bersifat studi eksplorasi dengan teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase.

Berdasarkan hasil penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Di lihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya. Persentase modal sendiri sebesar 83.3 persen, tingkat rentabilitas rata-rata di atas 20 persen per bulannya; 2) Di lihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya, dengan persentase 100 persen responden tidak pernah mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku, 100 persen responden pasokan bahan bakunya di antar oleh pemasok, serta 100 persen responden mempunyai strategi dalam mengatasi kenaikan harga bahan baku; 3) Di lihat dari sisi penggunaan tenaga kerja, restoran-restoran ayam goreng lokal ini mempunyai daya tahan dalam usahanya, dengan persentase pemutusan hubungan kerja sebesar 16.7 persen, serta tingkat pergantian tenaga kerja sebesar 33.3 persen; 4) Di lihat dari sisi omzet, mempunyai daya tahan, dengan trend penjualan naik 33.3 persen, stabil 33.3 persen, dan turun 33.3 persen, serta 100 persen responden mempunyai strategi dalam menjalankan usahanya.


(10)

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF BUSINESS ENDURANCE OF LOCAL RESTAURANT. A Case Study at Local Fried Chicken Restaurant

in Sleman Regency

Erisius Erimayanto 041324001

Sanata Dharma University Yogyakarta

2008

This research aims to know the level of business endurance of local fried chicken restaurant perceived from: (1) the capital role point of view in supporting business self-reliance; (2) the gaining ingredients point of view to accelerate its business; (3) employing workers; and (4) turnover point of view.

This research was conducted in a local fried chicken restaurant in Sleman Regency in March 2008. The population of this research were the businessmen of local fried chicken restaurants in Sleman Regency. The samples in this research were 6 local fried chicken restaurants. This research is an exploring research. The techniques of data collection were interview and documentation. The technique of analysing the data was a percentage description technique.

The result of this research shows that (1) the role of the capital supports the business self reliance. The percentage of the capital is 83.3%, the average level of rentability is over than 20% per month; (2) the gaining of raw ingredient of the business to accelerate this business ha s high endurance in its business. The percentage is 100%. The respondents had never face any difficulties in gaining raw materials. 100% of respondents said that their raw ingredient delivered by the suppliers, and 100% of respondents have strategy in overcoming the increase of raw ingredients; (3) these local friend chicken restaurants never have difficulties in getting employers, because the decision makers come from the relatives. The percentage of firing is 16.7%, and the level of turnover is 33.3%; (4) the turnover, by trend of sale of workers increases 33.3%, stable is 33.3%, and decrease is 33.3%, and 100% of respondents have strategies in operating their business.


(11)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa dan Bunda Maria, karena atas kemurahan berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Analisa daya tahan Usaha Restoran Lokal: Studi kasus pada usaha Restoran Ayam Goreng Lokal di Kabupaten Slema n”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan Program Studi Ekonomi yang di tempuh di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D, selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M.Si, selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.


(12)

x

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd, selaku dosen pembimbing II, terima kasih atas kesabaran dan dorongannya kepada penulis selama kuliah dan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Siswanto sebagai pihak restoran ayam goreng Suharti yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

7. Bapak Totok Diarto sebagai pihak restoran ayam goreng Yogya Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

8. Bapak Putut sebagai pihak restoran ayam goreng Mbok Berek yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

9. Bapak Rosyied Rustanto sebagai pihak restoran ayam goreng Kentuku Fried Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

10.Bapak M. Bintoro sebagai pihak restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.

11.Bapak Yoyok sebagai pihak restoran ayam goreng Pollo Loco Fried Chicken yang telah memberi ijin dan kerjasamanya selama penulis melaksanakan penelitian dalam rangka menyusun skripsi ini.


(13)

xi

12.Kedua orang tuaku (Bapak Petrus Salim dan Ibu Natalia Sumarni), terima kasih banyak atas segala perhatian, doa dan kasih sayangnya selama ini. 13.Pamanku Bapak Aladin (Mak’ Hitam) dan Ibu Bunsu Rapat (Bunsu Rapat),

terima kasih atas doanya, bimbingannya dan perhatiannya serta yang terpenting adalah terima kasih yang sebesar-besarnya karena telah membiayaku selama kuliah

14.Saudara-saudaraku yang tercinta, Abangku Stefanus (Kacip) dan Istri Santi, Adikku Vinsensius Nono Priono (Kuap) dan istri Christina (Uteh), dan Adikku Vinsensia Nanong Astuti (Nanong).

15.Kakekku tercinta T. Hadir, terima kasih atas doanya, bimbingannya dan petuah-petuahnya dari aku kecil sampai besar dan terima kasih pula atas “Mandaunya”.

16.Paman-pamanku, Paman Yohanes Lasim dan istri (Tante), Paman Laga dan istri (Ibu “Sau”), Paman Bapak “Apheng” dan istri (Ibu Apheng) di Ketapang. 17.Terima kasih pula saya ucapkan kepada Almarhum Bapak Ahua Kim, terima

kasih atas semuanya, semoga beristirahat dalam damai.

18.Orang-orang yang pernah saya cintai dan mencintai saya, terima kasih atas semuanya.

19.Teman-teman Pendidikan Ekonomi angkatan 2004, terus berjuang teman-teman, jangan biarkan dirimu di kalahkan oleh keadaan.


(14)

xii

20.Teman-teman terbaikku, adek Maria Dwi Retno Sari (Sari) beserta mas Arjuna, adek Asteria Trihatminingsih (Ria ) beserta mas Guntur, adek Caesilia Puji Astuti (Puji), adek Rosalia Chandra Kristiani (Ocha), kehadiran kalian sangat berarti dalam proses perkuliahanku.

21.Teman-teman kosku Jl. Cepit Baru no. 449 (Wisma Adinda), terima kasih atas semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih perlu di kaji dan di kembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif . akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat berma nfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis


(15)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… iv

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ……… v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………... vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……… viii

KATA PENGANTAR ……… ix

DAFTAR ISI ……… xiii

DAFTAR TABEL ……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xviii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………... 3

C. Tujuan Penelitian……… 4

D. Manfaat Penelitian ………. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………. 6

A. Persaingan Global……… 6

B. Bisnis Restoran……… 9


(16)

xiv

2. Restoran dan Perkembangannya …..……… 12

3. Ciri-ciri Restoran……… 14

4. Franchise Restoran di Indonesia ……… 16

a. Franchise Asing……… 16

b. Franchise Lokal……… 17

C. Konsep Daya Tahan……….. 20

D. Penelitian Terdahulu………. 24

BAB III. METODE PENELITIAN ………... 25

A. Jenis dan Sifat Penelitian ……….. 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian……….. 25

1. Populasi………. 25

2. Sampel………... 26

C. Variabel dan Instrumen Data………. 26

D. Pengukuran Variabel……….. 29

E. Definisi Operasional……… 31

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 32

G. Teknik Analisa Data……… 33

H. Kerangka Pemikiran………. 42

BAB IV. GAMBARAN UMUM USAHA ……… 44

A. Pendirian Perusahaan ………. 44

B. Letak Perusahaan ……… 44

C. Bentuk Perusahaan ………. 45


(17)

xv

E. Akuntansi ……… 47

F. Personalia ………. 47

BAB V. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ………….. 50

A. Permodalan ………. 50

B. Bahan Baku ……… 54

C. Tenaga Kerja ………... 60

D. Pemasaran ………... 67

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 71

A. Kesimpulan ………. 71

B. Saran ………... 73

1. Bagi Restoran-Restoran ……… 74

2. Bagi Pemerintah ……… 74

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ……….. 74

DAFTAR PUSTAKA ……….. 76


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

1. Tabel II. 1. Tabel Hasil Penelitian Terdahulu ……… 24

2. Tabel III. 1. Variabel dan Instrumen Data ……… 27

3. Tabel III. 2. Tabel Sumber Modal Responden ……… 33

4. Tabel III. 3. Tabel Tingkat Rentabilitas Usaha ……….. 34

5. Tabel III. 4. Tabel Kesulitan Perolehan Bahan Baku ……….. 35

6. Tabel III. 5. Tabel Perolehan Pasokan Bahan Baku ……… 35

7. Tabel III. 6. Tabel Penentuan Harga Bahan Baku ………... 36

8. Tabel III. 7. Tabel Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku … 36 9. Tabel III. 8. Tabel Komposisi Tenaga Kerja ……… 37

10.Tabel III. 9. Tabel Jumlah Tenaga Kerja ……… 38

11.Tabel III. 10. Tabel Tingkat PHK ………. 38

12.Tabel III. 11. Tabel Usulan Kenaikan Upah ………. 39

13.Tabel III. 12. Tabel Pergantian Tenaga Kerja ……… 39

14.Tabel III. 13. Tabel Trend Penjualan/Omzet ……… 40

15.Tabel III. 14. Tabel Strategi Usaha Penjualan ……… 40

16.Tabel IV. 1. Tabel Ringkasan Usaha Secara Umum ………. 49

17.Tabel V. 1. Tabel Sumber Modal Responden ……… 50

18.Tabel V. 2. Tabel Tingkat Rentabilitas Usaha ……….. 51

19.Tabel V. 3. Tabel Rekapitulasi Rentabilitas Usaha ………... 52

20.Tabel V. 4. Tabel Tingkat Suku Bunga ………. 53


(19)

xvi i

22.Tabel V. 6. Tabel Kesulitan Perolehan Bahan Baku ……….. 55

23.Tabel V. 7. Tabel Perolehan Pasokan Bahan Baku ……… 55

24.Tabel V. 8. Tabel Penentuan Harga Bahan Baku ………... 57

25.Tabel V. 9. Tabel Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku … 58 26.Tabel V. 10. Tabel Komposisi & Jenis Tugas Karyawan ……… 61

27.Tabel V. 11. Komposisi Tenaga Kerja ……… 62

28.Tabel V. 12. Tabel Jumlah Tenaga Kerja ……… 63

29.Tabel V. 13. Tabel Tingkat PHK ………. 64

30.Tabel V. 14. Tabel Usulan Kenaikan Upah ………. 65

31.Tabel V. 15. Tabel Pergantian Tenaga Kerja ……… 66

32.Tabel V. 16. Tabel Trend Penjualan/Omzet ……… 67

33.Tabel V. 17. Tabel Strategi Usaha Penjualan ……… 69


(20)

xvi ii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran Kisi-Kisi Wawancara ……….. 79

2. Lampiran Pedoman Pertanyaan Wawancara ……… 82

3. Lampiran Perhitungan Tingkat Rentabilitas ……… 88

a. Restoran Ayam Goreng Suharti ………. 88

b. Restoran Ayam Goreng Yogya Chicken ……… 89

c. Restoran Ayam Goreng Mbok Berek ……….... 91

d. Restoran Ayam Kentuku Fried Chicken ………... 93

e. Restoran Ayam Jakarta-Jakarta Fried Chicken ………. 95

f. Restoran Ayam Pollo Loco Fried Chicken ……… 96

4. Lampiran Trend Penjualan per semester ……….. 99

a. Restoran Ayam Goreng Yogya Chicken ……… 99

b. Restoran Ayam Pollo Loco Fried Chicken ………. 100

c. Restoran Ayam Goreng Mbok Berek ………... 101

d. Restoran Ayam Kentuku Fried Chicken ………... 102


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia bisnis saat ini, setiap usaha dituntut untuk lebih memperhatikan keberadaan pihak-pihak yang berada di lingkungan eksternal perusahaan yang akan sangat mempengaruhi jalannya kegiatan suatu usaha. Salah satu pihak yang berada di lingkungan eksternal perusahaan tersebut adalah pesaing (competitor).

Pesaing (competitor) merupakan pihak yang berpengaruh sangat besar bagi kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi bila pesaing tersebut memiliki lahan kerja dan usaha yang sama. Apabila perusahaan tidak memperhatikan hal tersebut maka perusahaan tersebut akan kalah dalam persaingan global. Hal ini dikarenakan secara dengan sendirinya usahanya tidak mampu menunjukkan kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Seiring dengan adanya globalisasi maka persaingan semakin ketat. Para pesaing tidak hanya perusahaan lokal yang sifatnya sejenis saja tetapi perusahaan asing juga merupakan saingan. Persaingan semakin kuat lagi karena para kompetitor asing tersebut sudah memiliki teknologi yang serba maju/modern. Seiring dengan adanya globalisasi, persaingan tidak hanya terjadi antara restoran lokal dengan restoran lokal yang sifatnya sejenis saja tetapi sudah meluas dengan


(22)

adanya persaingan dengan restoran asing yang sifatnya juga sejenis. Persaingan antara restoran lokal dengan kompetitornya restoran asing ini tidak dapat dihindari. Apabila restoran lokal ini ingin tetap dapat bertahan hidup maka mereka (restoran lokal) harus dapat beradaptasi.

Seperti di ketahui restoran-restoran asing dengan sistem waralaba (franchise) maupun non franchise- nya mendominasi. Sementara restoran-restoran yang bernuansa lokal mengalami pasang surut. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, usaha waralaba asing dibidang restoran terus mengalami pertumbuhan. Usaha waralaba asing di bidang restoran tersebut mengalami pertumbuhan mencapai 15 persen, sedangkan usaha waralaba yang berbentuk restoran lokal hanya mencatat pertumbuhan kurang dari setengahnya atau sekitar 7 persen per tahun di Indonesia (Agustaman, 2007: 9). Usaha restoran asing yang berbentuk waralaba ini juga lebih mendapat tempat di pasar nasional. Berdasarkan data riset yang pernah dilakukan Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), pengusaha restoran lokal lebih cenderung memilih franchise asing. Hal ini di karenakan akuntabilitas dan memberi image (citra atau gengsi) bagi penerima/pembeli waralaba (franchisee.)

Untuk kota Yogyakarta sendiri pertumbuhan restoran asing baik dalam bentuk franchise maupun non franchise cukup mengalami perkembangan yang pesat. Berdasarkan data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Yogyakarta, jumlah restoran asing yang ada di kota Yogyakarta sebanyak 35 buah. Sebagai contoh untuk restoran asing seperti


(23)

KFC sudah mempunyai 4 cabang di kota Yogyakarta (www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/02/jateng/49352.htm di akses 22 september 2007).

Berdasarkan latar belakang di atas, tulisan ini akan membahas “ANALISA DAYA TAHAN USAHA RESTORAN LOKAL: STUDI KASUS PADA USAHA RESTORAN AYAM GORENG LOKAL DI KABUPATEN SLEMAN ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir di atas, maka permasalahan akan lebih di fokuskan pada bagaimana usaha restoran ayam goreng lokal dapat menghadapi dan bertahan dengan banyaknya dan maraknya serta makin diminatinya restoran asing. Permasalahan secara umum dirumuskan, sejauh mana usaha restoran lokal memiliki daya tahan dalam menghadapi kompetitornya usaha restoran asing? Adapun masalah khususnya adalah:

1. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandir ian usaha?

2. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha?

3. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja?

4. Bagaimana tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi omzet?


(24)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi peran modal sendiri dalam mendukung kemandirian usaha.

2. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi perolehan bahan baku untuk kelancaran usaha.

3. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi penggunaan tenaga kerja.

4. Untuk mengetahui tingkat daya tahan usaha restoran lokal dilihat dari sisi omzet

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi para pengusaha restoran lokal

Dapat diperoleh gambaran nyata tentang keberadaan usaha para pengusaha restoran lokal dan daya tahan mereka dalam bersaing dengan kompetitor asing. Selanjutnya akan diperoleh jawaban apakah usaha restoran lokal ini merupakan suatu alternatif usaha yang memiliki prospek bagus dan menjanjikan pada masa- masa mendatang. Penelitian ini akan sangat berguna untuk menambah wawasan pengetahuan terhadap keberadaan usaha restoran khususnya para pengusaha restoran lokal.

2. Bagi Pemerintah

Ada kemungkinan untuk merubah pola kebijakan ekonomi di tingkat mikro bagi pemerintah daerah atas keberadaan usaha restoran lokal.


(25)

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Bagi Universitas Sanata Dharma, diharapkan penelitian ini dan hasilnya dapat memberikan tambahan sumbangan referensi dan informasi mengenai keberadaan usaha restoran lokal di kota Yogyakarta.

4. Bagi Penulis

Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk mengetahui secara mendalam tentang usaha restoran lokal di kota Yogyakarta. Selain itu penelitian ini juga berguna untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki penulis khususnya dalam ilmu Kewirausahaan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persaingan Global

Globalisasi mempunyai 2 pengertian, pertama globalisasi sebagai deskripsi/definisi yaitu proses menyatunya pasar dunia menjadi satu pasar tunggal (borderless market). Kedua, sebagai ‘obat kuat’ (prescription) yang menjadikan ekonomi lebih efisien dan lebih sehat menuju kemajuan masyarakat dunia. Globalisasi telah mendorong masyarakat menjadi semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar wilayah suatu negara, sehingga daya saing antara satu negara terhadap negara lain menjadi hal yang begitu penting dalam hubungan ekonomi antar bangsa.

Azra (2002:224) mendefinisikan globalisasi sebagai arus orang-orang, barang-barang dan jasa, informasi dan gagasan melewati batas-batas negara-bangsa dan kebudayaan lokal, nasional dan regional. Menurut Giddens (2001:120), globalisasi merupakan fenomena yang hampir tidak bisa dihindari oleh suatu masyarakat modern sekarang, sekalipun tidak semua konsekue nsinya menguntungkan dengan baik. Bagi negara yang sedang berkembang yang kualitas sumber daya manusia (SDM) nya rendah yang berakibat pada produktivitas dan daya saing rendah, globalisasi dapat menimbulkan konsekuensi yang kurang menguntungkan bagi perekonomiannya. Pada awalnya, pengaruh globalisasi perlu diwaspadai sebagai bentuk baru imperialisme (Bello, 2004:6).


(27)

Pada awalnya, pengaruh globalisasi sangat terasa pada bidang ekonomi dan telah melahirkan tata ekonomi baru (new economy). Perkembangan ekonomi baru menuntut perubahan-perubahan baik di dalam organisasi maupun dalam tingkah laku para pelaku ekonomi. Kenichi Ohmae (dalam Sutendy, 2003:26) menyebutkan besarnya pengaruh “4 I” dalam era global. 4 I tersebut meliputi:

Pertama, Investasi. Pasar modal dunia telah kelebihan investasi untuk memenuhi keperluan negara-negara maju dan masalahnya kesempatan investasi yang menjanjikan keuntungan besar tidak selalu sama dengan negara darimana dana itu berasal. Investasi tidak lagi dibatasi oleh batas geografis ataupun bangsa, bahkan sekarang kehadirannya dinantikan di berbagai negara berkembang di Asia pada umumnya.

Kedua, Industri. Industri tidak lagi harus melakukan negoisasi dengan kepentingan pemerintah. Di masa lalu pemerintah sebagai representasi negara dapat melakukan regulasi pajak, bea masuk atau substitusi ekspor sebagai strategi melindungi (proteksi) industri dalam negeri. Di masa sekarang bentuk proteksi dan berbagai bentuk halangan masuk (entry barriers) dilarang.

Ketiga, Teknologi informasi (IT = Information Technology). Dengan kemajuan perkembangan teknologi seperti internet misalnya, maka dapat dipahami bagaimana jaringan perusahaan multinasional mengembangkan jaringan teknologi informasi yang memungkinkan


(28)

perusahaan pusat untuk mengendalikan berbagai anak perusahaannya yang tersebar di berbagai belahan dunia yang lain.

Keempat, Konsumen Individual (individual costumer). Para konsumen tidak lagi dikondisikan oleh larangan- larangan dari pemerintah, atau dengan kata lain, pemerintah tidak dapat melarang konsumsi warganya. Para konsumen dapat melakukan pemilihan terhdap produk yang akan mereka konsumsi, misalnya karena harganya lebih murah, sesuai selera dan kualitas lebih baik tanpa memperdulikan dari negara mana barang itu berasal.

Gejala globalisasi sudah lama dirasakan oleh negara-negara berkembang dalam bentuk simbol-simbol modernisasi sebagaimana disebut oleh Alvin Toffler (dalam Sutendy 2003:24) sebagai 3 F, yaitu

Food, Fun dan Fashion.

Food maksudnya makanan sebagaimana meluasnya berbagai produk makanan fast food dan junk foods seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), Mc Donald, Pizza, dan sebagainya. Disamping produk makanan, masyarakat negara berkembang juga semakin akrab dengan minuman Coca Cola, Pepsi, Sprite, dan produk lainnya.

Pengaruh dunia Fun bisa dilihat dari begitu besarnya pengaruh hiburan baik berupa film layar lebar maupun televisi, musik dan dunia gemerlap lainnya.


(29)

Dunia hiburan erat kaitannya dengan Fashion. Melalui dunia hiburan diperkenalkan model baju, asesori, rambut dan dandanan lainnya. Persaingan globalisasi juga dapat dipahami dengan melihat bagaimana kehidupan antar bangsa terjalin dan semakin terhubung (interconnected)

satu sama lainnya. Bentuk nyata semakin terhubungnya satu bangsa dengan bangsa lain dapat dilihat dari semakin banyaknya tenaga kerja asing dan perusahaan-perusahaan asing atau korporasi multinasional dari negara-negara maju yang melebarkan sayapnya di berbagai belahan dunia yang lain. Restoran makanan siap saji dan produk minuman bermerek internasional misalnya, sekarang dapat ditemui di berbagai kota di Indonesia. Restoran dan produk minuman ini tidak hanya dimaksudkan untuk melayani tenaga kerja ekspatriat di Indonesia, tetapi untuk melayani para pelanggan lokal yang semakin akrab dengan selera produk global ini.

B. Bisnis Restoran

1. Konsep Restoran

Dalam banyak literatur, restoran berasal dari kata kerja bahasa Perancis: restaurer yang berarti “a food with restores”, sedangkan operator restoran disebut sebagai restaurateur. Restoran berarti sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani pemesanan makanan dan minuman, serta menyantapnya di tempat itu juga. Bentuk bangunannya bisa beraneka ragam, termasuk juga hidangan yang ditawarkan (Agustaman, 2007: 18).


(30)

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) nomor 5 tahun 1987 Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Peratur an Usaha Rumah Makan/Restoran, yang dimaksud dengan rumah makan/restoran adalah setiap tempat usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan hidangan makan dan minum untuk umum di tempat usahanya. Selain itu, rumah makan/restoran digolongkan me njadi tiga kelas, yaitu:

1. Kelas A

Rumah makan/restoran digolongkan kelas A bila memenuhi jumlah kursi atau tempat duduk berjumlah minimal 61 buah,

2. Kelas B

Rumah makan/restoran digolongkan kelas B bila memenuhi jumlah kursi atau tempat duduk berjumlah 31 hingga 60 buah

3. Kelas C

Rumah makan/restoran digolongkan kelas C bila memenuhi jumlah kursi atau tempat duduk berjumlah maksimal 30 buah.

Menurut Marsum (dalam Sutendy 2003:25), yang dimaksud dengan restoran adalah suatu tempat duduk atau bangunan yang diorganisisr secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman.

Sedangkan menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), yang dimaksud dengan restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran


(31)

meja- meja yang tersusun rapi dengan kehadiran orang-orang serta timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan gelas-gelas kaca dan porselin yang menyebabkan suasana hidup di dalamnya.

Menurut Sugiarto (dalam Sutendy 2003:25), jenis-jenis restoran antara lain sebagai berikut:

1. Automat Restaurant

Jenis restoran yang menggunakan mesin otomatis dan seseorang dapat mengambil makanan atau minuman yang dikehendaki dengan memasukkan sejumlah koin (uang logam) dengan harga yang tertera. 2. Delicatessen

Jenis restoran khusus yang menjual makanan seperti hamburger, sausage, bacon, dan sebagainya.

3. Bistro

Jenis restoran dengan model yang berasal dari Perancis, biasanya terdapat di pertokoan dimana banyak orang melalui tempat tersebut. 4. Café

Jenis restoran ini hingga kini masih banyak tersebar di kota-kota besar dan terus berkembang, biasanya jenis pelayanan ini juga disajikan hiburan berupa live music show

5. Specialities Restaurant

Jenis restoran khusus yang menyajikan hidangan khas dari daerah atau negara tertentu dan jumlah restoran ini sangat banyak jumlahnya.


(32)

Restoran juga terkadang menjadi bagian bangunan komplek hotel, dan merupakan salah satu pelayanan hotel yang diberikan kepada tamunya. Bagi pengelola hotel, keberadaan restoran di hotelnya juga untuk memaksimalkan potential revenue mereka. Restoran ini juga terbuka untuk orang luar yang bukan tamu hotel.

Tipe restoran bermacam- macam, mulai dari yang sederhana sampai yang mewah. Bentuk bangunannya juga bermacam- macam, ada yang bergabung di pusat jajanan (food court) ada juga gerai independen (di rumah toko atau bangunan rumah sediri). Dalam sajian menunya, restoran memulai menunya dari makanan dan suasana yang simple serta harga yang murah sampai masakan mahal yang disajikan dalam suasana formal, lengkap dengan minuman anggur. Bahkan, pada jaman dulu ada restoran yang mengharuskan pengunjung memakai pakaian formal atau kasual.

Makanan yang disajikan di restoran dapat berupa makanan lokal ataupun makanan asing. Dari kedua jenis tersebut temanya bisa berbagai macam, misalnya restoran makanan Padang (Minangkabau), restoran masakan Jawa, restoran masakan China, atau restoran masakan Jepang dan sebagainya. Sehingga suasana yang diciptakan di dalam restoran tersebut bisa bernuansa etnis, mulai dari bentuk bangunan, furnitur, pelayanan, sajian sampai hiburan (musik).

2. Restoran dan Perkembangannya

Sejarah munculnya restoran bisa dimulai dari China. Ketika itu di abad 13 Masehi semasa Dinasti Song berkuasa, di Hangzhou sudah berdiri


(33)

sebuah rumah makan yang melayani para saudagar, pedagang dan penge mbara yang melintas di sana.

Di Barat, konsep restoran mulai dikenal sejak abad 18 Masehi. Menurut catatan Guiness Book Of Record, Sobrino de Botin di Madrid, Spanyol, adalah merupakan restoran tertua di dunia sampai saat ini. Restoran itu dibuka tahun 1725. Namun, restoran yang pertama menerapkan sebagai tempat makan justru muncul di Perancis pada tahun 1765 oleh seorang penjual sup bernama Boulager. Restoran yang akhirnya menjadi standar restoran sampai saat ini (dengan tempat duduk pengunjung lengkap, porsi meja individual, pilihan menu dan jam buka restoran) justru dilakukan pertama kali oleh Grand Taverne de londres

yang didirikan tahun 1782 oleh seorang bernama Beauvilliers.

Restoran mulai dikenal dan berkembang di Perancis setelah Revolusi Perancis. Ketika itu banyak kaum aristokrat kehilangan para ahli masak yang lari meninggalkan mereka. Di saat bersamaan banyak kaum urban mulai datang ke Paris tanpa keluarga dan bersedia menjadi tukang masak untuk para kaum aristokrat ini. Dari situ muncul tempat-tempat makan di sana. Pada jaman itu dikenal seorang kepala koki handal bernama Auguste Escoffer yang sering dijuluki Cook of King dan King of Cooks.

Restoran kemudian mulai menyebar cepat ke seluruh dunia. Di AS misalnya, restoran pertama adalah Julliens’s Restorator yang pertama kali dibuka di Boston tahun 1784. Dalam perkembangan di AS ini, banyak


(34)

restoran yang kemudian muncul tetap melanjutkan standar pelayanan ala Perancis (serve a la francaise) dalam menyiapkan makanan di meja, dimana pengunjung bisa mengambil sendiri, sesuatu hal yang membuat mereka bisa makan lebih cepat. Konsep restoran formal dining, dimana pengunjung diberi hidangan setelah memesan, yang dikena l sebagai secve a la russe, mulai dikenalkan di Perancis oleh seorang Rusia bernama Pangeran Kurakin tahun 1810-an. Konsep ini kemudian berkembang luas sampai ke Inggris dan bagian dunia lainnya.

Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Restoran jaringan yang pertama berkembang di Indonesia bahkan sampai saat ini yang paling banyak memiliki outlet adalah jenis fast food. Ini dikarenakan selain penyajiannya yang serba cepat, keepmilikan restoran waralaba itu juga relatif mudah dan murah ketimbang restoran non fast food, yang biasanya butuh investasi relatif lebih mahal serta pengembalian modal yang relatif mahal serta pengembalian modal yang relatif lebih lama ketimbang restoran fast food.

3. Ciri-ciri Restoran

Secara umum ciri-ciri Restoran adalah pengungunjung duduk di meja, mereka memesan makanan kepada pramusaji, kemudian pramusaji membawakan makanan itu bila sudah siap dihidangkan. Dan kemudian pengunjung me mbayar ke kasir setelah hidangan tersebut habis. Selain makan di tempat, umumnya restoran juga melayani pemesan untuk dibawa pulang (take away) atau antaran pemesan (delivery order). Restoran yang


(35)

benar, biasanya akan menempatkan satu atau dua pelayannya di pintu masuk, dan mengantarkan pengunjung ke kursi mereka. Pelayan yang lain akan menunggu pengunjung lengkap dengan daftar menu yang mau di pesan.

Secara spesifik tipe restoran bermacam- macam, yakni: brasserie, bistro, pub, café, dining, fast food restaurant, family restaurant. Ciri-ciri retoran secara umum adalah:

1. Pengolahan: makanan umumnya dimasak setelah ada pemesanan menu dari pengunjung kecuali restoran Minang dan restoran prasmanan yang menyediakan menu siap saji.

2. Distribusi: Kebanyakan restoran merupakan bagian dari suatu jaringan atau franchise dengan standarisasi yang dikendalikan restoran/kantor pusat.

3. Pembeli: Mengharuskan pembeli duduk di tempat, memesan melalui pelayanan dan membayar ke kasir setelah menghabiskan hidangan. Pembeli juga bisa memesan untuk dibawa pulang (take away) atau cukup memesan lewat telefon untuk diantar ke tempat pemesan (delivery order).

4. Penyajian: Disajikan dengan piring dan alat bantu makan, seperti sendok, garpu atau pisau pemotong.

5. Jenis sajian: Jenis sajian atau masakan dalam restoran bermacam-macam. Ada yang menghidangkan maskan lokal (Jawa, Padang),


(36)

nasional dan mancanegara (China, Oriental, Jepang, Afrika Selatan, Amerika, dan Eropa).

4. Franchise Restoran di Indonesia a. Franchise Asing

Meski di negara asalnya, Amerika Serikat (AS), franchise dimulai dari usaha mesin jahit Singer, namun franchise yang masuk ke Indonesia dari sana dimulai dengan usaha makanan. Franchise mulai masuk Indonesia tahun 1970-an. Yang masuk pertama kali antara lain KFC, Swensen, Shakey Pisa dan Burger King. Perkembangannya semakin marak mulai terlihat di tahun 1990-an dengan munculnya McDo nal’s, Pizza Hut, Hard Rock Café, Texas Fried Chicken, Dunkin’ Donut dan sebagainya.

Ketika itu waralaba asing yang masuk ke Indonesia di dominasi oeh usaha makanan, khususnya restoran fast food alias cepat saji. Rata-rata franchise asing yang ”beradu nasib” di Indonesia menuai kesuksesan. Contoh ekstrimnya, McDonald’s yang bisa berkembang begitu besar di Indonesia. Belum lagi ada KFC, Pizza Hut, Hard Rock Café, Dunkin Donut dan sebagainya.

Di luar AS, bisnis restoran dan kafe juga diminati waralaba asing lainnya, mulai dari Singapura, Jepang, Italia, sampai Filipina. Bagi pemain asing sendiri, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial. Dengan penduduk 227 juta jiwa, dimana kelas menengahnya mencapai 15-17 persen dengan struktur usia di bawah 50 persen,


(37)

menjadi potensi tersendiri buat para pemain asing ini. Terlebih di industri makanan, diperkirakan cenderung meningkat dan prospektif. Namun tidak semua restoran itu yang menawarkan peluang buat investor lokal lain yang ingin mempunyai usaha serupa, Resto seperti Hard Rock Café, MU Restaurant & Bar, Planet Hollywood, Sizzler dan Tony Romas adalah beberapa diantara restoran yang tak menawarkan franchise kepada pihak lain untuk membuka cabang. Oleh franchisor-nya di luar negeri, mereka diharuskan mengembangkan gerainnya hanya dengan modal sendiri, oleh karena itu haknya menjadi eksklusif.

b. Franchise Lokal

Seperti halnya memulai usaha di beberapa bidang lain, ada dua pilihan untuk memulai usaha makanan. Pertama, berwirausaha atau membesarkan usaha makanan. Kedua, mengambil usaha makanan yang telah mapan lewat pola waralaba. Dengan mengikuti waralaba tertentu, seseorang bisa menjadi pengusaha dalam sekejap. Latar belakang pendidikan bisnis, pengalaman, dan bakat tak lagi menjadi syarat mutlak. Semua itu bisa dia peroleh dari franchisor.

Sebelum krisis moneter di tahun 1997-1998, sudah ada usaha

franchise makanan yang beroperasi. Namun semuanya masih didominasi jenis restoran fast food dan kebanyakan kepanjangan dari


(38)

waktu itu sudah mulai menjalankan pola waralaba masih bisa dihitung dengan jari. Salah satu contohnya adalah Es Teler 77.

Es Teler 77 merupakan franchise lokal pertama di Indonesia yang menggunakan sistem baku. Usaha ini dirint is oleh Sukyatno Nugroho sejak pertengahan 1970-an, tapi resmi menggunakan merek Es Teller 77 sejak 1982. pada tahun 1987 dia muali mengembangkan diri dengan cara menggandeng mitra, yang k ini disebut waralaba.

Pasca krisis moneter, banyak orang terjun berwirausaha. Kurangnya keahlian dan pengalaman menyebakan mereka memilih unuk bergabung dalam jaringan waralaba. Sejak itu, pertumbuhan usaha

franchise di Indonesia tumbuh dengan pesat. Hingga tahun 2003 jumlah waralaba asing tercatat ada sekitar 220. hingga sampai awal 2006 jumlahnya sekitar 240 asing dan 140 lokal. Dari 140 lokal hanya 129 yang memenuhi persyaratan franchise. Usaha makanan dan minuman masih mendominasi usaha franchise di Indonesia, mulai dalam bentuk restoran, kafe, food courte, sampai gerobak kaki lima.

Meski resto waralaba lokal yang muncul kebanyakan jenis fast food, namun belakangan restoran non fast food juga mulai mengembangkan jaringan dengan pola waralaba. Restoran ini sifatnya lebih ke etnis, lebih ke makanan-makanan lokal dan makanan- makanan daerah. Ada masakan Padang (Minangkabau), Makassar, Jawa, Lombok, masakan tradisional Indonesia, masakan Oriental (Jepang dan China) serta Eropa, bahkan Meksiko.


(39)

Di Indonesia kategori usaha makanan menjadi primadona dalam bisnis waralaba. Pertumbuhannya melebihi kategori-kategori lain. Industrinya pun ditenggarai tidak akan jenuh. Hal ini dikarenakan makanan adalah salah satu kebutuhan pokok.

Faktor-faktor penunjang keberhasilan bisnis franchise di Indonesia, antara lain:

1. Bentuk franchise yang merupakan bisnis instant banyak diminati oleh pengusaha Indonesia, karena pasar yang sudah tersedia serta beberapa keuntungan bentuk franchise itu sendiri seperti bantuan manajerial dan operasional yang diberikan oleh franchisor

2. Bisnis franchise makanan mempunyai ciri khusus dari produknya, sehingga dapat lebih bertahan dari ancaman pasar

3. Distribusi bisnis franchise sangat pendek, sehingga kontrol terhadap mutu produk dan pelayanan dapat dilakukan secara langsung

4. Permintaan terhadap produk makanan ya ng dilihat dari PDB total dan PDB sektor restoran sangat baik dan terus meningkat. Hal ini mencerminkan daya beli yang meningkat.

5. Terjadinya pergeseran budaya dari budaya tradisional menjadi budaya modern membantu suksesnya bisnis franchise makanan

6. Motivasi membeli makanan asing/baru secara keseluruhan sangat tinggi, namun loyalitas terhadap merek rendah. Konsumen makanan sangat peka terhadap perubahan mutu makanan dan harga


(40)

7. Menu bisnis franchise makanan menjangkau konsumen segala umur dengan berbagai paket menu untuk anak dan dewasa

8. Kelas sosial tidak menjadi penghambat bagi keberhasilan pertumbuhan bisnis franchise makanan, karena bisnis makanan sudah membagi sendiri segmen pasarnya, seperti fine ending restaurant

untuk kelas menengah atas, sedangkan fast food restaurant untuk kelas menengah bawah.

9. Binsis franchise makanan mengantisipasi perubahan gaya hidup. Gaya hidup pasngan muda yang suami- istri bekerja, tingkat persaingan dunia kerja yang tinggi menyebabkan tingkat stress tinggi. Demikian pula tingkat stress anak yang tinggi akan membutuhkan suasana makan di luar. Selain itu, kecenderungan masyarakat untuk lebih terbuka dengan berbagai makanan asing terus meningkat.

C. Konsep Daya Tahan Usaha

Daya tahan (survival power) dalam konteks penelitian ini bisa diartikan dalam beberapa hal, yaitu:

1. Kemampuan usaha dalam hal ini usaha restoran lokal beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis pada era globalisasi terutama menghadapi maraknya persaingan dengan restoran modern. Pada masa globalisasi misalnya, lingkungan bisnis berubah sehingga perlu adaptasi dalam hal permodalan, bahan baku, proses produksi, strategi pemasaran, dan sebagainya. Suatu


(41)

usaha yang mengalami kegagalan dalam adaptasi ini, bisa diartikan tidak memiliki daya tahan yang baik.

2. Kemampuan usaha memperoleh omzet sehingga dapat menjalankan operasional usaha. Omzet suatu usaha yang tidak dapat memenuhi kebutuhan biaya operasional usaha akan cenderung tidak dapat tahan lama. Kalau dari penghasilan bersih yang diperolehnya tidak mampu memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, maka kelangsungan hidup usahanya pun akan terancam pula.

Ada beberapa pengukuran terhadap variabel- variabel tertentu sebagai indikasi ketahanan usaha restoran lokal dalam menghadapi era globalisasi. Pengukuran akan dilihat dari berbagai aspek usaha, misalnya permodalan usaha, penggunaaan dana usaha, sumber dan perolehan bahan baku, ketenagakerjaan dan balas jasa, pemasaran dan pelanggan, serta omzet

Menurut Suwarsono ( 1994:173), tujuan perusahaan, memperoleh laba, dan berkembang merupakan refleksi dari usaha perusahaan untuk bertahan hidup. Tanpa mampu bertahan hidup, perusahaan tidak memiliki kesempatan memperoleh laba dan tumbuh berkembang. Dengan kata lain, perusahaan apabila ingin tetap bertahan hidup, maka perusahaan harus mampu memenuhi berbagai kepentingan dari berbagai pihak yang terlibat (stakeholders). Adapun pihak-pihak yang disebut sebagai stake holder


(42)

a. Pemilik b. Pemasok

1) Sumber daya alam (SDA) 2) Sumber daya manusia (SDM)

3) Sumber daya modal (SDK), kreditur, pemegang saham 4) Sumber daya teknologi (SDT)

5) Sumber daya informasi (SDI) c. Debitur

d. Pesaing e. Pelanggan

f. Pensuplai substitusi g. Serikat pekerja h. Pemerintah i. Masayarakat j. Media massa

k. Pihak pencinta lingkungan/lembaga swadaya masyarakat (LSM) Perusahaan mampu bertahan hidup apabila perusahaan mampu melalui tahapan siklus kehidupan perusahaan yang paling kritis. Bertahan hidup adalah tujuan primer dan berjangka pendek, khususnya bagi perusahaan yang baru berdiri. Untuk dapat hidup/bertahan hidup perusahaan harus mampu memperoleh laba dan menumbuhkembangkan perusahaan di kemudian hari. Untuk tetap bertahan hidup juga perusahaan perlu berusaha secara konsisten berada dalam arahan dan batasan komponen pokok misi


(43)

perusahaan serta pihak manajemen perlu memiliki perhatian yang seimbang antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang


(44)

Tabel II. 1. Hasil Penelitian Terdahulu

HASIL PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN DENGAN ANALISA DAYA TAHAN USAHA

Judul Peneliti Variabel Penelitian Teknik Analisa Data Temuan Analisa Daya Tahan Sektor Informal Menghada pi Krisis Ekonomi Suseno Triyanto Widodo, dkk. Tahun 1998 Keuangan Usaha, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Masalah Customer, Omzet, dan Daya Tahan. Sistem Tabulasi yaitu hasil penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk beberapa tabel secara deskriptif.

1. Sisi modal sendiri memiliki kemandirian dengan persentase modal sendiri sebesar 83.3 persen.

2. Sisi perolehan bahan baku mempunyai daya tahan, dengan persentase 6.7 persen tidak pernah mengalami kesulitan. Perolehan pasokan bahan baku sebesar 70 persen responden membeli di pasar. Penentuan harga bahan baku penjual sebesar 56.7 persen, tawar menawar 43.3 persen serta upaya mengatasi kenaikan harga bahan baku 40.6 persen mengurangi porsi bahan baku.

3. Sisi penggunaan tenaga kerja mempunyai daya tahan dengan 90 persen tidak pernah terjadi PHK, 90 persen tidak pernah mengusulkan kenaikan upah, 76.7 persen tidak pernah mengganti tenaga kerja.

4. Sisi strategi pemasaran mempunyai daya tahan, dengan trend penjualan cenderung turun 80 persen, stabil 20 persen. Strategi yang digukan pengurangan bahan baku sebesar 34.9 persen, menaikkan harga jual 30.2 persen.

5. Sisi Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas mempunyai daya tahan dengan 43.3 persen masuk klasifikasi 31-52 persen, 33.3 persen dibawah angka 31 persen, dan 23.3 persen diatas 52 persen.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini berupaya mengungkap fakta dan data keberadaan usaha restoran lokal melalui studi kasus pada usaha restoran lokal ayam goreng di Kabupaten Sleman dalam menghadapi kompetitor asing. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran/peta usaha restoran lokal dalam menghadapi kompetitor asing di era globalisasi. Penelitian ini bersifat studi eksplorasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005:55).

Populasi yang dip ilih adalah para pengusaha restoran lokal ayam goreng yang tersebar di kabupaten Sleman. Para pengusaha restoran ini mulai buka usaha pada pagi hari, malam hari atau ada yang non stop 24 jam. Adapun jumlah restoran ayam goreng lokal yang diteliti di kabupaten Sleman ini berjumlah 6 restoran ayam goreng, yaitu restoran ayam goreng Ny. Suharti, restoran ayam goreng Mbok Berek, Yogya Chicken,


(46)

Jakarta Fried Chicken, restoran Kentuku Fried Chicken, restoran Pollo Loco Fried Chicken.

Masing- masing dari restoran ayam goreng lokal ini mempunyai kelebihan masing- masing. Contohnya restoran ayam goreng Nyonya Suharti, restoran ini bernuansa khas Jogja dimana dekorasi ukiran dan gendingnya khas Jogja. Adapun bahan baku ayam dari restoran ayam goreng Nyonya Suharti ini adalah ayam kampung.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2005:46). Dalam hal ini sampelnya adalah para pengusaha restoran lokal aya m goreng yang ada di kabupaten Sleman. Tidak semua para pengusaha restoran ayam goreng lokal itu akan di jadikan sampel tetapi akan di acak dan di pilih.

C. Variabel dan Instrumen Data

Berdasarkan masalah yang telah di rumuskan, dapat dideteksi beberapa variabel pokok dan selanjutnya akan diuraikan secara lebih rinci melalui beberapa instrumen data yang dicari. Variabel dan instrumen data yang dicari adalah sebagai berikut:


(47)

Tabel III. 1. Variabel dan Instrumen Data

No Variabel Indikator Instrumen

1 Keuangan Usaha

a. Permodalan • Sumber modal dan proporsinya

• Peran modal sendiri dalam kemandirian usaha

• Besarnya omzet yang diterima per hari

• Besarnya biaya yang dikeluarkan per bulan (gaji, bahan, angkutan, retribusi, dan lain- lain).

2 Bahan baku • Sumber bahan baku

• Perkembangan harga bahan (pengadaan sendiri, bahan diantar, membeli di pasar)

• Terjaminnya kontinyuitas pasokan bahan baku

• Proses produksi: ada tidaknya pengurangan bahan baku


(48)

3 Tenaga kerja • Proporsi tenaga kerja anggota keluarga dan bukan anggota keluarga

• Upah teaga kerja dan proporsinya terhadap pengeluaran

• Ada tidaknya PHK 4 Pemasaran • Ada tidaknya penurunan

pelanggan/omzet

• Ada tidaknya penurunan hasil penjualan

• Perlu tidaknya menaikkan harga dan pengaruhnya terhadap pelanggan

• Strategi mempertahankan

customer

5 Omzet Trend penjualan/omzet

• Pengeluaran yang dilakukan per bulan


(49)

D. Pengukuran Variabel

Ada beberapa pengukuran terhadap variabel tertentu sebagai indikasi ketahanan usaha restoran lokal dalam menghadapi kompetitor. Pengukuran akan dilihat dari berbagai aspek usaha, misalnya permodalan usaha, penggunaaan dana usaha, sumber dan perolehan bahan baku, ketenagakerjaan dan balas jasa, pemasaran dan pelanggan, dan omzet.

1. Pengukuran Permodalan a. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Rentabilitas dapat dicari berdasarkan perhitungan laba dibagi penjualan kali seratus persen. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Laba

Rentabilitas= --- x 100% Penjualan

Keterangan:

L = Jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode M = Jumlah penjualan dalam suatu periode tertentu 2. Pengukuran bahan baku

Beberapa aspek yang ingin diukur adalah:

a. Sumber bahan, dikategorikan menjadi komponen impor dan komponen lokal


(50)

c. Penentuan harga bahan baku, diukur dengan menemukan pihak mana yang menentukan harga: pembeli, penjual, atau negosiasi (seller’s market atau buyer’s market).

d. Mengatasi fluktuasi harga bahan baku, dikategorikan dengan mengganti bahan baku, mengurangi bahan baku, tidak melakukan upaya lain, memproduksi bahan baku sendiri dan memotong jalur distribusi.

e. Cara me mperoleh pasokan, dikategorikan menurut cara memperoleh bahan baku yaitu bahan diantar penjual, pengadaan sendiri dan membeli di pasar.

3. Pengukuran tenaga kerja

Beberapa aspek yang akan diukur adalah sebagai berikut:

a. Proporsi jumlah tenaga kerja, diukur dengan membandingkan antara tenaga kerja anggota keluarga dengan bukan anggota keluarga.

b. Ada tidaknya pengurangan tenaga kerja c. Ada tidaknya tuntutan kenaikan upah 4. Pengukuran Strategi Pemasaran

Beberapa aspek yang akan diukur adalah sebagai berikut:

a. Strategi pemasaran, dikategorikan menjadi 4 model yaitu strategi penetrasi pasar, pengembangan produk, pengembangan pasar dan diversifikasi produk.


(51)

E. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Daya Tahan adalah kemampuan beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan internal maupun eksternal. 2. Usaha/ bisnis adalah kegiatan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat, manusia, maupun organisasi.

3. Restoran adalah sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani pemesanan makanan dan minuman, serta menyantapnya di tempat itu juga.

4. Restoran lokal sebuah tempat yang sengaja dibangun untuk melayani pemesanan makanan dan minuman, serta menya ntapnya di tempat itu juga. Restoran lokal ini sifatnya bernuansa lokal/daerah setempat.

5. Modal adalah segala sarana dan prasarana yang dihasilkan untuk digunakan sebagai “input” dalam proses produksi. Pendekatan modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan modal dari sisi biaya tetap dan biaya variabel.

6. Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dalam proses produksi dan dinyatakan dalam uang menurut harga pasar yang berlaku. Biaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya tetap dan biaya variabel. 7. Bahan baku adalah bahan dasar yang harus tersedia dengan cukup untuk


(52)

8. Tenaga kerja adalah manusia yang melaksanakan pekerjaan baik sebagai karyawan, usahawan, pegawai, petani, pedagang dan lain- lain.

9. Gaji/Upah adalah balas karya untuk faktor produksi tenaga kerja manusia per kurun waktu tertentu misalnya 1 bulan dan dalam bentuk satuan rupiah.

10. Laba adalah balas jasa untuk suatu jenis sumber daya manusia yang sangat tertentu, yaitu kegiatan pengusaha yang mengorganisir produksi, mengkombinasikan faktor-faktor produksi dan menanggung resikonnya dalam bentuk rupiah.

11. Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba/keuntungan atau menunjukkan perbandingan laba dengan aktiva (modal) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba dalam periode tertentu.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan di dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Data Primer

Data primer di peroleh melalui kuesioner/wawancara 2. Data Sekunder

Data sekunder di peroleh melalui pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini berupa catatan, majalah, jurnal, surat kabar, internet dan sebagainya.


(53)

G. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh lalu diukur dengan mengunakan teknik sebagai berikut: 1. Permodalan

Tabel III. 2. Sumber Modal Responden

Responden Sumber

Modal

Responden Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Modal Sendiri Modal Sendiri + Modal Luar

Keterangan:

Su = Suharti Kc = Kentuku Fried Chicken Yc = Yogya Chicken Jf = Jakarta-Jakarta Fried Chicken Mb = Mbok Berek Pl = House Pollo Loco

Modal ditinjau dari segi kepemilikannya maka dapat dikelompokkan menjadi modal sendiri dan modal asing. Sumber dana/modal asing adalah sumber dana yang mana pemilik dari sumber dana tersebut adalah merupakan pihak luar dari perusahaan itu. Sumber dana asing ini pada konkritnya adalah berupa utang kepada pihak luar, baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang. Contoh dari modal asing ini seperti utang dagang, utang obligasi, kredit dari bank dan lainnya.


(54)

Sumber dana sendiri yaitu sumber dana di mana pemilik dana itu adala h merupakan pemilik perusahaan itu sendiri. Contoh sumber dana sendiri ini seperti modal sendiri, laba yang ditahan, dan lainnya.

Tabel III. 3. Tingkat Rentabilitas Usaha

Responden Kategori

Tingkat Rentabilitas

Su Yc Mb Kc Jf Pl %

Sehat Sekali 〉 12% Sehat 8 - 12% Kurang Sehat 5 - 8%

Tidah Sehat < 5 %

Sumber: SK Menteri Keuangan RI No. 740/1989

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Adapun ukuran kesehatan finansial yang ditentukan pemerintah adalah SK Menteri Keuangan RI No. 740/1989 yang isinya terlihat di tabel diatas (tabel III.3). Rentabilitas dapat di cari berdasarkan perhitungan laba di bagi penjualan kali seratus persen. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Laba

Rentabilitas= --- x 100% Penjualan

Keterangan:

L= Jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode M= Jumlah penjualan dalam suatu periode tertentu


(55)

2. Bahan Baku

Tabel III. 4. Kesulitan Perolehan Bahan Baku

Responden Kesulitan

Perolehan

Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl %

Tak Pernah Kadang-kadang Seringkali

Bahan baku harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menopang tercapainya tujuan bagian produksi yaitu tepat jumlah, tepat mutu, tepat waktu dan tepat ongkos atau harganya. Bahan dasar/bahan baku harus tersedia dengan cukup untuk menjamin kelancaran proses produksi.

Tabel III. 5. Perolehan Pasokan Bahan Baku

Responden Perolehan

Pasokan Bahan

Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Diantar Pemasok Membeli di Pasar/Pemasok

Agar tersedia, maka bahan baku tersebut harus dibeli. Pembelian bahan baku bisa dilakukan melalui pemasok dengan cara diantar oleh pemasok langsung ke tempat usaha/bisnis. Selain diantar langsung oleh pemasok, pasokan bahan baku dapat diperoleh dengan cara membeli langsung ke pasar pemasok tersebut. Hal tersebut diserahkan langsung kepada pemilik usaha berdasarkan atas pertimbangannya sendiri.


(56)

Masing-masing dari kedua pilihan tersebut memiliki keuntungan/kelebihan serta kekuranga n masing- masing.

Tabel III. 6. Penentuan Harga Bahan Baku

Responden Dominasi

Penentuan Harga

Bahan Baku Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Pihak Pembeli Pihak Penjual Tawar Menawar

Pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli. Di dalam pasar tersebut terjadi interaksi antara penjual dan pembeli. Salah satu interaksi antara penjual dan pembeli tersebut adalah proses tawar menawar untuk mencapai sebuah kesepakatan dalam penentuan sebuah harga dari suatu produk. Dalam sebuah kesepakatan tersebut biasanya ada pihak yang lebih dominan dalam sebuah penentuan tersebut. Dominasi tersebut bisa saja dilakukan oleh pihak pembeli maupun pihak penjual.

Tabel III. 7. Upaya Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku

Responden Upaya

Mengatasi Kenaikan Harga Bahan Baku

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Mengganti Bahan Baku Mengurangi Porsi Bahan Baku Menaikkan Harga Jual Lainnya


(57)

Sifat dari harga adalah tidak stabil. Harga akan mengalami suatu fluktuasi berupa turun maupun naik. Bagi seorang pengusaha penurunan harga bukanlah menjadi masalah karena hal ini akan meringankan biaya dan dapat meningkatkan keuntungan. Tetapi sebaliknya naiknya harga akan menimbulkan masalah bagi seorang pengusaha, karena naiknya harga-harga akan menjadi sebuah bencana bagi usahanya yaitu berupa penurunan omzet penjualan, keuntungan, atau bahkan kebankrutan bagi usahanya. Untuk tetap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya seorang pengusaha harus mampu mencari alternatif guna keberlangsungan usahanya.

3. Tenaga Kerja

Tabel III. 8. Komposisi Tenaga Kerja

Responden Komposisi

Tenaga Kerja yang Di Gunakan

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Anggota Kelua rga Famili

Bukan Anggota Keluarga Bukan Anggota Keluarga +

Anggota Keluarga

Salah satu faktor produksi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja (Man)

merupakan faktor utama dalam proses produksi, sedangkan lainnya seperti uang merupakan penunjang. Di dalam menjalankan proses produksinya suatu usaha memerlukan sumber daya yang disebut tenaga kerja. Untuk memenuhi kebutuhannya akan tenaga kerja suatu usaha perlu melakukan


(58)

rekruitmen akan tenaga kerja tersebut. Proses rekruitmen tersebut bisa dilakukan melalui mekanisme internal maupun eksternal perusahaan. Proses rekruitmen secara internal bisa mencari dari anggota keluarga sendiri, sanak saudar/famili. Sedangkan rekruitmen secara eksternal bisa berasal dari non anggota keluarga.

Tabel III. 9. Jumlah Tenaga Kerja

Responden Jumalah Tenaga

Kerja yang di Gunakan Dalam Usaha

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

5 – 19 20 - 99 100 - 150

Sumber: Badan Pusat Statistik dan Bank Dunia (Usaha Mikro, kecil dan Menengah)

Salah satu alat untuk mengukur besarnya suatu usaha adalah dengan cara melihat berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan. Semakin banyak karyawan suatu usaha maka usaha tersebut bisa dikatakan usaha yang bonafide.

Tabel III. 10. Tingkat PHK

Responden Ada Tidaknya

PHK

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Ada Tidak Ada

Tidak semua usaha mampu bertahan dalam mempertahankan usahanya. Meskipun ada yang mampu bertahan, usaha tersebut harus melakukan usaha-usaha untuk tetap mempertahankan usahanya. Salah satu


(59)

usaha tersebut antara lain dengan cara melakukan pengurangan jumlah tenaga kerja/pemberhentian hak kerja (PHK).

Tabel III. 11. Usulan Kenaikan Upah

Responden Usulan Kenaikan

Upah dari Tenaga

Kerja Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Tidak Pernah Pernah

Seiring dengan majunya suatu usaha, biasanya diikuti dengan usulan kenaikan tingkat upah. Usulan kenaikan tingkat upah itu bisa berasal dari karyawan itu sendiri maupun dari pimpinan pemimpin usaha itu sendiri.

Tabel III. 12. Pergantian Tenaga Kerja

Responden Pergantian

Tenaga Kerja

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Tidak Pernah Pernah

Pergantian tenaga kerja merupakan sesuatu yang biasa bagi sutu usaha. Pergantian tersebut bisa dikarenakan usia dari kayawan yang sudah lanjut sehingga harus pensiun. Selain lanjut usia pergantian tenaga kerja juga bisa dikarenakan adanya turn over dari karyawan itu sendiri.


(60)

4. Pemasaran

Tabel III. 13. Trend Penjualan /Omzet

Responden

Trend Penjualan

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Cenderung Naik Cenderung Turun Cenderung Stabil

Dengan memanfaatkan strategi pemasaran, parusahaan atau unit bisnis dapat menangkap pangsa pasar yang ada untuk memperbaiki kejenuhan pasar dari produk yang ada dan penetrasi pasar atau mengembangkan pasar baru bagi produk yang ada. Dengan menangkap pangsa pasar dan mengembangkan pasar baru maka perusahaan dapat memperbaiki trend penjualan.

Tabel III. 14. Strategi Usaha Penjualan

Responden Strategi Usaha

Penjualan yang

Akan Dilakukan Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Penetrasi Pasar Pengembangan Produk

Pengembangan Pasar

Diversifikasi Pasar Menaikkan Harga Produk

Untuk dapat menjaga kelangsungan hidup usahanya, sebuah perusahaan/bisnis perlu melakukan strategi-strategi dalam usahanya. Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah strategi usaha penjualan. Strategi


(61)

usaha penjualan dapat dilakukan dengan cara penetrasi pasar, pengembangan produk/diverensiasi produk, pengembangan pasar, dan diversifikasi pasar serta menaikkan harga dari sebuah produk untuk tetap mempertahankan kelangsungan usaha.


(62)

H. Kerangka Pemikiran

Bisnis restoran/makanan dipercaya merupakan salah satu dari sekian banak bisnis yang tidak terlalu terkena imbas krisis. Sebabnya semua orang butuh makanan, sehingga dengan sendirinya pasti dicari orang. Bahkan hingga kini pertumbuhan restoran jumlahnya sudah terlalu banyak.

Berdasarkan data Dinas Pariwisata Seni dan Budaya kota Yogyakarta jumlah restoran di kota Yogyakarta ada 35 buah baik yang berupa waralaba maupun mandiri. Dalam hal ini restoran waralaba ayam goreng asing mendominasi. Ada beberapa faktor yang mendasari restoran waralaba ayam goreng asing ini mendominasi. Pertama, rasa (taste) dari makanan yang dihidangkan. Kedua, strategi yang fokus. Ketiga, komitmen yang penuh.

Dari segi rasa tidak diragukan lagi bahwa restoran ayam goreng asing baik yang waralaba maupun yang non waralaba/mandiri mempunyai kualitas rasa yang sama. Rasa dari menu hidangan restoran asing, khususnya restoran ayam goreng mempunyai rasa yang sama seperti di negara asalnya.

Begitu juga dengan strategi dan fokus, strategi dari restoran ayam goreng asing baik waralaba maupun non waralaba/mandiri adalah menyediakan makanan yang cepat saji (fast food), dengan harga yang relatif terjangkau masyarakat. Restoran-restoran waralaba ayam goreng asing ini biasanya memfokuskan diri kepada segmen pasar menengah,


(63)

dimana masyarakat golongan menengah ke bawah dan mengah ke atas menjadi sasarannya.

Dalam hal komitmen, restoran-restoran ayam goreng asing mempunyai komitmen penuh untuk tetap menjaga kualitas baik rasa maupun pelayanan terhadap konsumen. Tentunya tidak hanya 3 faktor tersebut yang membuat restoran ayam goreng asing baik yang waralaba maupun non waralaba/mandiri dapat lebih maju. Faktor lainnya adalah bahwa usaha restoran ayam goreng asing tersebut didukung oleh keuangan usaha yang memadai, kontinyuitas ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang profesional serta manajemen yang baik.

Lalu baga imana dengan restoran ayam goreng lokal? Apakah mereka juga memperhatikan faktor rasa (taste), strategi fokus, dan komitmen penuh tersebut?. Selain itu apakah mereka juga didukung keuangan usaha yang memadai, kontinyuitas ketersediaan bahan baku, tenaga kerja yang profesional serta manajemen yang baik?


(64)

BAB IV

GAMBARAN UMUM USAHA

A. Pendirian Perusahaan

Sebagian besar usaha restoran ayam goreng didirikan pada tahun 2000-an. Usaha-usaha yang didirikan pada tahun 2000-an tersebut adalah restoran ayam goreng Mbok Berek tanggal 27 April 2004, Kentuku Fried Chicken tanggal 10 Februari 2000, Jakarta-Jakarta Fried Chicken tanggal 7 September 2000 dan Pollo Loco tanggal 15 April 2006. Sedangkan restoran ayam goreng Suharti didirikan pada tanggal 18 Juli 1972 serta restoran ayam goreng Yogya Chicken tahun 2007.

B. Letak Perusahaan

Letak masing- masing usaha restoran ayam goreng ini tersebar di beberapa lokasi tetapi semuanya masih terletak di pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Restoran ayam goreng Suharti terletak di Jl. Laksdya Adisucipto no, 208 dengan luas secara keseluruhan ± 4.900 m2 . Yogya Chicken Jl. Gejayan, Gg. Pelem Kecut no. 36 B dengan luas ± 1000 m2. Mbok Berek Jl. Kaliurang km. 16 dengan luas ± 1000 m2. Kentuku Fried Chicken, Jl. Selokan Mataram, Gg. Menur dengan ±300 m2. Jakarta-Jakarta Fried Chicken, Jl. Tambora no. 80A dengan rata-rata luas tanah yang digunakan seluas 7 x 8 m2 , serta Pollo Loco, Perumnas Condong Sari C1, CC, dengan luas secara keseluruhan seluas

±225 m2.


(65)

Adapun alasan-alasan pemilihan lokasi diatas adalalah karena terletak di tempat yang strategis seperti dekat dengan kampus, jalan raya, serta dekat dengan pemukiman penduduk ataupun memanfaatkan lokasi yang kosong seperti restoran ayam goreng Mbok Berek.

C. Bentuk Perusahaan

Hampir semua usaha restoran ayam goreng ini berbentuk usaha perorangan karena didirikan oleh orang perorangan. Dari 6 usaha restoran ayam goreng ini, 3 usaha berbentuk firma (fa) yaitu Mbok Berek dengan pimpinan Sunaryo Hadiwandono, Kentuku Fried Chicken dengan pimpinan Rosyid, dan Suharti dengan pimpinan Ibu Suharti. Satu berbentuk PT yaitu Jakarta-Jakarta Fried Chicken dengan pimpinan M. Bintoro, satu lagi berbentuk CV yaitu Yogya Chicken dengan pimpinan Totok Diarto, lainnya berbentuk usaha perorangan yaitu Pollo Loco dengan pimpinan Teguh Prasetyo dan Mr. Hemmo.

Adapun bagian-bagian yang ada di usaha restoran ayam goreng ini terdiri dari beberapa bagian serta tidak lebih dari 3 kepala bagian. Restoran ayam goreng Suharti mempunyai tiga bagian yang dikepalai oleh dua orang supervisor yaitu supervisor I dan supervisor II serta bagian administrasi/keuangan. Restoran ayam goreng Yogya Chicken mempunyai dua bagian yaitu bagian administrasi/keuangan dan supervisor untuk bagian cabang. Restoran ayam goreng Mbok Berek mempunyai tiga bagian yaitu bagian pemasaran, keuangan dan operasi. Restoran ayam goreng Kentuku Fried Chicken mempunyai dua bagian yaitu bagian koordinator gudang dan


(66)

koordinator outlet. Restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken mempunyai dua bagian yaitu bagian lapangan dan administrasi. Restoran ayam goreng Pollo Loco mempunyai dua bagian yaitu bagian supervisor depan dan supervisor belakang.

D. Bagian Produksi

Semua restoran ayam goreng ini berbahan baku utama ayam, hanya saja

ada yang berbahan baku ayam potong dan ayam kampung (lokal). 4 restoran ayam goreng ini berbahan baku ayam potong dan dua berbahan

baku utama ayam kampung. Adapun produk makanan yang dihasilkan oleh 6 restoran ayam goreng ini adalah ayam goreng. 4 dari 6 restoran ayam goreng ini mempunyai keunggulan yang sama yaitu mengunggulkan ayam goreng

crispy, dan 2 restoran goreng yaitu Mbok Berek Suharti mengunggulkan ayam goreng kampungnya.

Saat ini, jumlah makanan yang dihasilkan oleh restoran-restoran ayam goreng ini lebih dari satu jenis makanan. Restoran ayam goreng Yogya Chicken, Jakarta-Jakarta Fried Chicken, Kentuku Fried Chicken, Pollo Loco Fried Chicken menghasilkan ayam goreng crispy, Burger, dan juga soup. Restoran ayam goreng Suharti dan Mbok Berek selain menghasilkan ayam goreng kampung, juga menghasilkan ikan goreng, bakar, dan juga sambal dan lalapan yang menjadi ciri khas mereka masing- masing.

Dalam memproduksi makanannya, usaha restoran-restoran ayam goreng ini tidak ada mengimpor bahan baku dari luar secara langsung. Di dalam proses produksi restoran-restoran ayam goreng ini tidak terlalu banyak


(67)

menggunakan mesin- mesin. 4 usaha restoran ayam goreng ini yaitu, Yogya Chicken, Kentuku Fried Chicken, Pollo Loco Fried Chicken, Jakarta-Jakarta Fried Chicken hanya menggunakan mesin pemanas (warm) dalam proses produksinya. Restoran ayam goreng Suharti menggunakan mesin yaitu mesin perontok bulu serta restoran ayam goreng Mbok Berek tidak menggunakan mesin dalam proses produksinya.

E. Akuntansi

Sebagian besar usaha ini tidak membuat sistem pembukuan yang baik dalam menjalankan usahanya. Mereka hanya membuat seadanya saja. Hanya restoran ayam goreng Suharti dan Jakarta-jakarta fried chicken saja yang membuat sistem pembukuan yang memadai.

F. Personalia

Rata-rata karyawan dari usaha restoran ayam goreng ini berjumlah diatas 5 orang. Restoran ayam goreng Suharti berjumlah 84 orang, Yogya Chicken 50 orang, Mbok Berek 33 orang, Kentuku Fried Chicken 16 orang, dan Jakarta-Jakarta Fried Chicken 32 orang serta Pollo Loco berjumlah delapan orang.

Adapun status dari masing- masing karyawan ini adalah merupakan karyawan tetap dan karyawan kontrak. Restoran ayam goreng Suharti dan Kentuku Fried Chicken karyawannya mempunyai status karyawan tetap dan karyawan kontrak. Restoran ayam goreng Yogya Chicken, Mbok Berek, karyawannya berstatus tetap dan restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken serta Pollo Loco Fried Chicken berstatus kontrak.


(68)

Pengaturan jam kerja dari karyawan ini rata-rata di bagi atas 2 shift. Hanya restoran ayam goreng Jakarta-Jakarta Fried Chicken yang mempunyai 3 shift jam kerja. Balas jasa utama yang diberikan kepada para karyawan oleh restoran-restoran ayam goreng ini berupa gaji yang diberikan setiap 2 minggu sekali sampai 1 bulan sekali. Balas jasa lainnya yang diberikan dapat berupa

fee, bonus penjualan, uang lembur.

Dalam memperoleh karyawan, usaha restoran-restoran ayam goreng ini secara umum menggunakan dua cara yaitu rekruitmen secara internal dan rekruitmen secara eksternal. Rekruitmen secara internal di lakukan misalnya melalui keluarga-keluarga dari para karyawan atau tetangga yang ada. Rekruitmen secara eksternal dilakukan melalui pengumuman di media massa baik cetak maupun elektronik seperti surat kabar terbitan lokal. Berikut ini adalah tabel ringkasan usaha restoran-restoran ayam goreng secara umum.


(69)

Tabel IV.1. Ringkasan usaha secara umum

Responden Gam-

baran Umum

Su Yc Mb Kc Jf Pl

Tahun berdiri

18-7-1972 1997 27 -4- 2004 10-2-2000 7-9-2002 15-4-2006

Lokasi dan letak usaha Jl. Laksdya Adisucipto no. 208 Jl. Gejayan, Gg. Pelem Kecut no. 36 B Jl. Kaliurang km.16, Kledan, Sleman, DIY Jl. Selokan Mataram, Gg. Menur Jl. Tambora no. 80A Perumnas Condong Sari C1, CC, Sleman

Bentuk usaha

Firma CV Firma Firma PT

Perse-orangan

Pemi-lik

Ibu Suharti Bp. Totok Diarto Bp.Sunaryo Hadiwandono Bp. Rosyid Rustanto Bp. M. Bintoro Bp. Teguh Prasetyo& Mr. Hemmo

Visi Menjadi restoran terbaik di DIY Membuka Lapangan pekerjaan Baru Tradisi yang tertuang dalam citra masakan Rasa nikmat harga merakyat Murah, Meriah, dan Mengun-tungkan Dalam menjalankan usaha dilakukan secara sederhana

Misi Memberikan pelayanan yang memuaskan - - - - - Jumlah Tenaga kerja

84 50 33 16 32 8

Modal awal


(70)

BAB V

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Permodalan

Berdasarkan hasil penelitian dengan cara wawancara di lapangan, maka berikut ini disajikan tabel hasil perolehan penelitian tentang sumber modal responden.

Tabel V. 1. Sumber Modal Responden

Responden Sumber Modal

Responden

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Modal Sendiri √ √ √ √ √ 83.3%

Modal Sendiri +

Modal Luar √ 16.7%

Sumber: Hasil wawancara, 2008 Keterangan:

Su = Suharti Kc = Kentuku Fried Chicken Yc = Yogya Chicken Jf = Jakarta-Jakarta Fried Chicken Mb = Mbok Berek Pl = House Pollo Loco

Mencermati hasil temuan lapangan tentang dari mana sumber modal diperoleh, sebesar 83.3 persen responden menggunakan modal sendiri untuk mendirikan dan mengembangkan usahanya, dan hanya 16.7 persen responden menggunakan modal sendiri dan modal dari luar. Meskipun menggunakan modal dari luar dalam mendirikan dan menjalankan usahanya namun tidak ada


(71)

perjanjian antara kedua belah pihak untuk membayar atau mengembalikan modal tersebut (lihat tabel V.1). Jadi dapat disimpulkan bahwa dari sisi sumber modal responden, angka modal sendiri sebesar 83.3 persen ini menunjukkan bahwa adanya kemandirian para pengusaha rumah makan atau restoran ini. Penggunaan modal sendiri ini akan membuat para pengusaha restoran/rumah makan tidak akan terbebani oleh adanya kewajiban-kewajiban seperti membayar bunga atas pinjaman dengan demikian mereka dapat dikatakan mempunyai daya tahan dalam usahanya.

Tabel V. 2. Tingkat Rentabilitas Usaha

Responden Kategori

Tingkat Rentabilitas

Su Yc Mb Kc Jf Pl

%

Sehat Sekali 〉 12% √ √ √ √ √ √ 100%

Sehat 8 - 12% Kurang Sehat 5 - 8%

Tidah Sehat < 5 %

Sumber: Hasil observasi, 2008.

Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Rentabilitas dapat dicari berdasarkan perhitungan laba di bagi penjualan dikalikan seratus persen. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Laba

Rentabilitas= --- x 100% Penjualan

Keterangan:

L = Jumlah laba yang diperoleh dalam suatu periode M = Jumlah penjualan dalam suatu periode tertentu


(72)

Berikut ini adalah tabel rekapitulasi tentang hasil tingkat rentabilitas masing- masing dari restoran-restoran ayam goreng yang ada di Kabupaten Sleman.

Tabel V. 3. Rekapitulasi Rentabilitas Usaha

Responden Tingkat Rentabilitas (%)

Suharti 55.10%

Yogya Chicken 30.14%

Mbok Berek 39.45%

Kentuku Fried Chicken 33.51%

Jakarta-Jakarta Fried Chicken 38.92%

Pollo Loco Fried Chicken 28.11%

Sumber: Hasil observasi, 2008

Berdasarkan perhitungan (data terlampir) di peroleh temuan bahwa semua usaha responden masih mampu menghasilkan keuntungan. Berdasarkan tabel perhitungan diatas (tabel V.2), sebanyak 100 persen responden masih mamp u menghasilkan keuntungan yaitu Suharti 55.10% persen, Yogya Chicken 30.14 persen, Mbok Berek 39,45 persen, Kentuku Fried Chicken 33.51 persen, Jakarta-Jakarta Fried Chicken 38.92 persen dan Pollo Loco Fried Chicken 28.11 persen (lihat tabel V.3). Apabila tingkat rentabilitas masing- masing usaha tersebut dibandingkan dengan tingkat suku bunga tabungan, maka dapat terlihat dengan jelas bahwa tingkat rentabilitas usaha tersebut diatas tingkat bunga. Tingkat rentabilitas usaha ayam goreng diatas berada diatas 20 persen per bulannya, sedangkan tingkat suku bunga jauh berada di bawah 20 persen per tahunnya. Tingginya tingkat rentabilitas ini menandakan bahwa mereka masih mampu menghasilkan keuntungan yang besar pula. Besarnya tingkat rentabilitas ini menandakan bahwa mereka masih untung apabila mengelola sendiri usahanya dibandingkan harus menjual tempat usahanya dan


(1)

6. Laba rugi hanya (L/R) hanya di perhitungkan dari penjualan ayam saja, tidak termasuk pendapatan dari penjualan lainnya seperti nasi, minuman, kentang, sop, dan lain- lain.

7. Perhitungan di dasarkan atas 2 outlet. 8. Rentabilitas usaha:

Laba

Rentabilitas = --- x 100% Penjualan

Rp 5.061.000

Rentabilitas = --- x 100% Rp 18.000.000

Rentabilitas = 28.11%


(2)

Trend penjuala n per semester :

1. Restoran Ayam Goreng Yogya Chicken:

(April 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 April Rp 236.400.000

2 Mei Rp 246.000.000

3 Juni Rp 247.200.000

4 Juli Rp 252.000.000

5 Agustus Rp 288.000.000

6 September Rp 324.000.000

Total Rp 1.593.600.000

Sumber: Restoran Ayam goreng Yogya Chicken

(Oktober 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 Oktober Rp 216.000.000

2 November Rp 228.000.000

3 Desember Rp 240.000.000

4 Januari Rp 180.000.000

5 Februari Rp 204.000.000

6 Maret Rp 228.000.000

Total Rp 1.296.000.000


(3)

2. Restoran Ayam Goreng Pollo Loco

(April 2007 sampai September 2007)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 April Rp 11.350.000

2 Mei Rp 12.960.700

3 Juni Rp 10.350.400

4 Juli Rp 12.323.450

5 Agustus Rp 17.976.600

6 September Rp 12.783.900

Total Rp 76.745.050

Sumber: Restoran Pollo Loco Fried Chicken

(Oktober 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 Oktober Rp 12.346.500

2 November Rp 11.547.000

3 Desember Rp 9.373.000

4 Januari Rp 11.436.660

5 Februari Rp 9.464.900

6 Maret Rp 9.200.000

Total Rp 63.368.060


(4)

3. Restoran ayam goreng Mbok Berek

(April 2007 sampai September 2007)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 April Rp 38.370.000

2 Mei Rp 58.380.000

3 Juni Rp 45.390.000

4 Juli Rp 58.447.000

5 Agustus Rp 87.348.000

6 September Rp 55.744.000

Total Rp 343.679.000

Sumber: Restoran ayam goreng Mbok Berek

(Oktober 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 Oktober Rp 57.773.000

2 November Rp 44.980.000

3 Desember Rp 48.997.000

4 Januari Rp 51.191.000

5 Februari Rp 41.380.000

6 Maret Rp 38.730.000

Total Rp 282.691.000


(5)

4. Kentuku Fried Chicken.

(April 2007 sampai September 2007)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 April Rp 8.120.000

2 Mei Rp 6.987.000

3 Juni Rp 5.077.650

4 Juli Rp 8.120.810

5 Agustus Rp 7.878.950

6 September Rp 6.890.000

Total Rp 43.074.410

Sumber: Restoran Kentuku Fried Chicken

(Oktober 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 Oktober Rp 7.277.078

2 November Rp 10.113.158

3 Desember Rp 6.999.460

4 Januari Rp 6.840.050

5 Februari Rp 7.203.560

6 Maret Rp 9.456.800

Total Rp 47.890.106


(6)

5. Jakarta-Jakarta Fried Chicken

(April 2007 sampai September 2007)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 April Rp 105.000.000

2 Mei Rp 107.000.000

3 Juni Rp 99.900.000

4 Juli Rp 103.500.000

5 Agustus Rp 100.000.000

6 September Rp 109.000.000

Total Rp 624.400.000

Sumber: Laporan omzet penjualan Jakarta-Jakarta Fried Chicken.

(Oktober 2007 sampai Maret 2008)

Nomor Bulan Jumlah Penjualan

1 Oktober Rp 97.500.000

2 November Rp 100.000.000

3 Desember Rp 115.100.000

4 Januari Rp 103.500.000

5 Februari Rp 105.000.000

6 Maret Rp 38.000.000

Total Rp 559.100.000