D = selisih skor perolehan siswa dari pre-test dan post-test X2-X1 kenaikan skor
Berdasarkan data perolehan skor yang disajikan dalam tabel 8. dan tabel 9. dapat dilihat pula dari tabel 10. tentang selisih perolehan skor pre-test
dan post-test bahwa ada siswa yang mengalami banyak peningkatan namun ada pula yang hanya mengalami sedikit peningkatan. Peningkatan skor
tertinggi adalah 14 dan peningkatan skor terendah adalah 2.
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil dari analisis data. Hasil tersebut diperoleh dari peningkatan skor dan nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa
setelah melakukan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing. Cara menghitung efektif atau tidaknya penggunaan metode inkuiri terbimbing
dalam pembelajaran IPA dalam penelitian ini adalah dengan mencari atau menghitung rata-rata skor atau rata-rata nilai pre-tes dan juga post-tes lalu
hasilnya dibandingkan. Perbedaan skor atau nilai tersebut diuji signifikansinya.
a. Menghitung mean pre-tes
=
N x
x
i
∑
=
1
5,85
b. Menghitung mean post-tes
N x
x
i
∑
=
2
,
c. Menghitung perbedaan skor pre-tes dan post-tes
Perbedaan skor perolehan hasil belajar siswa yang diharapkan adalah
1 2
x x
H
o
:
1 2
x x
≤
H
1
:
1 2
x x
Perolehan hasil belajar siswa diuji dengan test satu sisi, pada taraf signifikansi 5, dengan menggunakan rumus t satu kelompok kelompok
dependen
1
2 2
1 2
− −
− =
∑ ∑
N N
N D
D x
x t
obs
D = x
2
– x
1
, derajad kebebasan dB = N – 1
t
obs
≤
t
krit
, H
o
diterima.
t
obs
t
krit
, H
o
ditolak.
1
2 2
1 2
− −
− =
∑ ∑
N N
N D
D x
x t
obs
1 13
13 13
84 690
85 ,
15 31
, 22
2
− −
− =
obs
t
12 13
13 7056
690 46
, 6
− =
obs
t
156 77
, 542
690 46
, 6
− =
obs
t
156 23
, 147
46 ,
6 =
obs
t
94 ,
46 ,
6 =
obs
t
97 ,
46 ,
6 =
obs
t 66
, 6
=
obs
t dB = N – 1
= 13 – 1 = 12
t
krit
atau harga kritis pada taraf signifikansi 5 pada derajad kebebasan 12 adalah 2,179.
D. Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari analisis data di atas, diperoleh data-data sebagai berikut. Mean atau rata-rata skor pre test
1
x adalah 15,85 ; mean skor post test
2
x adalah 22,31; t
obs
sebesar 6,66 dan derajad kebebasannya adalah 12 dari N-1, di mana N=jumlah seluruh siswa yang
melakukan test, yaitu 13. Untuk uji signifikansinya peneliti mengambil taraf 5. Harga kritis pada taraf signifikansi 5 dengan derajat
kebebasan dB 12 adalah 2,179. Penelitian ini dikatakan efektif apabila terjadi peningkatan
pencapaian hasil belajar yang signifikan setelah dilakukan uji signifikasi. Dari data dan analisisnya, diperoleh hasil t
obs
t
krit =
6,66 2,179. Pencapaian hasil belajar siswa berada di atas harga kritis, jadi jelas bahwa
ada peningkatan.
2. Peningkatan Hasil
Data awal yang diperoleh peneliti adalah data skor setelah dilakukan Pre-test. Dari nilai siswa yang peneliti olah dari data skor
tersebut, peneliti mengetahui jumlah siswa yang memenuhi dan yang tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah
ditetapkan. Dari 13 siswa, hanya ada 2 siswa yang memenuhi KKM, dan 11 siswa belum memenuhi KKM. Jika diubah dalam bentuk persentase,
sebanyak 15,38 dinyatakan layak lulus dan 84,62 dinyatakan tidak layak lulus.
Data ke dua adalah data skor dari post-test. Dari nilai siswa, ada 7 siswa yang memenuhi KKM, dan 6 siswa tidak memenuhi KKM. Jika
dipersentasekan, sebanyak 53,85 dinyatakan layak lulus dan 46,15 dinytakan tidak layak lulus.
Dari pre-test dan post-test yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa peningkatan yang terjadi masih sedikit. Besar kecilnya peningkatan
pencapaian hasil belajar siswa lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel 8. , tabel 9. , dan tabel 10. di atas.
3. Pelaksanaan
a. Kualitas Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian ini peneliti rasakan masih belum optimal. Karena terganggu oleh jadwal ujian praktek kelas VI dan
keterbatasan jumlah guru, konsentrasi peneliti menjadi kurang terfokus dan pembelajaran belum berjalan sesuai rencana. Selain itu,
peneliti juga belum banyak berpengalaman menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran.
Pengalaman siswa sebelumnya dan kemampuan-kemampuan siswa yang diteliti juga menjadi faktor penentu keberhasilan
penerapan metode inkuiri terbimbing ini dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, terutama saat pertemuan pertama siswa masih
merasakan bingung dengan apa yang harus mereka lakukan. Namun walau begitu sudah tampak ketertarikan dan semangat siswa untuk
melakukan pembelajaran. Untuk pertemuan berikutnya, siswa tampak antusias dan
bersemangat ingin segera belajar. Terlihat dan sering terdengar dari mereka keingintahuan mereka tentang apa lgi kira-kira yang akan
mereka pelajari. Mereka tampak senang namun masih tetap membutuhkan bimbingan dari gurupeneliti.
Dari segi alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pembelajaran, peneliti sudah sangat mengusahakan. Sekolah tempat penelitian
tergolong sangat minim alat peraga. Jadi alat dan bahan yang dibutuhkan sebagian besar disiapkan oleh peneliti. Alat dan bahan
tersebut pun sudah cukup membuat siswa tertarik, karena mereka belum pernah melihatnya bahkan menggunakannya.
Penelitian tersebut sangat bermanfaat, tidak hanya bagi peneliti saja namun bagi guru lain di sekolah tersebut. Guru menjadi tertarik
dengan metode yang dipergunakan dan termotivasi untuk menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan.
b. Nilai Positif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri
Terbimbing
Dari penelitian yang sudah dilaksanakan, peneliti menemukan beberapa hal positif dari pembelajaran dengan metode inkuiri
terbimbing. Dari siswa, banyak hal mengejutkan yang peneliti rasakan.
Dalam hal sikap, siswa menjadi semakin dapat memupuk kerjasama dengan teman. Dalam pembagian kelompok, peneliti membagi secara
heterogen, tiap kelompok terdapat siswa yang tergolong pintar dan kurang pintar, dengan harapan agar siswa yang pintar dapat
membimbing dam membantu balajar siswa yang kurang pintar. Selanjutnya, di samping memupuk kerja sama pembelajaran ini
menumbuhkan keberanian siswa untuk mengungkapkan pertanyaan dan pendapat mereka.
Dalam situasi dan proses pembelajaran juga tampak banyak perbedaan dari pembelajaran biasanya. Siswa tampak lebih ceria,
senang, bersemangat dan rasa ingin tahunya tumbuh. Berbeda dari pembelajaran biasanya yang lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan tanya jawab, siswa belajar dengan metode tersebut tampak bosan dan tidak berminat untuk belajar, dengan kata lain,
siswa malas-malasan. Mereka sering terlihat mengantuk dan tidak bersemangat. Tidak ada antusias untuk melakukan sesuatu, tidak
banyak pertanyaan yang mereka ungkapkan, tidak banyak pula
tanggapan untuk menjawab pertanyaan dari guru. Siswa cenderung pasif sebagai penerima atau wadah saja, sedangkan guru cenderung
aktif dan sebagai pentransfer konsep. Dari peneliti sendiri, hal positif yang dapat dirasakan adalah
peneliti menjadi senang dan termotivasi untuk mencobakan metode- metode belajar baru yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan materi
yang akan dipelajari. Peneliti ingin membuat siswa senang belajar. Dari guru-guru tempat penelitian, guru-guru merasa tertarik
dengan metode pembelajaran yang peniliti cobakan. Mereka ingin menciptakan situasi pembelajaran siswa aktif.
c. Nilai Negatif dari Pembelajaran dengan Metode Inkuiri
Terbimbing
Nilai negatif dari pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing tidak banyak dirasakan dan ditemukan oleh peneliti.
Pembelajaran tersebut memang berhasil memupuk kerjasama dalam kelompok namun justru menciptakan persaingan antar kelompok.
Yang peneliti inginkan sebenarnya terjadi komunikasi antar kelompok. Pada saat pengambilan alat dan bahan untuk percobaan
juga terjadi hal-hal yang kurang baik, ada beberapa siswa yang berebut dan berujung kekesalan dan permusuhan.
4. Keterbatasan Penelitian
Yang menjadikan penelitian tersebut terbatas adalah dalam hal peralatan, waktu, kemampuan peneliti dan kemampuan siswa yang
diteliti. Dalam hal peralatan, peneliti menemukan kesulitan untuk
pengadaannya karena sekolah tempat penelitian tidak memiliki alat-alat yang dibutuhkan.
Untuk waktu pelaksanaan, penelitian banyak terganggu karena rencana waktu pelaksanaan mendekati tes kendali mutu tengah semester.
Akhirnya penelitian menjadi tertunda. Selain itu juga ada beban lain yaitu berhubungan dengan kewajiban ujian praktek dan uji coba untuk siswa
kelas VI dengan jumlah guru yang kurang. Padahal waktu pengambilan data untuk penelitian tersebut telah ditentukan oleh pihak yang
berwenang. Peneliti merasa kesulitan mengatur waktu dan menjaga kesehatan tubuh. Sehingga pada saat pertemuan ke dua peneliti
melakukan penelitian dengan kondisi tidak sehat. Kemampuan peneliti tentang metode yang diteliti juga masih
kurang mendalam dan tentunya menjadi faktor yang membuat penelitian terlaksana kurang baik. Hal itu berpengaruh dalam pengolahan proses
pembelajaran. Faktor lain yang membatasi penelitian ini adalah kemampuan siswa
dan pengalaman sebelumnya. Siswa belum berpengalaman menggunakan atau mengoperasikan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dan
belum terbiasa belajar dengan metode yang menuntut mereka untuk menemukan pengetahuannya sendiri.
62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 13 siswa Kelas IV SD Kanisius Prontakan tahun ajaran 20092010 dan dari hasil
pengolahan data, dapat dilihat bahwa setelah melakukan kegiatan belajar IPA pada materi perpindahan dan penghantar panas dengan metode Inkuiri
Terbimbing terjadi peningkatan dalam hal perolehan hasil belajar. Skor rata- rata pada saat pre test adalah 15,85 dan jika dinyatakan dalam bentuk nilai
yang sudah diolah, persentase siswa yang dinyatakan memenuhi KKM adalah 15,38. Sedangkan skor rata-rata post test adalah 22,31, persentase siswa
yang dinyatakan memenuhi KKM 53,84 . Dari mean skor pre test dan mean skor post test dilakukan uji t dan
didapat t
obs
sebesar 6,66, sedangkan t
krit
pada taraf 5 yaitu sebesar 2,179. t
obs
t
krit =
6,66 2,179. Artinya ada perbedaan secara signifikan antara mean skor pre test dan mean skor post test.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing efektif dalam pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas
pada siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Dengan begitu metode Inkuiri Terbimbing perlu digunakan dalam pembelajaran IPA.
B. Saran