Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing.

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh: Uswatun Khasanah

NIM : 091134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh: Uswatun Khasanah

NIM : 091134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT, untuk segala karunia yang telah membuat rencana yang terbaik untuk hambaNYA

Rosul Muhammad SAW, sebagai cahaya terang dikala gelap menyapa Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga, kalian mukjizat yang dikirim Allah, kalian

yang terbaik, bahkan teramat terbaik untukku Almamaterku Universitas Sanata Dharma


(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain” (Q.S Alam Nasyrah: 6-7)

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman: 60-61)

“Saat tersesat dalam gelap dan harapan seolah tak menemukan jalannya, seketika ada setitik embun yang menjelma cahaya, cahaya yang menjadikan terbukanya


(7)

(8)

(9)

viii

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

ABSTRAK Uswatun Khasanah

091134110

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, (2) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

Subjek dari penelitian ini 18 siswa kelas IV SDN Plaosan 1 yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan hasil tes serta rubrik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk data kuantitatif dan mendeskripsikan situasi saat pembelajaran IPA berlangsung untuk memperoleh gambaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing merangsang keaktifan dan berdampak pada prestasi belajar IPA yang lebih baik bagi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Hasil tersebut terbukti dari adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada indikator 1 keaktifan yang meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 50%, indikator 2 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 27,78% menjadi 61,11%, dan indikator 3 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 55,56%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar IPA dapat dilihat dari peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dari kondisi awal sebesar 64,75% menjadi 94,44% dan rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 63,18 menjadi 82,01. Dengan demikian penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.


(10)

ix

THE RAISING OF BEING ACTIVE AND LEARN ACHIEVEMENT THE NATURAL SCIENCE FOR IV GRADE STUDENT IN PLAOSAN 1

ELEMENTARY SCHOOL USING GUIDE INQUIRY METHOD ABSTRACT

Uswatun Khasanah 091134110

This research is classroom action research, the purposes of this research were to knew: (1) using guide inquiry method in effort to raise of being active in learn natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school, (2) using guide inquiry method in effort to raise of learn achievement the natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

The subject of the research was of 18 IV grade student of Plaosan 1 elementary school and the object of the research was being active, learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school using guide inquiry method. The data collection of the research is sheet paper of observation and the result of test and column in process. The data analysis of the research used statistic descriptive method for quantitative data and describe the situation of learning natural science for qualitative data.

The result of the research showed that used guide inquiry method can motive of being active and caused for better learn achievement of science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school. The result is evidence from the raising of being active and learn achievement of natural science. The raising can see by the of raising being active percentage in indicator 1 of being active is raise from the beginning condition in 33,33% become 50%, indicator 2 of being active is raising from the beginning condition in 27,78% becompe 61,11%, and indicator 3 of being active from the beginning condition in 33,33% become 55,56%. And the raising of learn achievement can see by the raising of learn achievement percentage from student was pass of the limit pass score in the classroom from beginning condition in 64,75% become 94,44% and the average of student score is raising too from beginning condition in 63,18 become 82,01. So, the guide inquiry method can used for raise of being active and learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

Key Words: Being Active, Learn Achievement, Guide Inquiry Method, Natural Science


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan untuk kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat strata satu (S-1) pada prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.S.S., BST., M.A. selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si., M.Biotech selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, bantuan, masukan, nasehat serta arahan yang sangat berguna bagi penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata


(12)

xi

Dharma Yogyakarta yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

5. Bapak Sumarjoko, S.Ag selaku kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1 yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.

6. Bapak Juwadi, BA selaku wali kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah membantu sehingga penelitian dapat berlangsung.

7. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah membantu selama penelitian berlangsung.

8. Ibu, Bapak, dan Adik tersayang yang telah mendukung, membantu, memberi semangat serta menyertakan untaian-untaian do’a yang tidak henti-hentinya.

9. Semua sahabat-sahabat yang telah membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 6 Juni 2013


(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERTETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Peneitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Definisi Operasional ... 11

BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori ... 12


(14)

xiii

2.1.2 Prestasi Belajar ... 15

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 18

2.1.4 Inkuiri ... 20

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 32

2.2 Penelitian yang Relevan ... 33

2.3 Skema Penelitian yang Relevan ... 38

2.4 Kerangka Berpikir ... 39

2.5 Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III. METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.3 Rancangan Tindakan ... 45

3.4 Indikator dan Pengukurannya ... 49

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 51

3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.8 Taraf Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.9 Teknik Analisis Data ... 82

3.10 Jadwal Penelitian ... 85

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 87


(15)

xiv

4.1.1.1 Perencanaan ... 87

4.1.1.2 Tindakan ... 89

4.1.1.3 Observasi ... 91

4.1.1.4 Refleksi ... 93

4.1.2 Hasil Penelitian ... 98

4.1.2.1 Kualitas Proses ... 98

4.1.2.2 Kualitas Hasil ... 107

4.2 Pembahasan ... 113

BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 145

5.2 Saran ... 147

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 148


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator dan Pengukuranya ... 49

Tabel 2. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 53

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Objektif ... 54

Tabel 4. Rubrik Penilaian Kognitif ... 55

Tabel 5. Rubrik Penilaian Psikomotor ... 56

Tabel 6. Rubrik Penilaian Produk ... 57

Tabel 7. Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

Tabel 8. Kualifikasi IK ... 60

Tabel 9. Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran (IK) 30 Soal Objektif ... 61

Tabel 10. Penilaian Silabus ... 70

Tabel 11. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 72

Tabel 12. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Sebelum Divalidasi Empiris ... 75

Tabel 13. Hasil Perhitungan Validitas Menggunakan SPSS 16 ... 77

Tabel 14. Tabel Hasil Validitas Empiris ... 78

Tabel 15. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Setelah Divalidasi Empiris ... 79

Tabel 16. Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas. ... 80

Tabel 17. Reliability Statistic. ... 81

Tabel 18. Jadwal Penelitian. ... 86

Tabel 19. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 1 ... 99

Tabel 20. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertamuan 2 ... 100

Tabel 21. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 3 ... 101


(17)

xvi

Tabel 23. Rangkuman Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I (4 kali

Pertemuan) ... 103 Tabel 24. Hasil Keaktifan Siswa pada Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 105 Tabel 25. Daftar Hasil Tes Objektif Siklus I ... 108 Tabel 26. Hasil Skor Total Rubrik Penilaian Kognitif, Rubrik Penilaian

Psikomotor dan Rubrik Penilaian Produk) Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 110 Tabel 27. Hasil Keseluruhan Prestasi Siswa (Rata-rata Tes Objektif dan Rubrik)... 112 Tabel 28. Hasil Penelitian ... 116


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Putaran Spiral Siklus PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 44

Gambar 2. Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 118

Gambar 3. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 119

Gambar 4. Contoh 1 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120

Gambar 5. Contoh 2 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120

Gambar 6. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 122

Gambar 7. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123

Gambar 8. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123

Gambar 9. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125

Gambar 10. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125

Gambar 11. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126

Gambar 12.Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126

Gambar 13. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127

Gambar 14. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127

Gambar 15. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 128

Gambar 16. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 129


(19)

xviii

Gambar 18. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Longsor pada Pertemuan 2 ... 130

Gambar 19. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 20. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 21. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 22. Contoh 1 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 134

Gambar 23. Contoh 2 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 135

Gambar 24. Contoh 1 Refleksi Kelompok ... 136

Gambar 25. Contoh 2 Refleksi Kelompok ... 136

Gambar 26. Contoh 3 Refleksi Kelompok ... 137

Gambar 27. Contoh 4 Refleksi Kelompok ... 137

Gambar 28. Contoh 1 Refleksi Individu ... 139

Gambar 29. Contoh 2 Refleksi Individu ... 139

Gambar 30. Contoh 3 Refleksi Individu ... 139


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai

Penelitian ... 153

Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 155

Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Divalidasi... 198

Lampiran 4. Instrumen Pengumpulan Data ... 252

Lampiran 5. Indeks Kesukaran (IK), Validitas dan Reliabilitas ... 260


(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha secara sadar atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara (Badan Satuan Nasional Pendidikan [BSNP]: 2006). Usaha secara sadar dan terencana tersebut bertujuan agar peserta didik memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (BSNP: 2006). Oleh karena itu, proses dalam pengembangan potensi saat belajar sangat berpengaruh pada prestasi siswa. Sekolah akan membantu siswa untuk mengembangkan moral, emosi, budaya, kerjasama, dan keterampilan fisiknya yang dapat ia gunakan untuk kelangsungan hidup individu maupun di masyarakat selanjutnya (BSNP: 2007).

Dalam jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), proses pendidikan akan sangat berpengaruh pada kelanjutan berkembangnya pengetahuan siswa ke jenjang yang lebih tinggi. Sediono (dalam Gora dan Sunarto, 2010: 12) mengungkapkan bahwa PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan


(22)

Menyenangkan) dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Sekolah dapat mewujudkan proses belajar secara benar hanya jika melakukan proses Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif, dang Menyenangkan (PAKEM) (Gora dan Sunarto, 2010: 17). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa terlibat dan berproses langsung dalam pembelajaran secara aktif, efektif, efisien dan menyenangkan. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, melainkan pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya (Sugiyanto, 2010:1). Oleh karena itu guru perlu mengembangkan perencanaan untuk proses belajar yang dapat mengaktifkan siswa. Dengan siswa yang aktif dalam suatu pembelajaran maka akan berpengaruh pada pemaknaan proses pembelajaran yang diharapkan dapat berpengaruh lebih baik pada prestasi belajarnya.

Berdasarkan dua kali observasi pada tanggal 4 dan 11 Oktober 2012 yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Plaosan 1 pada mata pelajaran IPA, terlihat bahwa guru kelas IV menggunakan metode ceramah selama pelajaran IPA berlangsung. Siswa yang terlihat bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA pada saat proses pembelajaran ada 6 orang siswa dari keseluruhan 18 siswa (33,33%). Siswa yang terlihat mengemukakan pendapat pada saat proses pembelajaran ada 5 orang siswa dari keseluruhan 18


(23)

siswa (27,78%). Kemudian siswa yang terlihat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA ada 6 orang siswa dari keseluruhan 18 siswa (33,33%).

Guru kelas IV SD Negeri Plaosan 1 memberikan informasi bahwa beliau dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sebagian besar menggunakan metode ceramah dan tidak pernah menggunakan media untuk menunjang pembelajaran. Beliau mengungkapkan bahwa lebih dari 50% siswa kurang aktif di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Di kelas IV terdapat siswa yang pandai dengan nilai tinggi, tetapi ada juga siswa yang mendapat nilai rendah dan terpaut jauh dari siswa yang mendapat nilai tinggi tersebut. Siswa jarang terlibat dalam diskusi kelompok karena guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan penugasan individu setelah materi pelajaran disampaikan.

Dokumentasi data diperoleh dari guru kelas IV yang memberikan informasi bahwa KKM mata pelajaran IPA tahun ajaran 2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013 adalah sama, yaitu 60. Hal ini berarti siswa dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai 60 atau lebih. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas IV diketahui bahwa pada tahun pelajaran 2010/2011 siswa sudah mencapai KKM atau lebih pada mata pelajaran IPA ada 19 dari 24 siswa, dengan persentase 79,17% dan rata-rata nilai IPA adalah 65,54. Pada tahun 2011/2012 siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada 9 dari 21 siswa, dengan persentase 42,86% dan rata-rata nilai IPA adalah 57,8. Berdasarkan hasil ulangan tengah semester pada mata pelajaran IPA kelas IV


(24)

semester ganjil pada tahun 2012/2013, siswa yang sudah lulus KKM atau lebih ada 13 siswa dari 18, dengan persentase 72,22% dan rata-rata nilai IPA adalah 66,2. Maka, rata-rata untuk keseluruhan nilai yang sudah mencapai KKM atau lebih adalah 64,75% dan rata-rata nilai IPA adalah 63,18.

Hasil observasi, informasi dari guru dan dokumentasi data yang diperoleh telah memberi gambaran tentang kondisi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Dari semua data yang diperoleh tersebut dapat dikatakan bahwa siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada prestasi belajar IPA. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase siswa yang bertanya pada guru maupun diskusi yang berpresentase tidak mencapai separuh kelas. Proses belajar dalam hal ini berdampak pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hakekat belajar itu sendiri adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh penguasaan kompetensi baru secara permanen, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Uraian pendapat ahli tersebut bisa dikatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran yang menarik dan membuka interaksi antara individu dengan lingkungannya. Melalui interaksi secara langsung tersebut diharapkan siswa akan berproses lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah sehingga siswa akan menemukan makna dan penguasaan kompetensi baru secara permanen melalui pengalaman dan interaksi belajar siswa.

Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dikatakan bahwa kelas tersebut membutuhkan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan yang


(25)

akan berpengaruh pada perolehan prestasi belajar siswa. Dengan menggunakan pembelajaran yang menarik dan bermakna diharapkan siswa akan berproses lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah. Dibutuhkan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang bisa dikatakan sebelumnya kurang menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna. Pembelajaran yang inovatif dapat merangsang aktifitas siswa di dalam maupun di luar kelas untuk berproses dengan lebih baik, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan bukan hanya sekedar duduk diam mendengarkan yang sering diilustrasikan sebagai gelas atau botol kosong yang di isi oleh gurunya.

Rangkaian pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat digunakan untuk membuat proses belajar siswa lebih aktif dan bermakna serta akan membuat siswa lebih memahami materi apa yang dipelajari. Model pembelajaran inovatif tersebut diantaranya adalah Kooperatif atau

Cooperative Learning (CL), yaitu pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan (Sugiyanto, 2010: 37). Selain kooperatif, model kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

juga merupakan salah satu model inovatif yang dapat digunakan untuk membuat siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Kontekstual yaitu konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa


(26)

(Sugiyanto, 2010: 5). Selain model Kontekstual, terdapat metode yang juga dapat digunakan untuk mendorong siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun lingkungan alam disekitarnya, yaitu metode Inkuiri atau

Inquiry. Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) inkuiri dibagi menjadi 3 yang terdiri dari inkuiri terpimpin (terbimbing) yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru, inkuiri bebas yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas sebagaimana seorang ilmuan, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu masalah diajukan guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami peserta didik.

Berdasarkan fakta dan data yang telah diperoleh dari observasi, informasi guru, maupun dokumentasi data maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode inkuiri terbimbing yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Plaosan 1. Metode Inkuiri terbimbing dipilih karena diharapkan metode ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran IPA sebagai upaya untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri dengan bimbingan guru. Pengalaman pada saat berinteraksi dengan lingkungan dan alam sekitar siswa diharapkan dapat membuat siswa aktif dan memperoleh hasil berupa penguasaan kompetensi


(27)

yang permanen dan bermakna.

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 196). Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) inkuiri terpimpin merupakan proses inkuiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Inkuiri terbimbing dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya. Paparan pendapat ahli tersebut menunjukan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran karena siswa memperoleh konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui pengalaman dan proses mentalnya sendiri melalui petunjuk dari guru. Terlibatnya siswa sebagai pemeran utama menjadikan siswa lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru, khususnya pelajaran IPA.

Inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai pengetahuan awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama berproses. Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell, 1986). Inkuiri terbimbing diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA, yang akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa.


(28)

Melalui metode inkuiri terbimbing siswa akan menjadi pemeran utama dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran inkuiri akan muncul pengalaman-pengalaman belajar melalui langkah-langkah ilmiah yang terdiri dari merumuskan problemanya sendiri, merumuskan hipotesa, mendesain eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, dan menarik kesimpulan (Sanjaya, 2006). Terbentuknya pengalaman belajar tersebut akan membantu siswa untuk menemukan makna dalam pembelajaran, yang pada prosesnya nanti diharapkan akan berpengaruh pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik.

Hasil penelitian tentang inkuiri terbimbing telah dilakukan Yuli Widyaningsih (2010) yang membuktikan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar di SD K Kintelan 1. Skripsi yang disusun oleh Wiyan Purbatin (2010 ) juga membuktikan bahwa metode inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA di SD Kanisius Kalasan. Selanjutnya penelitian Clara Prahestu (2011) berhasil menggunakan metode penemuan terbimbing untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri Nyamplung. Sedangkan jurnal penelitian yang disusun oleh Retno Megawati, Suripto dan Kartika Chrysti Suryandari dari PGSD UNS membuktikan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA di SDN 1 Kabekelan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam upaya


(29)

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta mengingat terbatasnya tenaga serta kemampuan yang dimiliki oleh peneliti maka dalam hal ini peneliti hanya membatasi penelitiannya pada penggunaan metode inkuiri terbimbing sebagai upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1?

1.3.2 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1? 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. 1.4.2 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya


(30)

1.5 Manfaat penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat begi peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengalaman tersebut khususnya dalam menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Sehingga jika peneliti melaksanakan penelitian lain selanjutnya dapat melakukan dengan lebih baik.

1.5.2 Bagi Guru

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa. Kualitas proses dan hasil tersebut khususnya pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing. Guru dapat menggunakan penelitian ini sebagai gambaran pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing, khususnya pembelajaran IPA.

1.5.3 Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar menggunakan inkuiri terbimbing dan mengembangkan diri siswa. Siswa dapat memperoleh pengalaman berproses dengan interaksi lingkungan fisik dan sosialnya dalam pembelajaran. Sehingga melalui penggunaan pengalaman belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.


(31)

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka mengembangkan dan atau mengoptimalkan potensi guru maupun siswa. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai pertimbangan pemanfaatan sumber-sumber dan media yang ada di sekitar sekolah untuk pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas atau mutu sekolah ke arah yang lebih baik.

1.6 Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan suatu pertanyaan dan multi tafsir tentang suatu istilah yang dikemukakan, maka perlu adanya definisi operasional untuk menyamakan persepsi. Berikut ini merupakan definisi operasional yang peneliti ambil, yaitu sebagai berikut:

1.6.1 Metode inkuiri terbimbing atau terpimpin merupakan langkah-langkah dalam pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri sesuai dengan petunjuk guru.

1.6.2 Keaktifan merupakan keterlibatan siswa secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran.

1.6.3 Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang dinyatakan dalam bentuk nilai maupun skor, yang di peroleh dari tes. 1.6.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang

sistem alam semesta, yang diperoleh dari pengumpulan data dan informasi melalui langkah-langkah ilmiah.


(32)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Keaktifan

2.1.1.2 Pengertian Keaktifan

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 3 (2005: 23) menyatakan bahwa aktif merupakan giat, bekerja, berusaha. Sedangkan menurut Silberman M (dalam Gora dan Sunarto, 2009: 10) menyatakan bahwa keaktifan dalam belajar adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu rekasi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 51). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa keaktifan siswa akan muncul ketika guru merencanakan pembelajaran yang dapat merangsang keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar sehingga murid yang harus banyak aktif, sebab murid adalah sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar (Daryanto & Rahardjo: 2012). Dari pernyataan


(33)

tersebut dapat dikatakan jika dalam proses pembelajaran, siswa yang menjadi subyek, sehingga keaktifan siswa juga merupakan suatu hal pokok yang harus ada dalam proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran sesuai dengan hakekat belajar.

Berdasarkan uraian diatas secara umum dapat disimpulkan bahwa keaktifan merupakan segala keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental dalam proses pembelajaran yang dipertanggungjawabkan oleh peserta didik itu sendiri. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran tersebut dilakukan siswa dengan menyenangkan, penuh semangat dalam mempelajari sesuatu sehingga siswa menyukai hal yang dipelajari. Keterlibatan tersebut meliputi mendengar, melihat, menjawab, melakukan, mencari tahu dan mendiskusikannya dengan orang lain. Sehingga dengan keaktifan diharapkan siswa dapat memperoleh penguasaan kompetensi dan kebermaknaan dalam pembelajaran melalui pengalaman langsung dan berinteraksi dengan sekitarnya.

2.1.1.3 Indikator siswa belajar aktif

Lukmanul Hakiim (2009: 52) menyatakan bahwa bentuk-bentuk keaktifan siswa dalam proses belajar meliputi keaktifan penginderaan, yaitu mendengar, melihat, mencium, merasa dan meraba, mengolah dan menyatakan ide serta melakukan latihan-latihan yang berkaitan dengan keterampilan jasmaniah. Menurut Sudjana (2009: 61) keaktifan siswa dapat dilihat jika siswa turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya,


(34)

siswa terlibat dalam pemecahan masalah, siswa bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya, siswa berdiskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, siswa menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, siswa melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah, siswa menggunakan kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) indikator keaktifan mencakup diantaranya adalah mencatat atau sekedar mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah, berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam proses tanya jawab dan terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Berdasarkan indikator-indikator keaktifan yang telah dikemukakan para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan adalah sebagai berikut: (1) bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA saat proses pembelajaran, (2) mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok, dan (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA.

Indikator 1 keaktifan yaitu bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA meliputi bertanya tentang materi


(35)

kepada guru dan atau siswa, serta terlibat dalam proses tanya jawab dengan teman maupun guru tentang materi pelajaran IPA berlangsung. Selanjutnya, indikator 2 keaktifan yaitu mengemukakan pendapat ketika berdiskusi kelompok meliputi segala aktivitas siswa saat bekera dalam kelompok. Aktivitas tersebut meliputi mengungkapkan pendapat atau gagasan, terlibat dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas atau lembar kerja yang disediakan guru. Sedangkan indikator 3 keaktifan yaitu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA meliputi mendengarkan, mencatat tugas, memperhatikan, melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai petunjuk serta mencari berbagai informasi untuk memecahkan masalah. Indikator menyimpulkan seperti yang terdapat dalam indikator menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) tidak dipakai karena menyimpulkan tidak terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, melainkan hanya pada akhir pembelajaran saja. Aktivitas siswa seperti indikator yang telah dirumuskan tersebut juga melibatkan penginderaan seperti yang terungkap dalam keaktifan menurut Lukmanul Hakiim (2009: 25). 2.1.1 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut Muhibbin


(36)

Syah (2008: 92) adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Uraian pendapat tersebut secara umum menunjukan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan.

Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan. Menurut Chosiyah (2001: 84) prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih dalam suatu sistem atau rangkaian kagiatan pendidikan yang dinyatakan dengan nilai. Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi 3 (2005: 895) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Berdasarakn pendapat ahli terebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari usaha suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman


(37)

dalam interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar umumnya diperoleh melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.

Prestasi belajar merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh mereka yang ingin belajar dan juga oleh pihak-pihak yang terlibat dengannya. Prestasi belajar lazimnya dilihat dari sudut angka-angka hasil tes atau hasil ulangan, hasil ujian dan mungkin juga hasil penilaian terhadap tugas-tugas yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki masing–masing individu. 2.1.2.2 Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Slameto (2010: 54-72) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu: (1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan, (2) faktor

eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah, dan faktor masyarakat (kegiatan siswa


(38)

dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat)

Sedangkan Sudjana (2009:39) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: (1) faktor-faktor Intrinstik, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis, (2) Faktor ekstrinsik, yaitu faktor yang berasal dari luar siswa atau lingkungan seperti guru, media, teman pergaulan, dan lain-lain

Uraian diatas menunjukan bahwa selain dari individu siswa sendiri prestasi belajar juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang ada dilingkungan siswa itu sendiri. Aspek tersebut meliputi orang dan atau lingkungan yang sering berinteraksi dengan mereka seperti orang tua, guru, teman, dan lain-lain. Maka proses belajar yang baik akan berdampak baik pada prestasi belajar siswa.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

The construction of meaning is a continuous and active process

(Driver and Bell, 1986). Berdasarkan pendapat ahli tersebut terungkap bahwa konstruktivisme berarti terus menerus dan berproses secara aktif. Seperti yang dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu akan bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa itu sendiri (Suyono dan Hariyanto: 2011). Sejak kecil, siswa selalu memiliki rasa ingin tahu dan ingin selalu mengembangkan pengetahuan yang telah


(39)

dimiliki dengan struktur kognitifnya. Pengetahuan yang mereka peroleh mereka akan berusaha untuk selalu memperbaharui dan di ubah melalui proses asimilasi dan akomodasi. Maka sebagai tugas guru adalah mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui proses asimilasi dan akmodasi (Wina Sanjaya, 2006).

West dan Pines (dalam Samatowa, 2010: 54) mengungkapkan bahwa menurut pandangan kontruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus pada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran (Hanafiah & Suhana: 2009).

Rancangan belajar konstruktivisme menurut Tytler (dalam Suyono dan Haryanto: 2011) antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Rancangan belajar konstruktivisme seperti yang diungkapkan ahli tersebut menunjukan bahwa


(40)

konstruktivisme dapat mendorong siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Berdasarkan yang telah terurai di atas dapat dikatakan juga bahwa konstruktivisme merupakan sebuah proses belajar dimana individu membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi fisik dan sosial.

2.1.4 Inkuiri

2.1.4.1 Pengertian Inkuiri

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 196). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa inkuiri membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama, mereka akan lebih aktif dan senang dalam menjalani proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan hakekat belajar yang diungkapkan oleh Gora dan Sunarto (2010). Inkuiri mendorong siswa untuk menangkap makna atau isi suatu pelajaran yang diberikan oleh gurunya dengan ia berproses sendiri dalam pembelajaran dan menemukan makna. Metode ini juga memberikan kebebasan kepada anak dalam membahas suatu permasalahan yang terjadi atau berhubungan dengan pelajaran yang dipelajari.

Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat


(41)

menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Dari pendapat ahli tersebut dapat dikatakan bahwa metode inkuiri dapat membuat siswa lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mencari maupun menyelidiki suatu pengetahuan sendiri yang pada akhirnya akan menemukan sendiri. Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama, maka siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru, khususnya pelajaran IPA. Inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai pengetahuan awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama berproses.

Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell, 1986). Hal inilah yang diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA, yang diharapkan pula nantinya akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa. Melalui metode ini, siswa akan menjadi pemeran utama dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Pengalaman belajar selama proses inkuiri akan membantu siswa untuk menemukan makna dalam pembelajaran. Pada prosesnya nanti diharapkan akan berpengaruh pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik.


(42)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri merupakan proses dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan lingkungan belajar mereka. Sehingga pada akhirnya siswa akan lebih memaknai pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri. 2.1.4.2 Jenis-jenis inkuiri

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77), inkuiri dibagi menjadi 3 yaitu: (1) inkuiri terpimpin, yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru yang dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan, selanjutnya siswa akan melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya, (2) inkuiri bebas, yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. (3) inkuiri bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami peserta didik, tujuannya untuk melakukan penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran.

2.1.4.3 Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terpimpin atau inkuiri terbimbing merupakan proses inkuiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Inkuiri terbimbing dimulai dari


(43)

pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk mrmbuktikan pendapat yang dikemukakannya (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Sedangkan menurut Australian Academy of Sciene (2010: 16) “The most common

inquiry lesson is the guided inquiry lesson. In these lesson the teacher provides the question and/ or the method by which the question in answered.” Sama halnya dengan inkuiri, seperti yang di ungkapkan pada dua pendapat diatas bahwa inkuiri terbimbing melibatkan guru dalam melakukan proses inkuirinya, bahkan sebagian besar pembelajaran inkuiri adalah inkuiri terbimbing.

Langkah-langkah pada inkuiri terbimbing juga sama yaitu orientasi, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis, dan kesimpulan. Pada inkuiri bebas guru hanya memberikan orientasi dan menyediakan lingkungan serta sumber belajar, perumusan masalah hingga kesimpulan siswa melakukannya sendiri tanpa bimbingan atau petunjuk guru. Sedangkan pada inkuiri terbimbing guru membimbing siswa dari orientasi dan membuat pertanyaan pancingan untuk siswa membuat rumusan masalah serta membuat hipotesis. Untuk pengumpulan data dan pengujian hipotesis guru menyediakan lingkungan belajar dan sumber sedangkan siswa melakukan pengumpulan data, pengujian hipotesis serta membuat kesimpulan sendiri, namun masih


(44)

dalam bimbingan guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan petunjuk berupa lembar kerja pada pengumpulan data.

2.1.4.4 Langkah-langkah pelaksanaan metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006: 199) ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode inkuiri yaitu:

2.1.4.4.1 Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk menciptakan suasana dan iklim pembelajaran aktif yang dapat menarik keingintahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini, guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan siswa dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar tersebut. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini antara lain menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa; menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan; dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar dalam rangka memberikan motivasi dalam belajar.

2.1.4.4.2 Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah mengajar siswa untuk menghadapi persoalan yang mengandung teka-teki. Siswa didorong untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari teka-teki tersebut. Beberapa hal yang harus dikaji dalam merumuskan masalah


(45)

adalah sebagai berikut: (1) masalah hendaknya dirumuskan soleh siswa, (2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabanya pasti, (3) konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Artinya sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melaui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

2.1.4.4.3 Mengajukan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Potensi berfikir dimulai dari kemampuan individu untuk menebak (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara yang dilakuan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipoteis) pada anak adalah dengan mengjaukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara dari masalah yang dikaji.

2.1.4.2.5 Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan dalam berfikir. Dalam tahap ini guru berperan dalam mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan. 2.1.4.2.6 Menguji hipotesis


(46)

Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Pada tahap ini kebenaran jawaban akan diuji melalui data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan. 2.1.4.2.7 Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakan puncak dari proses belajar. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, guru harus mampu menunjukkan pada siswa data yang relevan.

Dalam metode inkuiri terbimbing guru membimbing siswa untuk merumuskan pertanyaan tentang fenomena alam yang ada. Siswa melakukan penemuan melalui percobaan maupun pengamatan dengan urutan pelaksanaan metode inkuiri sesuai petunjuk guru. Pengumpulan data, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan dilakukan sendiri oleh siswa.

2.1.4.4 Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri

Hanafiah dan Suhana (2009: 79) memaparkan beberapa keunggulan dan kelamahan dari metode inkuiri, sebagai berikut:

2.1.4.4.1 Keunggulan

Keunggulan metode inkuiri antara lain dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif. Inkuiri mendorong peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya. Metode ini juga dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta didik untuk belaar lebih giat lagi.


(47)

Memberikan peluang untuk berkembang dan mau sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing. Dengan adanya proses interaksi maka akan memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas. 2.1.4.4.2 Kelemahan

Dalam metode inkuiri siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode ini akan mengecewakan. Ada kritik, bahwa proses metode inkuiri terlalu mementingkan proses pengertian saa, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.5.1 Hakekat IPA

Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tetang alam semesta denga segala isinya. IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2010: 3). Sedangkan Winaputra (dalam Samatowa , 2010: 3) mengungkapkan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah.


(48)

Uraian diatas menunjukan bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang sistem alam semesta yang diperoleh dari pengumpulan data, observasi dan memecahkan masalah melalui langkah atau metode ilmiah. IPA juga merupakan jalan untuk memecahkan masalah atau menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari fenomena-fenomena alam muncul disekitar. 2.1.5.2 Pendidikan IPA SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Badan Satuan Nasional Pendidikan [BSNP]: 2007). Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan IPA khususnya di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari tentang alam, meliputi dirinya sendiri maupun lingkungannya dan proses lebih lanjut untuk kehidupan sehari-harinya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup (BSNP: 2006). Oleh karena itu pembelajaran IPA di Sekolah


(49)

Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiah(MI) memerlukan penekanan pada pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP BSNP: 2007).

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar siswa memiliki kemampuan untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannNYA; mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menajaga dan melestarikan lingkungan alam; meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (BSNP: 2007)

Standar minimum secara rasional yang harus dicapai siswa SD/MI terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), SK dan KD juga menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum. Di kelas IV khususnya di semester genap, terdapat 5 SK dan 14 KD yang


(50)

meliputi gaya, bentuk energi, perubahan kenampakan bumi, perubahan lingkungan fisik, sumber daya alam dan teknologi (KTSP BSNP: 2007). Dilihat dari pokok bahasan di setiap SD dan KD di kelas IV semester genap, akan sangat menarik jika siswa berproses dengan pengalaman langsung dalam pembelajaran. Dalam SK memahami pengaruh perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, terdapat materi yang berhubungan langsung dengan lingkungan alam, baik lingkungan di sekitar siswa maupun lingkungan yang jauh dari jangkauan fisik siswa. Dalam kompetensi ini, siswa diminta untuk menemukan macam-macam pengaruh lingkungan fisik dan akibatnya. Perubahan lingkungan fisik yang meliputi meliputi hujan, angin, dan gelombang laut mempengaruhi alam yang dapat menyebabkan perubahan alam yyang meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor.

Oleh karena itu akan lebih baik jika dalam penyampaian materi di kompetensi tentang lingkungan fisik ini menggunakan inkuiri maupun inkuiri terbimbing seperti yng terdapat dalam ungkapan pada KTSP BSNP (2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup. Dengan menggunakan inkuiri maka siswa akan melakukan penyelidikan dalam proses pembelajaran yang natinya akan menemukan jawaban berdasarkan rumusan masalah yang ada, serta menguji hipotesis yang telah siswa buat


(51)

untuk menemukan jawaban dari mengui hipotesa tersebut melalui pengalaman langsung. Sehingga dengan pengalaman langsung tersebut siswa akan lebih memahami dan memaknai apa yang telah ia temukan melalui proses mentalnya sendiri. Inkuiri terbimbing bisa dilakukan dengan berinteraksi langsung dengan alam maupun secara tidak langsung dengan gambar, video, atau artikel. Pengumpulan data dan pengujian hipotesis yang dapat dilakukan dengan percobaan menggunakan angin dan air beserta seperangkat medianya untuk mengetahui apa penyebab dan bagaimana erosi, abrasi, banjir dan tanah longsor tersebut.

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2.1.6.1 Pengertian PTK

Suparno (2008: 5) penelitian tindakan atau riset tindakan secara umum dimaksudkan sebagai riset yang dilakukan oleh seseorang yang sedang praktik dalam suatu pekerjaan, untuk digunakan dalam pengembangan pekerjaan itu sendiri. Pelaku riset merupakan orang yang sedang melakukan pekerjaan itu dan tujuan dari penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki keadaan dan kinerja dari pekerjaan itu sendiri. Sedangkan riset atau penelitian dalam dunia pendidikan dilakukan oleh guru kelas untuk memperbaiki cara mengajar mereka sehari-hari.

Kurt Lewin (dalam Kunandar, 2005: 42) berpendapat bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Rangkaian tersebut disusun dan dilaksanakan secara berurutan. Sedangkan


(52)

menurut Arikunto (2008: 91) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang disertai suatu tindakan yang sengaja dimunculkan sebagai usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan proses maupun hasil dalam pembelajaran di kelas oleh orang yang sedang praktik dalam kelas tersebut, dalam hal ini adalah guru. Menurut Johnson, Mills dan Tomal dalam Suparno (2008: 6) secara sederhana riset tindakan mempunyai skema pelaksanaan sebagai berikut: (1) mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi persoalan, menentukan daerah penelitian, (2) menentukan data yang hendak dikumpulkan, (3) pegumpulan data dan analisis data, (4) merencanakan tindakan, (5) melaksanakan tindakan lanjut, (6) evaluasi dan follow up; dari tindakan lanjut. Sedangkan menurut Arikunto (2008: 91) tahapan penelitian tindakan kelas meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)observasi, dan (4) refleksi.

2.1.6.2 Tujuan PTK

Suparno (2008: 17) secara umum tujuan utama riset tindakan dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut: (1) untuk melakukan perubahan atau peningkatan praktik pendidikan yang diteliti secara labih langsung, (2) untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktik guru di lapangan sehingga berdasarkan hasil riset guru dapat memperbaiki


(53)

kinerjanya, (3) mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam lingkup kerja.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang berjudul “Efektifitas pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kintelan Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar” yang disusun oleh Yuli Widyaningsih, Prodi PGSD, JIP, FKIP, USD. Penelitian ini dilakasanakan di SD Kanisius Kintelan 1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran pembentukan tanah karena pelapukan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1 dengan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2010 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta yang terdiri dari 32 siswa, 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatan hasil belajar.

Penelitian ini termasuk penelitian praeksperimen tanpa kelompok pembanding, dengan pretest dan postest. KKM pada mata pelajaran IPA yang akan dicapai adalah 62 pada materi pokok proses pembentukan tanah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

pretest dan postest. Setelah dilakukan treatment pada kelas dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siklusnya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran proses pembentukan tanah karena


(54)

pelapukan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar. Pada saat pretes hanya 8 dari 32 siswa, dengan presentase 25% yang mencapai KKM 62, setelah diterapkan metode inkuiri terbimbing dan dilakuakn pretes banya siswa yang mencapai KKM yaitu 27 dari 32 siswa dengan presentase 84,37% siswa yang mencapai KKM. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDK Keintelan 1 Yogyakarta.

Penelitian kedua yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang disusun oleh Wiyan Purbatin, prodi PGSD, JIP, FKIP, USD yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Inquiry Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar”. Tujuan dari penelitian yang disusun di tahun 2010 ini adalah untuk mengetahu efektifitas pembelajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya di SD Kanisius Kalasan dalam hal pencapaian hasil belajar. Penelitian ini didasari dengan masih banyaknya pembelajaran yang terjadi dengan satu arah dan hanya guru yang aktif dalam pembelajaran tersebut. Sedangkan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan metode inquiry terbimbing sebagai efektifitas pembelajaran IPA yang berkaitan dengan prestasi belajar.


(55)

Metode inquiry dapat melatih anak untuk tidak hanya bergantung pada gurunya atau orang lain. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisisus Kalasan dengan 30 siswa. Peneliti menggunakan pre tast sebelum penggunaan metode

inquiry dan post test sesudah pelaksanaan metode inquiry. Efektifitas hasil belajar dalam penelitian ini ditentukan dengan membandingkan rata-rata hasil pretest dan posttest. Hasil uji T dengan taraf signifikasi 5% pada derajad kebebasan (dB) 29 adalah 2,046 didapat tobs sebesar 8,29. tobs lebih besar daripada tkrit, jadi ada perbedaan yang signifikan antara mean pre test dan post test. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembalajaran IPA tentang sifat-sifat cahaya melalui metode inquiry terbimbing pada siswa kelas V SD Kanisius Kalasan dalam hal pencapaian hasil belajar cukup efektif. Hal ini terlihat dari kenaikan jumlah siswa yang mencapai KKM dari 14 siswa (46%) menjadi 27 siswa (90%).

Penelitian ketiga yang mendukung penelitian ini adalah penelitian tindakan yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Tentang Materi Sifat -Sifat Benda dan Perubahan Wujud dengan Metode Penemuan Terbimbing Siswa Kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011” yang disusun oleh Clara Prahestu Dwi Utami, prodi PGSD, JIP, FKIP, USD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa keals V SDN Nyamplung Gamping Sleman dalam mata pelajaran IPA pada semester 1 tahun pelajaran


(56)

2010/2011. Penelitian ini didasarkan pada masih rendahnya kemampuan siswa kelas V SDN Nyamplung pada mata pelajaran IPA. Peneliti memustuskan menggunakan metode penemuan terbimbing didasarkan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Dengan penggunaan metode ini diharapkan siswa akan lebih memahami mata pelajaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Pada siklus 1 dan 2 dilakukan pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dengan membagi siswa dalam kelompok. Peneliti menggunakan tes tertulis untuk pengumpulan data dan mengetahui pemahaman siswa. Nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 60,35 meningkat pada akhis siklus 1 yaitu 62,05 dan emncapai 70,82 pada akhis siklus 2. Nilai rata-rata unjuk kerja siswa pada siklus 1 mencapai 61,70 dan pada siklus 2 mencapai 72,33. Persentase siswa yang mencapai KKM pada kondisi awal 52,94%, pada akhir siklus 21 adalah 64,7% dan pada akhir siklus 2 adalah 88,23%. Dapat disimpulkan bahwa metode penemuan (inquiry) terbimbing dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas V SDN Nyamplung pada mata pelajaran IPA semester 1 tahun pelajaran 2010/2011.

Penelitian ke empat yang mendukung penelitian ini adalah diperoleh dari jurnal hasil penelitian yang disusun oleh Retno Megawati, Suripto dan Kartika Chrysti Suryandari dari PGSD UNS yang berjudul “Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keatifan belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD “. Tujuan penelitian ini adalah untuk


(57)

mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SD N 1 Kabekelas serta meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD N 1 Kabekelas dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif yang dilaksanakan dalam 3 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Kabekelan yang berjumlah 17 siswa. Sumber data berasal dari guru, siswa, teman sejawat dan dokumen. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teknik pengumpulan data. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA di SDN 1 Kabekelan. Hasil tersebut terbukti dari adanya peningkatan keaktifan belajar IPA siswa dari setiap siklus. Berdasarkan hasil lembar observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing diperoleh rata-rata siklus I yaitu 60% yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 75,8% dan meningkat lagi pada siklus III yaitu 90,3%. Peningkatan keaktifan belajar IPA siswa, berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar. Hasil belajar siswa pada pratindakan, persentase ketuntasan hasil belajar siswa baru mencapai 25%, setelah


(58)

dilaksanakan tindakan siklus I, persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 59%, pada siklus II meningkat menjadi 73,6% dan siklus III meningkat menjadi 88,3%. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) langkah-langkah penerapan metode inkuiri terbimbing pada siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan meliputi menyajikan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan, (2) penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SDN 1 Kabekelan. Berdasarkan keempat penelitian diatas dapat diketahui bahwa metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Metode inkuiri terbimbing juga layak digunakan untuk proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPA.

2.3 Skema Penelitian yang Relevan “Efektifitas pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan pada Siswa Kelas V SD

Kanisius Kintelan Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar”, disusun oleh Yuli Widyaningsih, PGSD USD, 2010

“Efektivitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode

Inquiry Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Kanisius Kalasan dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar”, disusun oleh Wiyan Purbatin, PGSD USD, 2010

“Peningkatan Pemahaman Tentang Materi Sifat-Sifat Benda dan Perubahan Wujud dengan Metode penemuan Terbimbing Siswa Kelas V SD Negeri Nyamplung Gamping pada Semester 1 Tahun Pelajaran

2010/2011”, disusun oleh Clara Prahestu Dwi Utami, PGSD USD, 2011

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing

“Penerapan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keatifan belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD”, disusun oleh Retno Megawati, Suripto dan Kartika Chrysti Suryandari, PGSD UNS, 2013


(59)

2.4 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA di sekolah dasar pada umumnya masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran IPA di sekolah dasar umumnya masih mengandalkan ceramah dari guru, gurulah yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Siswa mendengarkan ceramah dari guru di depan kelas, mereka duduk mendengarkan guru mereka mengajar dengan ceramah, itulah yang terjadi pada pembelajaran IPA. Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi IPA juga merupakan suatu proses penemuan dan pemaknaan. Pendidikan IPA khususnya di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari tentang alam, meliputi dirinya sendiri maupun lingkungannya dan proses lebih lanjut untuk kehidupan sehari-harinya. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Metode inkuiri terbimbing merupakan proses dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan lingkungan belajar mereka. Sehingga pada


(60)

akhirnya siswa akan lebih memaknai pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri. Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama, maka siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru, khususnya pelajaran IPA. Inkuiri terbimbing menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai pengetahuan awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama berproses dalam inkuiri, yaitu berbasis kontruktivis. Hal inilah yang diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPA, yang diharapkan pula nantinya akan berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa. 2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dirumuskan maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode inkuiri terbimbing digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa keas IV SD Negeri Plaosan 1. Dalam hal ini metode inkuiri terbimbing digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar dalam pembelajaran IPA. Inkuiri terbimbing merupakan metode yang terdiri dari tahap-tahap meliputi orientasi, merumuskan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data, pengujian hipotesis dan menyimpulkan. Tahap-tahap inkuiri terbimbing tersebut dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat berproses dalam pembelajaran melalui pengalaman berinteraksi langsung dengan lingkungannya yang pada akhirnya dapat menemukan makna. Interaksi langsung dengan lingkungannya tersebut menyebabkan


(61)

siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran.

Proses dalam metode inkuiri terbimbing yang merangsang keaktifan siswa tersebut memberi siswa pengalaman belajar melalui proses mental dan fisiknya sendiri. Maka, dengan pengalaman secara langsung dalam pembelajaran siswa dapat lebih memahami dan menemukan makna dalam pembelajaran. Malalui pemahaman materi dalam pembelajaran dengan pengalaman langsung, maka siswa akan lebih bisa mengingatnya dan berdampak lebih baik pada prestasi belajarnya. Maka dengan cara seperti itu inkuiri terbimbing merangsang keaktifan yang berdampak lebih baik pada prestasi belajar siswa.


(62)

BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis penelitian

Penelitian menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan untuk meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan atau riset tindakan secara umum dimaksudkan sebagai riset yang dilakukan oleh seseorang yang sedang praktik dalam suatu pekerjaan, untuk digunakan dalam pengembangan pekerjaan itu sendiri (Suparno, 2008: 5). Pelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan. Sedangkan menurut Arikunto (2008: 91) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang disertai suatu tindakan yang sengaja dimunculkan sebagai usaha untuk memperbaiki atau meningkatkan proses maupun hasil dalam pembelajaran di kelas oleh orang yang sedang praktik dalam kelas tersebut, dalam hal ini adalah guru.

Penelitian ini mengacu pada Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2008:16) yang meliputi empat tahap yaitu:

3.1.1 Perencanaan/menyusun rancangan tindakan

Dalam tahap penyusunan rancangan ini ditentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati,


(63)

kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan belangsung. Perlakuan dilaksanakan peneliti sesuai rencana yang telah disusun peneliti bersama guru.

3.1.2 Pelaksanaan tindakan

Implementasi atau penerapan isi rancangan dalam kancah, yaitu menekankan tindakan kelas. Pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan tindakan kelas, pada prinsipnya penelitian ini tidak membatasi berapa siklus yang akan dilakukan, penelitian ini berpedoman pada peningkatan. 3.1.3 Pengamatan/observasi

Pengamatan yang dilakukan oleh peengamat bertujuan untuk mengetahui gambaran secara objektif proses pembelajaran dan mengumpulkan informasi tentang berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif atau data kualitatif yang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

3.1.4 Refleksi

Kegiatan ini untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi yang dilakukan peneliti dan guru tentang hasil observasi tindakan yang telah dilakukan hingga memunculkan program atau perencanaan baru untuk mengatasi masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus. Jika belum ada peningkatan maupun perubahan kearah


(64)

lebih baik pada siklus I maka peneliti akan melanjutkan ke siklus II. Desain spiral Kemmis dan Taggart dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1

Gambar Desain Putaran Spiral Kemmis dan Mc. Taggart

Gambar 1 menunjukkan putaran spiral sikuls PTK. Siklus PTK dilakukan dengan empat tahap meliputi perencanaan sampai refleksi. Sedangkan siklus berikutnya dilaksanakan mengacu pada refleksi siklus sebelumnya.

3.2 Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Plaosan 1 yang beralamat di dusun Plaosan, desa Tlogoadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012 sampai maret 2013.


(1)

306

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

308

Hasil lembar refleksi individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

viii

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

ABSTRAK Uswatun Khasanah

091134110

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, (2) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

Subjek dari penelitian ini 18 siswa kelas IV SDN Plaosan 1 yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan hasil tes serta rubrik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk data kuantitatif dan mendeskripsikan situasi saat pembelajaran IPA berlangsung untuk memperoleh gambaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing merangsang keaktifan dan berdampak pada prestasi belajar IPA yang lebih baik bagi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Hasil tersebut terbukti dari adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada indikator 1 keaktifan yang meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 50%, indikator 2 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 27,78% menjadi 61,11%, dan indikator 3 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 55,56%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar IPA dapat dilihat dari peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dari kondisi awal sebesar 64,75% menjadi 94,44% dan rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 63,18 menjadi 82,01. Dengan demikian penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

Kata Kunci: Keaktifan, Prestasi Belajar, Metode Inkuiri Terbimbing, IPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix

THE RAISING OF BEING ACTIVE AND LEARN ACHIEVEMENT THE NATURAL SCIENCE FOR IV GRADE STUDENT IN PLAOSAN 1

ELEMENTARY SCHOOL USING GUIDE INQUIRY METHOD ABSTRACT

Uswatun Khasanah 091134110

This research is classroom action research, the purposes of this research were to knew: (1) using guide inquiry method in effort to raise of being active in learn natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school, (2) using guide inquiry method in effort to raise of learn achievement the natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

The subject of the research was of 18 IV grade student of Plaosan 1 elementary school and the object of the research was being active, learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school using guide inquiry method. The data collection of the research is sheet paper of observation and the result of test and column in process. The data analysis of the research used statistic descriptive method for quantitative data and describe the situation of learning natural science for qualitative data.

The result of the research showed that used guide inquiry method can motive of being active and caused for better learn achievement of science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school. The result is evidence from the raising of being active and learn achievement of natural science. The raising can see by the of raising being active percentage in indicator 1 of being active is raise from the beginning condition in 33,33% become 50%, indicator 2 of being active is raising from the beginning condition in 27,78% becompe 61,11%, and indicator 3 of being active from the beginning condition in 33,33% become 55,56%. And the raising of learn achievement can see by the raising of learn achievement percentage from student was pass of the limit pass score in the classroom from beginning condition in 64,75% become 94,44% and the average of student score is raising too from beginning condition in 63,18 become 82,01. So, the guide inquiry method can used for raise of being active and learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

Key Words: Being Active, Learn Achievement, Guide Inquiry Method, Natural Science