Teori kutub pertumbuhan Potensi daerah setempat

199 c. Hirarki K=7, wilayah ini selain mempengaruhi wilayahnya sendiri, juga mempengaruhi seluruh bagian satu bagian masing-masing wilayah tetangganya. Wilayah ini disebut juga situasi administratif yang optimum. Situasi administratif yang dimaksud dapat berupa kota pusat pemerintahan. Gambar 6.12c Hirarki tempat yang sentral dengan K=7. Sumber: Sumaatmadja, 1988, halaman 127 Pengaruh tempat yang sentral dapat diukur berdasarkan hirarki tertentu, dan bergantung pada luasan heksagonal yang dilingkupinya.

2. Teori kutub pertumbuhan

Teori Kutub Pertumbuhan Growth Poles Theory disebut juga sebagai teori pusat pertumbuhan Growth Centres Theory. Teori ini dikemukakan oleh Perroux pada tahun 1955. Dalam teori ini dinyatakan bahwa pembangunan kota atau wilayah di manapun adanya bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi secara serentak, tetapi mucul di tempat-tempat tertentu dengna kecepatan dan intensitas yang berbeda-beda. Tempat-tempat atau kawasan yang menjadi pusat pembangunan tersebut dinamakan pusat-pusat atau kutub-kutub pertumbuhan. Dari kutub-kutub tersebut selanjutnya proses pembangunan akan menyebar ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya, atau ke pusat-pusat yang lebih rendah. Setelah Perang Dunia Kedua PD II banyak negara-negara yang terlibat perang mengalami kemunduran ekonomi. Untuk membangun kembali negara dikembangkan konsep pembangunan wilayah atau kota yang disebut spread trickling down penjalaran dan penetesan serta backwash polarization. Konsep tersebut berasal dari pengembngan industri untuk meningkatkan pendapatan nasional kasar Gros National Product = GNP. Konsep ini bertujuan untuk meningkatkan investasi pada satu kota tertentu yang diharapkan K = 61 + 1 K = 7 Di unduh dari : Bukupaket.com 200 selanjutnya meningkatkan aktivitas kota sehingga akan semakin lebih banyak lagi melibatkan penduduk dan pada akhirnya semakin banyak barang dan jasa yang dibutuhkan. Namun demikian konsep ini kurang menunjukkan keberhasilan yang berarti. Karena cukup banyak kasus justru hanya menguntungkan kota. Kota yang diharapkan tadinya memberikan pengaruh kuat pula pada pedesaan untuk ikut berkembang bersama, kenyataannya pedesaan sering dirugikan, sehingga yang terjadi malah meningkatkan arus urbanisasi dari dari desa ke kota dan memindahkan kemiskinan desa ke kota.

3. Potensi daerah setempat

Teori pusat pertumbuhan lainnya juga dikenal “Potential Model”. Konsepnya adalah bahwa setiap daerah memiliki potensi untuk dikembangkan, baik alam maupun manusianya. Sumber daya seperti luas lahan yang terdapat di suatu daerah merupakan potensi untuk dikembangkan misalnya untuk pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, rekreasi atau wisata dan usaha-usaha lainnya. Mengingat setiap daerah memiliki potensi yang berbeda-beda, maka corak pengembangan potensi daerah itupun berbeda-beda pula. Misalnya, suatu daerah yang awalnya dikembangkan sebagai daerah pertanian tentunya akan menunjukkan pola yang berbeda dengan suatu daerah yang dikembangkan sebagai daerah perindustrian atau lainnya. Hal tersebut dapat kamu identifikasi seperti dari aspek tata guna lahan maupun kegiatan ekonomi penduduknya.

4. Konsep agropolitan