42
3. Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan
kegagalan, atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.
2.3.3 Sifat-Sifat Pengawasan
Untuk lebih memperjelas pemahaman tentang pengawasan, maka perlu kiranya penulis untuk mengemukakan sifat-sifat dari pengawasan. Siagian
mengemukakan sifat-sifat dari pengawasan sebagai berikut : 1.
Fact Finding. Dalam arti bahwa pelaksanaan pengawasan harus menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan
dalam organisasi. 2.
Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti proses pengawasan tersebut dijalankan untuk mencegah terjadinya penyimpangan-
penyimpangan. 3.
Pengawasan diarahkan ke masa sekarang yang berarti hanya dapat ditujukan kepada kegiatan yang sedang dilaksanakan.
4. Pengawasan adalah alat untuk meningkatkan efisiensi.
5. Pengawasan sebagai alat manajemen dan administrasi, maka
pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan. 6.
Proses pelaksanaan pengawasan harus efisien, jangan sampai menghambat peningkatan efisiensi.
7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah jika
ada ketidak beresan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.
8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar supaya para pelaksana
meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas. Siagian, 1996: 137
2.3.4 Macam-macam Pengawasan
Apabila ditinjau dari berbagai sudut pandang, maka pengawasan dapat dibedakan menjadi beberapa macam. Macam-macam pengawasan dapat
dibedakan dalam beberapa jenis sesuai dengan aspek yang menjadi perhatian
43
utamanya. Lubis dalam buku Pengendalian dan Pengawasan dan Proyek dalam Manajemen menyebutkan macam-macam pengawasan sebagai berikut :
1. Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang diawasi pengawasan-
pengawasan dibidang penjualan, produksi, pembiayaan, perbekalan, kualitas, anggaran belanja, pemasaran dan lain sebagainya.
2. Dilihat dari segi subjek atau petugas pengawasan. Pengawasan intern,
ekstern, formal, informal dan lain sebagainya. 3.
Dilihat dari segi waktu pengawasan. Pengawasan-pengawasan preventif, represif, tengah berprosesnya pengawasan dan sebagainya.
4. Dilihat dari segi lainnya, pengawasan-pengawasan umum, khusus,
langsung, tidak langsung, mendadak, teratur, terus menerus, menurut pengecualian dan sebagainya.
Lubis, 1985:159 Macam-macam pengawasan yang telah dikemukakan oleh Lubis dapat
dijabarkan kembali dengan berdasarkan pada pendapat para ahli lain. Dilihat dari segi bidang kerja atau objek yang diawasi, Hasibuan dalam
bukunya Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, mengemukakan macam- macam pengawasan sebagai berikut :
1. Production Control Pengawasan Produksi
Yaitu untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan rencana yang ada.
2. Financial Control Pengawasan Keuangan
Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk
pengawasan anggaran.
3. Personal Control Pengawasan Pegawai
Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan
perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai serta lain-lain.
4. Time Control Pengawasan Waktu
Pengawasan ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan
rencana.
5. Policy Control Pengawasan Kebijaksanaan
Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai apakah kebijaksanaan-kebijaksanaan organisasi yang telah dilaksanakan sesuai
dengan yang telah digariskan.
6. Technical Control Pengawasan Teknis
44
Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan teknis pelaksanaan.
7. Sales Control pengawasan Penjualan
Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
Hasibuan, 1993:35 Dilihat dari subjekpetugas pengawasan, Handayaningrat mengemukakan
pendapatnya sebagai berikut : 1.
Pengawasan dari dalam Internal control Pengawasan dari dalam berarti pengawasan yang dilakukan oleh
aparatunit pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri. Aparat unit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan organisasi,
dan bertugas mengumpulkan segala data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan organisasi, yang diperlukan untuk menilai
kemajuan dan kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Hasil pengawasan ini dapat pula dipergunakan untuk menilai kebijaksanaan
pimpinan, untuk itu kadang-kadang pimpinan perlu meninjau kembali kebijakan yang telah dikeluarkan. Sebaliknya pimpinan dapat pula
melakukan tindakan perbaikan corrective terhadap pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya.
2. Pengawasan dari luar organisasi External control
Pengawasan eksternal berarti pengawasan yang dilakukan oleh aparatunit pengawasan dari luar organisasi itu. Aparatunit
pengawasan bertindak atas nama atasan dari organisasi tersebut, atau bertindak atas nama pimpinan organisasi itu karena permintaannya.
Disamping itu, dapat pula pimpinan organisasi meminta bantuan pihak luar organisasinya, dengan maksud untuk mengetahui efisiensi kerja,
untuk mengetahui jumlah keuntungan, untuk mengetahui jumlah pajak yang harus dibayar, dan sebagainya.
3. Pengawasan informal
Pengawasan informal adalah pengawasan yang tidak melalui saluran formal atau prosedur yang telah ditentukan. Pengawasan informal ini
biasanya dilakukan oleh pejabat pimpinan dengan melalui kunjungan yang tidak resmi pribaadi atau dengan incagnio. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindarkan kekakuan hubungan antara atasan dengan bawahan. Dengan cara demikian pimpinan menghendaki keterbukaan
dalam memperoleh informasi dan sekaligus usulsaran perbaikan dalam penyempurnaannya dari bawahan. Dimana pimpinan dapat
memberikan jalan keluar pemecahannya, sebaliknya bawahan merasa bangga karena diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya secara
langsung terhadap pimpinan.
Handayaningrat, 1985:144-148
45
Sementara Bohari 1992:25 membagi macam teknik pengawasan sebagai berikut :
1. Pengawasan preventif, dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan. Pengawasan preventif ini biasanya berbentuk prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan
kegiatan. Pengawasan preventif ini bertujuan: 1.
Mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang dari dasar yang telah ditentukan.
2. Memberi pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan
secara efisien dan efektif. 3.
Menentukan saran dan tujuan yang akan dicapai. 4.
Menentukan kewenangan dan tanggung jawab sebagai instansi sehubungan dengan tugas yang harus dilaksanakan.
2. Pengawasan represif, ini dilakukan setelah suatu tindakan dilakukan
dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan pengawasan represif dimaksud untuk
mengetahui apakah kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti kebijakan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pengawasan represif ini biasa dilakukan dalam bentuk: 1.
Pengawasan dari jauh, adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara pengujian dan penelitian terhadap surat?surat pertanggungan
jawab disertai bukti?buktinya mengenai kegiatan?kegiatan yang dilaksanakan.
2. Pengawasan dari dekat, adalah pengawasan yang dilakukan di
tempat kegiatan atau tempat penyelenggaraan administrasi. Bohari 1992:25
Jelasnya, pelaksanaan pengawasan ini dilakukan baik selama proses pelaksanaan pekerjaan maupun setelah pekerjaan tersebut selesai dan dapat
diketahui hasilnya yang sudah ditetapkan maupun dengan peraturan yang berlaku sehingga apabila ada kesalahan atau penyimpangan dapat segera diketahui dan
dicegah agar tidak meluas serta dapat mencari jalan keluar pemecahannya. Selanjutnya mengenai jenis-jenis pengawasan di lingkungan pemerintahan
menurut Siagian, memberikan pendapatnya sebagai berikut : 1.
Pengawasan melekat Bahwa efektivitas manajerial seseorang yang menduduki jabatan
pimpinan, tanpa mempersoalkan tingkatannya dalam jajaran
46
kepemimpinan itu sangat bergantung pada kemampuannya melakukan pengawasan melekat disamping kemampuannya menyelenggarakan
berbagai fungsi organik manajerial lainnya.
2. Pengawasan fungsional
Pengawasan ini bisa dilakukan oleh aparat pengawasan yang terdapat dalam satu instansi tertentu, tetapi dapat pula dilakukan oleh aparat
pengawasan yang berada di luar suatu instansi meskipun masih dalam lingkungan pemerintahan.
3. Pengawasan oleh lembaga Konstitusional
Dalam Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia terdapat dua lembaga konstitusional yang turut melakukan pengawasan yang dapat
dikatakan politis. Pertama adalah Badan Pemeriksa Keuangan negara yang dikelola oleh semua aparat yang terdapat dalam lingkungan
negara Republik Indonesia. Kedua adalah Dewan Perwakilan Rakyat yang melalui berbagai kegiatannya. Dewan ini dalam arti seluas-
luasnya juga melakukan kegiatan pengawasan.
4. Pengawasan Sosial
Dalam masyarakat yang menganut paham demokrasi, partisipasi masyarakat dalam mengawasi jalannya roda pemerintahan bukan saja
dibenarkan tetapi juga didorong. Salah satu bentuknya adalah dengan turut serta mengamati pelaksanaan kegiatan tugas-tugas umum
pemerintahan seperti dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pengaturan dan juga dalam
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pembangunan dalam segi kehidupan bangsa dan negara.
Siagian, 1996:198-204 Dari pendapat Siagian mengenai jenis-jenis pengawasan dilingkungan
pemerintah tadi, dapat diambil pengertian bahwa jenis pengawasan yang pertama yaitu pengawasan melekat adalah fungsi inhern atau sudah dengan sendirinya ada
pada setiap pimpinan dalam semua jenjang untuk melakukan pengawasan terhadap pegawai atau bawahannya. Tiga jenis pengawasan yang pertama adalah
pengawasan di dalam tubuh badan-badan pemerintahan sendiri, sedangkan jenis pengawasan yang keempat adalah pengawasan dari masyarakat kontrol sosial
terhadap aparatur pemerintah ataupun jalannya roda pemerintahan yang dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan media.
47
2.4 Investasi