47
Tujuan yang hendak dicapai bukan lain dari pada persatuan cinta kasih dengan Allah yang mengubah segalanya. St. Teresa dari Avila melukiskan
pengalaman seperti itu dengan sebuah perbandingan, seperti seseorang yang memasuki suatu ruangan istana yang penuh dengan permata yang luar biasa
banyak dan indahnya, sampai tidak bisa mengingat lagi satu persatu Indrakusuma, 2008: 33, 37-38. Keterlibatan aktif anggota KTM dalam
mengembangkan semangat Karmel menjadikan mereka nabi-nabi Allah pada jamannya.
b. Cara Karismatik
Pencurahan Roh Kudus yang dibawakan oleh pembaharuan karismatik, merupakan suatu anugerah besar Allah kepada Gereja-Nya dewasa ini
Indrakusuma, 2004: 27. Pengalaman tersebut menjadikan mereka insan-insan Allah yang bersemangat dalam hidup kerohanian. Pengalaman itu memunculkan
dalam diri mereka kerinduan akan pengalaman yang sama dirasakan juga oleh orang lain sehingga mengajak orang untuk membuka diri bagi karya Roh Kudus,
supaya Roh Kudus berkarya lebih bebas lagi dalam diri mereka serta mejadikan mereka orang-orang kristiani yang bersemangat, penuh kharisma dan karunia.
Dengan demikian kehidupan Gereja menjadi lebih hidup kerena dihidupi oleh orang-orang yang penuh dengan Roh Kudus dan juga wajah Gereja yang pasif
menjadi lebih aktif berkat Roh Kudus yang menggerakkannya.
D. Refleksi Kritis atas Kehadiran Komunitas Tritunggal Mahakudus di
Yogyakarta
Perkembangan jaman yang kian pesat menuntut orang untuk semakin cerdas menata kehidupannya, sehingga ia tidak larut dan tergerus oleh
48
perkembangan itu. Kecerdasan menata hidup tidak hanya dalam perkara jasmani, melainkan juga dalam perkara rohani. Antara yang jasmani dan rohani haruslah
seimbang, sebab kalau tidak orang akan timpang dalam hidupnya. Fokus pada perkara jasmani membuat orang akan muda jatuh dalam dosa, karena yang
dilihatnya hanyalah hal-hal duniawi yang menjadikannya lupa akan perkara surgawi yang berkaitan dengan keselamatan jiwanya. Fokus pada perkara rohani
menjadikan orang lupa akan dunia tempat ia berpijak, sehingga mengabaikan tanggungjawabnya sebagai orang beriman yang dipanggil untuk menguduskan
dunia.
KTM sebagai sebuah persekutuan hidup yang dipanggil untuk terlibat aktif hadir di tengah masyarakat mengemban misi gereja mendekatkan jiwa-jiwa
dengan Tuhan,
menguduskan dunia
dan dengan
caranya sendiri
mengaktualisasikannya, namun tetap dalam kesatuannya dengan gereja. Sepanjang kehadirannya di Yogyakarta KTM cukup terlibat aktif dalam
pelayanan gereja dan kegiatan-kegiatan gerejawi lainya seperti pelayanan kepada orang sakit, pelayanan ke penjara, pelayanan koor di Gereja, dan tugas-tugas
lainnya di Gereja. Selain itu KTM juga mengadakan beberapa retret untuk umum sebagai upaya membawa orang lain kepada pengalaman kasih Allah. Sejauh ini
kehadiran KTM di Yogyakarta boleh dikata cukup positif dan mampu mengakomodasi kebutuhan dan kehausan rohani mereka yang merindukan
kedekatan khusus dengan Tuhan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kegiatan rutin yang mereka lakukan seperti pertemuan sel, penyembahan terhadap Sakramen
Mahakudus, yang dilakukan rutin tiap minggu.
Terlepas dari adanya sumbangan positif di atas, penulis melihat ada beberapa hal yang perlu diperbaiki yang dirasa menjadi penghalang bagi
pertumbuhan dan perkembangan KTM baik secara kuantitas maupun kualitas.
49
a. Kesatuan Hati Sebagai Komunitas
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang anggota KTM lihat lampiran 1 2
, penulis melihat dalam tubuh KTM Yogyakarta aspek kesatuan belum mendapat tempat dalam kesadaran para anggota. Hal ini terasa sekali dalam
kegiatan bersama, koordinasi dan komunikasi kurang berjalan dengan baik. Dominasi beberapa orang masih terasa, baik dalam tahap perencanaan maupun
dalam pelaksanaan. Hal ini menjadikan anggota lain bergantung kepada beberapa orang yang mendominasi, dan membuat yang lain lamban berkembang. Secara
organisasi, gejala seperti ini sangatlah tidak sehat dan mengarahkan komunitas pada kemandekan, karena bila orang-orang yang berpengaruh tersebut tidak dapat
menjalankan perannya dengan baik, maka seluruh kegiatan komunitas akan macet. Selain itu, kurangnya kesatuan dalam komunitas menjadi contoh yang kurang baik
bagi mereka yang di luar komunitas dan membuat komunitas menjadi kurang
menarik untuk diteladani.
b. Pengetahuan
Kurangnya kesatuan hati sebagaimana dikatakan di atas dapat kita pahami, karena minimnya pengetahuan dan pengalaman dalam berkomunitas para anggota
KTM. Secara pengetahuan memang harus diakui bahwa KTM Yogyakarta kurang mendapat perhatian dari pusat. Pembinaan, pelatihan, pengkaderan masih kurang
dan boleh dikata sangat jarang. Sehingga roda kehidupan komunitas berjalan apa adanya. Pengetahuan mereka andalkan dari buku pedoman, Kitab Suci dan itupun
masih banyak anggota yang tidak paham dan tidak memiliki buku pedoman. Selain itu peran serta mereka yang telah mengikuti pembinaan, pelatihan khusus
binus, volunteer dan yang cukup dalam pengetahuan kurang dimaksimalkan.
50
Oleh karenanya sangatlah perlu untuk memperdalam pengetahuan mereka dengan cara memperbanyak program pengajaran dan secara pribadi menimba
pengetahuan dari sumber-sumber yang ada, sehingga mereka tidak bingung ketika mengahadapi pergumulan berkaitan dengan iman dan pelayanan mereka ataupun
dengan komunitas.
c. Eksplorasi
Kegiatan yang monoton dan kurang kreatif menjadikan orang jenuh, bosan, malas dan memandang kegitan itu kurang menarik untuk diikuti. Apalagi
kalau dalam kegiatan itu orang tidak menemukan atau merasakan sebuah pengalaman. Penulis melihat beberapa dari kegiatan KTM Yogyakarta berjalan
mekanis. Seperti halnya pertemuan sel dan adorasi yang rutin tiap minggu. Untuk meningkatkan kualitas hidup kerohanian baik secara komunitas maupun secara
pribadi, maka sangatlah perlu kegiatan rutin tersebut besifat dinamis. Pendalaman pengetahuan dan pengalaman menjadi mutlak perlu agar anggota mengakar secara
kuat dalam iman dan semangat untuk melayani orang lain. Semangat yang kendor dapat dikobarkan lagi dengan kegiatan-kegiatan baik yang bersifat rohani maupun
jasmani, seperti retret yang sesuai dengan kebutuhan komunitas atau kegiatan out bond untuk memperkuat rasa kesatuan dan kekeluargaan antarpribadi dan dalam
komunitas.
E. Refleksi Kritis dari Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus di