55
c. Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan
cinta kasih dan makin di kukuhkan hidup Kristiani kita; d.
Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
Kelima rumusan diatas menyorot katekese dari berbagai sudut yang berbeda, ketiga sorotan pertama lebih-lebih memperhatikan peserta, kedua lainnya
menegaskan tugas Gereja dan semuanya berpuncak pada kehidupan masyarakat Huber, 1980: 17.
Dalam bidang pelayanan pastoral, katekese memiliki peranan yang penting karena melalui katekeselah sabda Tuhan diwartakan melalui pengalaman hidup
umat sehari-hari. Melalui pewartaan sabda Tuhan pula kehidupan umat dapat diteguhkan sehingga iman mereka semakin matang dan dewasa. Begitulah melalui
katekese kerygma Injil lambat laun diperdalam, dikembangkan konsekuensi- konsekuensi implisitnya, dijelaskan melalui bahasa, yang mencakup sapaan
terhadap akalbudi, dan disalurkan kearah praktek hidup Kristen dalam Gereja dan masyarakat CT, art. 25. Pada intinya katekese sungguh perlu baik bagi
pendewasaan iman maupun bagi kesaksian umat Kristen di tengan masyarakat: tujuannya ialah mendampingi umat Kristen, untuk meraih kesatuan iman serta
pengertian akan Putera Allah, kedewasaan pribadi manusia, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus CT, art 25.
C. Isi Katekese
Dalam Katekese Umat kita bersaksi tentang iman akan Yesus Kristus Sumarno, 2014: 9. Menurut Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus
56
Yohanes Paulus II menegaskan isi pokok dari katekese adalah pewartaan seluruh peritiwa Kristus, dimana ketekese merupakan suatu momen atau aspek dalam
pewartaan Injil secara menyeluruh, dimana katekese selalu akan menggali isi dari sumber hidup, yakni sabda Allah, yang disalurkan dalam Tradisi dan Kitab Suci
CT, art. 26-27. Oleh karena itulah seluruh proses katekese bersifat Kristosentris atau berpusat pada Kristus, namun selain itu proses katekese juga berpusat pada
kehidupan konkret umat. Maka harus dikatakan, bahwa dalam katekese Kristus sendirilah, Sabda yang menjelma dan Putera Allah, yang diajarkan; segala sesuatu
lainnya diajarkan dengan mengacu kepada-Nya CT, art 6. Yesus Kristus tampil sebagai pola hidup dalam Kitab Suci, khususnya
dalam Perjanjian Baru, yang mendasari penghayatan iman Gereja di sepanjang Tradisinya Telaumbanua, 1999: 87, iman tersebut adalah pengakuan bahwa
Yesus adalah Tuhan, dan bahwa Allah membangkitkan Dia dari kematian LF, art
. 15. Itulah sebabnya, mengapa bila orang pertama-tama menyadari nilai mengenal Kristus Yesus yang melampaui segalanya, yang telah dijumpai dalam
iman dan ia terdorong oleh keinginan untuk secara lebih luas dan mendalam mengenal-Ny, mendengar tentang dia dan menerima pengajaran dalam dia, karena
kebenaran ada dalam Yesus CT, art 30.
D. Ciri-ciri Katekese
1. Bebas
Dalam proses katekese tidak ada unsur pemaksaan terhadap siapa pun, sebagaimana telah dirumuskan dalam PKKI II Telaumbanua, 1999: 87: yang
berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih
57
Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi, pun pula pola hidup kelompok.
Dalam rumus ini terpantul pengalaman para penggerak katekese, bahwa tukar penghayatan iman mengandaikan suasana bebas Huber, 1980: 12. Artinya,
dalam proses atau langkah dalam katekese peserta tidak dapat dipaksa untuk mensharingkan pengalaman imannya atau memberikan tanggapan terhadap
pengalaman orang lain atau pun pewartaan yang diberikan oleh pendamping katekese. Setiap peserta katekese dapat dengan bebas berpartisipasi dalam proses
katekese, baik itu dalah hal bersharing maupun menyampaikan tanggapan atas isi pewartaan yang sesuai dengan pengalaman iman pribadinya.
2. Komunikasi Iman
Para peserta katekese diharapkan mengkomunikasikan pengalaman iman dan bukan semata-mata pengetahuan iman Huber, 1980: 7. Ini berarti katekese
dari umat dan untuk umat, yang berdasarkan situasi konkret setempat menurut pola Yesus Kristus Telaumbanua, 1999: 11. Melalui kesaksian para peserta
saling membantu sedemikian rupa, sehingga masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna Sumarno, 2014: 9.
3. Situasional
Situasi sebuah proses katekese harus berasal dari peserta dan untuk peserta. Melalui katekese, umat Kristiani dapat terbantu untuk memasuki
persekutuan hidup yang mesra dengan Kristus. Oleh karena itu, katekese harus sesuai dengan situasi peserta baik di lihat dari usia, tingkat pendidikan,
58
lingkungan sosial dan lain-lain PKKI III, 1984: 74. Apabila situasi yang tercipta selama proses katekese tidak sesuai dengan keadaan peserta, maka sangat sulit
bagi peserta untuk mencapai kedewasaan imannya.
4. Proses
Melalui katekese, peserta terbantu untuk semakin mengenal, mengalami dan menghayati kasih Allah yang menyelamatkan. Pengenalan akan Allah dalam
arti pengetahuan belum memberikan jaminan seseorang sungguh mengenal Allah. pengenalan akan Allah secara pribadi yang ilahi berlangsung secara berkelanjutan
dan berhubungan juga dengan pengalaman setiap pribadi melalui peristiwa yang dialami. Oleh karena itu, katekese menjadi suatu proses yang berkesinambungan,
dinamik untuk mengatur peserta pada pengalaman secara pribadi dengan Allah
Amalorpavadass, 1982: 24.
E. Model-model Katekese