Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus

34 Pelayanan DPP dilanjutkan setelah pemilihan kembali DPP yang baru periode 2011-2013, yang terpilih sebagai pelayan distrik adalah bapak Stefanus Sugianto dan ibu Katrin sebagai wakilnya. Pada tahun 2013 diadakan lagi pemilihan DPP yang baru, bapak Stefanus Sugianto kembali terpilih sebagai pelayan distrik dan Edwin sebagai wakilnya. Sepanjang perjalanan KTM di Yogyakarta, baik ketika masih satu sel dan bertumbuh menjadi wilayah kemudian distrik, banyak hal yang telah dialami oleh semua anggota KTM, ketika bersama-sama mengadakan Retret Dasar Hidup Kristiani retret awal di Pakem, melayani tugas koor, berziarah bersama ke Gua Maria, pelayanan di Lapas, bahkan ketika beberapa anggota sedah mengikuti BINUS, semakin membawa komunitas ini untuk merasakan kehadiran Allah ditengah kehidupan sehari-hari.

B. Spiritualitas Komunitas Tritunggal Mahakudus

Spiritualitas KTM bersumber pada spiritualitas Karismatik Katolik dari satu pihak dan dari pihak lain dari Spiritualitas Karmel. Keduanya telah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam hidup dan pelayanan KTM. Karena itu KTM merupakan persekutuan hidup, dengan suatu komitmen, bukan hanya sekedar persekutuan doa.

1. Pengertian Spiritualitas

Spiritualitas adalah istilah agak baru yang menandakan „kerohanian‟ atau hidup rohani Heuken, 2002: 7. Jacobs 1989:1-2 menjelaskan bahwa kata spiritualitas dari kata Perancis spirituale yang berarti cara atau gaya hidup. Jadi, 35 kata spiritualis berarti orang yang digerakkan oleh Roh kudus. Kata spiritualitas merupakan suatu kata yang bersifat universal karena bisa digunakan oleh semua agama karena spiritualitas itu sendiri merupakan saripati religius yang ada dibalik ajaran atau aturan-aturan formal agama. Sebaliknya, dalam penghayatan spiritualitas, ajaran atau dogma atau doktrin suatu agama hanyalah menjadi pijakan semata sehingga dogma bukanlah merupakan hal terakhir, melainkan selanjutnya bagaimana seseorang dapat mengalami perjumpaan dengan Yang Ilahi. Kata spiritualitas ada hubungannya dengan kata spirit atau Roh, yaitu daya kekuatan yang menghidupkan atau menggerakkan. Spirituaitas dapat diartikan sebagai kekuatan Roh yang memberi daya tahan kepada seseorang atau kelompok untuk mempertahankan, memperkembangkan, mewujudkan kehidupan Banawiratma, 1990: 57. Dari definisi tersebut, kita dapat melihat bahwa spiritualitas memiliki hubungan yang tidak terpisahkan dengan setiap langkah- laku setiap pribadi dalam kehipan sehari-hari. Spiritualitas berkaitan erat dengan segi interioritas seseorang, kedalam hidup atau inti hidup yang membentuk sikap, menentukan cara seseorang mempertimbangkan dan mengambil keputusan serta bertindak dan menentukan pilihan seseorang pada nilai-nilai yang dipegang, diwujudkan serta diperkembangkan Heryatno, 2008: 89. Spiritualitas merupakan segi hidup kita yang sangat pribadi, yakni mengamalkan iman akan Yesus Kristus pada masa ini, di tempat ini bersama dengan orang ini dan masyarakat ini sebagai mana adanya Heuken, 2002: 205. 36 Dari berbagai pendapat para ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa spiritualitas merupakan daya untuk mendorong, memotivasi, menghidupkan dan menumbuhkan nilai-nilai rohani seseorang dalam relasinya yang mesra dengan Allah.

2. Spiritualitas Karmel

Mendengar frase Spiritualitas Karmel, tentu kita tergiring pada seorang tokoh Perjanjian Lama dalam Tradisi Kitab Suci yang terkenal akan kedekatannya dengan Allah dalam kesunyian Gunung Karmel dan sungai kerit yaitu Nabi Elia. Ia memakai peristiwa perjumpaan dengan Allah dalam kesunyian dan keheningan untuk membawa Firman Allah dalam bentuk yang sesuai bagi zamannya Slattery,

1993: 32-33. Demikian juga halnya yang diharapkan dari segenap anggota KTM.

Sebagaimana yang tertuang dalam Statuta KTM pasal 6 Spiritualitas Karmel menjiwai hidup dan karya komunitas, khususnya membantu melihat dengan jelas tujuan yang harus dicapai, serta membatu dalam perjalanan menuju kepada Allah. Lewat bimbingan para tokohnya yang besar, seperti Santo Yohanes Salib, Santa Teresa Avila, Santa Theresia Lisieux, dan sebagainya, KTM dibawa kepada penghayatan lebih mendalam akan hidup kristiani dan rohaninya. Mereka mengajarkan kepada kita lorong-lorong yang harus kita jalani dan bahaya-bahaya yang harus dihindari dalam perjalanan menuju kepada Allah seperti para karmel awali yang berjuang di padang gurun melawan kehendak pribadi agar pada akhirnya dapat berjumpa dan bersatu dengan Allah. Pengalaman padang gurun ini menyingkirkan segala rintangan yang menghalangi mereka untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah. Pengalaman ini 37 mengenyahkan segala yang merintangi kasih setia mereka kepada Allah dan juga kepada sesama Phang, 2012: 37. Semangat Karmel mengundang Gereja dan masyarakat untuk tak henti-hentinya mencari Kristus. Semangat itu juga menantang kita untuk mendampingi yang tertindas dan lemah. Semangat ini memanggil kita untuk melakukannya dalam keheningan doa seperti peziarah dalam mendaki kegunung suci, yaitu Kristus sendiri Slattery, 1993: 18. KTM bernaung di bawah perlindungan Bunda Maria, Bunda Allah, serta menyerahkan diri kepada kasih keibuannya. Dibentuk oleh Roh Kudus sendiri, Maria merupakan teladan iman yang besar dan kerendahan hati yang mendalam. Dalam roh dan jiwanya ia terarah seluruhnya kepada kehendak Allah : “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu.” Luk 1:38. Dengan segenap hatinya ia mengamini kehendak Allah, yang menjadi pedoman hidupnya. Di atas salib, Yesus telah menyerahkan Maria untuk menjadi ibu kita. Maria menjadi teladan dan cita-cita semua orang yang mencari Allah terus menerus. Maria mampu melihat segala sesuatu dengan pandangan Allah sendiri, seolah-olah melihat apa yang tidak kelihatan Ibr 11:1, serta mengetahui apa yang ada di balik semua peristiwa yang dialaminya. Mottonya yang senantiasa menggema dalam hati setiap orang yang terpesona oleh semangat nabi Elia adalah : “VIVIT DOMINUS IN CUIUS CONSPECTU STO: ALLAH HIDUP DAN AKU BERDIRI DI HADIRATNYA. ”Dari persatuannya yang mendalam dengan Allah mengalirlah semangat yang besar untuk kemuliaan Allah, yaitu “ZELO ZELATUS SUM PRO DOMINO DEO EXERCITUUM: AKU BEKERJA SEGIAT-GIATNYA BAGI ALLAH SEMESTA ALAM.” Karena pergaulannya yang mesra dengan 38 Allah, tiada henti-hentinya ia mengalami penyelenggaraanNya yang mengagumkan. Karena persatuannya yang mesra dengan Allah, segala doanya dikabulkan Tuhan, sehingga ia membangkitkan anak janda yang memberikan tumpangan kepadanya 1 Raj 17:22. Demikianlah ia telah mendatangkan api dan menurunkan hujan 1 Raj 18:36-38, 41-45.

3. Spiritualitas Karismatik

Kata Karismatik sudah umum didengar oleh setiap orang dewasa ini. Istilah ini dipakai untuk menunjukkan sebuah gerakan yang sangat populer terjadi zaman ini. Uskup O‟Rourke 1984: 40-41 berpendapat bahwa kata karismatik dalam Gereja biasanya digunakan untuk menyebut para anggota Gereja baik Katolik maupun Protestan yang menerima dan mengalami karunia-karunia khusus. Selain itu karismatik juga biasa dipakai untuk membedakan orang-orang katolik yang menerima karunia khusus dari para fundamentalis protestan yang disebut pentekosta. Sengaja dibedakan karena memang terdapat perbedaan yang sangat nyata dimana sebagian besar orang katolik karismatik sangat terikat erat dan setia pada magisterium gereja. Selain itu emosionalitas yang khas pada orang-orang pentekosta jarang ditemukan di antara orang-orang Katolik karismatik. Masih mneyangkut polemik nama dari gerakan ini, beberapa ahli teologi mengusulkan untuk me nggunakan istilah “baptis dalam Roh” atau “baptis dengan Roh” dengan alasan baptis secara harafiah berarti dibanjiri, dicurahi, dipenuhi. Namun menurut O‟Rourke 1983: 41-42, pemakaian istilah “baptis dalam Roh” ini kurang menguntungkan, karena dalam Gereja kata baptis ini merujuk pertama- 39 tama pada sakramen yang diadakan oleh Kristus, sehingga berpotensi menjadi polemik dengan sakramen inisiasi yang penting itu, meskipun kedua pengalaman itu saling berhubungan. Nama lain untuk gerakan ini yaitu “Pembaharuan Karismatik”. Dengan nama ini seringkali dipahami bahwa unsur “karismatik” itulah yang panting dan harus diperbaharui. Artinya nama itu membawa orang pada sebuah pemahaman yang tidak tepat untuk memusatkan diri pada pengalaman-pengalaman akan manifestasi-manifestasi luar biasa karunia-karunia Roh Kudus Ramadhani, 2008: 35. Di Indone sia, istilah “Karismatik” kerapkali diganti dengan istilah “Pembaharuan Hidup dalam Roh”. Istilah “Pembaharuan Hidup dalam Roh” memiliki arti yang lebih mendalam dan sesuai dengan tujuan dan semangat dari pembaharuan. Karena pada dasarnya pembaharuan ini merupakan suatu pembaharuan hidup Kristiani dalam kuasa Roh Kudus, yaitu suau kehadiran baru Roh Kudus disertai kuasa-Nya dalam kehidupan Gereja dewasa ini Indrakusuma,

2010: 15-16.

Menurut Rm. Yohanes Indrakusuma 2010: 42, pembaharuan ini pada hakekatnya adalah pembaharuan cara berpikir, cara kerja dan cara hidup orang- orang Kristen. Pembaharuan ini membawa kita kepada kesadaran akan ketergantungan manusia akan Roh Kudus, baik untuk menghayati Injil maupun untuk mewartakannya. Terlepas dari persoalan istilah, kehadiran orang-orang karismatik di antara anggota Gereja dapat menguntungkan bagi semua anggota Gereja. Mereka mengingatkan kita bahwa doa haruslah dilakukan setiap saat dan dipenuhi 40 kegembiraan. Mereka sangat bergairah dalam doa, sehingga menolong setiap anggota Gereja memecah kebekuan penghayatan hidup keagamaan, mengurangi sikap dingin yang menghinggapi orang Katolik. Mereka juga menyadarkan banyak orang Katolik yang tidak menyadari betapa penting peranan Roh Kudus dalam hidup dan karya pengudusan hidup setiap orang beriman O‟Rourke, 1983: 43. KTM dalam hidup dan karyanya berinspirasi, bahkan dijiwai oleh Pembaharuan Hidup dalam Roh. KTM pun mengintegrasikan pembaharuan karismatik kedalam hidup dan karyanya. Melalui pembaharuan ini, Tuhan kembali menyadarkan Gereja-Nya, bahwa karya Gereja sesungguhnya adalah karya Tuhan sendiri, bukan karya manusia dan kita ini hanyalah alat-alat di dalam tangan-Nya untuk melaksanakan karya itu Indrakusuma, 2010: 105. Pembaharuan karismatik memiliki dua aspek pokok yang sangat berpengaruh dalam memahami pembahruan ini, yaitu aspek teologis dan aspek sosiologis. Dilihat dari segi teologisnya, Pembaharuan Hidup dalam Roh merupakan suatu pembaharuan yang menjadikan Yesus Kristus Tuhan dan pusat hidup kita dalam suatu keterbukaan terhadap karya Roh Kudus dalam segala kepenuhannya. Melaui pencurahan Roh Kudus yang konkret, manusia diperbaharui dan boleh mengalami bahwa Allah itu hidup dan sungguh mengasihi dia Indrakusuma,

2010: 107.

Aspek sosiologis pembaharuan adalah ungkapan atau ekspresi dari orang- orang yang merasakan luapan kuasa Roh Kudus yang tercurah dalam hidupnya. Dapat dikatakan, bahwa aspek ini hanya merupakan bungkus luar dari pembaharuan karismatik. Setiap pribadi memiliki cara ataupun gaya masing- 41 masing untuk mengungkapkan kebahagiaan karena telah dipenuhi oleh Roh Kudus. KTM bersandar pada Pembaharuan Hidup dalam Roh pertama-tama dalam arti teologisnya, bukan dalam arti sosiologisnya, Statuta Psl. 5: 1. Dalam keyakinan dan hidupnya, KTM bergantung seluruhnya dari Roh Kudus dan kuasa-Nya. 2. Kesadaran akan ketergantungannya pada Roh Kudus diperolehnya lewat suatu pengalaman Roh Kudus yang dialaminya lewat Pencurahan Roh Kudus. 3. Dalam hidup dan karyanya secara nyata KTM mengandalkan kuasa dan bimbingan Roh Kudus. 4. Khususnya di dalam pelayanannya KTM mempergunakan karunia-karunia Roh Kudus yang dianugerahkan Allah kepadanya. Ia sadar, bahwa tanpa karunia- karunia Roh Kudus KTM tidak akan dapat memberikan pelayanan yang diharapkan daripadanya. 5. Dalam penghayatan hidup dan karyanya KTM ingin tetap menjadi orang Katolik yang sejati, Katolik murni dalam persekutuan dengan seluruh Gereja di bawah pimpinan Uskup. Secara sosiologis KTM tidak identik dengan kelompok lainnya, tidak identik dengan manifestasi-manifestasi kelompok lain yang memang dapat berbeda-beda. Suatu persekutuan hidup mengandaikan adanya komitmen- komitmen tertentu, dengan hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu, suatu ikatan persaudaraan tertentu, sedangkan kelompok lain yang bukan merupakan persekutuan hidup umumnya tidak memiliki semuanya itu. 42 Dengan melihat aspek-aspek di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan akhir Spiritualitas Karismatik adalah keterbukaan kepada Roh Kudus, yang diwujudkan oleh kasih kepada Tuhan dan sesama. Untuk mencapai hal ini, bukan kesuksesan yang menjadi tolok ukurnya melainkan kesetiaan untuk bergantung pada Kristus, sebab tanpa Dia kita tidak bisa berbuah Yoh 15:15. Bentuk wujud keterbukaan kepada Roh Kudus yang paling nyata adalah mau memakai karunia- karunia Roh untuk membantu sesama mengalami kasih Ilahi. Oleh karena itu, Spiritulitas Karismatik berpusat dan be rsumber pada Roh Kudus, yang adalah Roh Allah sendiri. Seseorang yang hidup dalam Roh akan tahu dan mengalami bahwa Roh Kudus ada dalam dirinya Indrakusuma, 2011: 26. Melalui Roh Kudus, orang akan mampu mencapai tujuan hidup kristiani yakni memasuki suatu hubungan yang sungguh mesra dengan Yesus serta pengalaman akan cinta Allah merupakan suatu kekuatan dari dalam diri seorang Kristiani yang dapat menimbulkan berbagai perubahan mendalam di dalam hidupnya Verbeek, 1973: 39.

C. Semangat profetik Komunitas Tritunggal Mahakudus